Friend??

744 73 11
                                    

°Tinggalkan jejak ya setelah membaca^^
.
.
.
Minggu pagi yang cerah. Seperti biasanya, pagi-pagi sekali Chorong sudah tiba di Halte Bus. Tapi, pagi itu Bus yang akan ia tumpanggi bukan untuk membawanya ke sekolah, melainkan menuju Stasiun kereta. Hari ini, merupakan hari dimana ia akan pergi berkemping sekaligus belajar bersama teman-teman sekelasnya di Hutan belantara. Tidak seperti teman-teman lainnya yang kaya raya. Yang pasti akan diantar oleh mobil ke Hutan sana. Chorong berbeda. Ia tidak terlahir menjadi anak dari kalangan berada. Jadi, itu mengharuskannya harus naik Bus menuju Stasiun kereta, dan setelah itu harus kembali naik kereta untuk mengantarnya sampai ke tempat tujuan. Angin yang bertiup dipagi hari amat dingin. Itu membuat yeoja itu harus merapatkan jaket tebal yang melekat pada tubuhnya.

"Huffhhh..."

Chorong menggesekan kedua telapak tangannya sembari meniupnya. Berharap rasa dingin yang mulai menyentuh kulitnya sedikit berkurang.

"Pakai ini."

Chorong mendapati sebuah tangan yang kini tengah menyodorkan sepasang sarung tangan berwarna pink dihadapan wajahnya. Chorong menoleh dan tercengang melihat Suho yang sekarang berada disebelahnya.

"Pakailah. Tidak usah malu-malu. Tanganmu kedinginan bukan."

Tanpa berpikir panjang, Suho langsung menarik tangan kanan Chorong dan meletakkan Sapu tangan itu disana.

"Yaa.."

Chorong ingin menolaknya, tapi Suho tetap berisikeras mempertahankan sapu tangan itu digenggamannya.

"Kau mau memakainya, atau kau mau aku yang memakaikannya di kedua telapak tanganmu?"

"Yaa.." Chorong menunjukkan wajah sinisnya.

"Kalau begitu pakailah."

Hal itu sudah tak mempan lagi untuk Suho. Ia sudah tahu bagaimana cara meluluhkan yeoja disebelahnya itu.

"Gundae, bagaimana denganmu?" Tanya Chorong melihat telapak tangan Suho yang tak dibalut apapun.

"Aiihh.. jangan-jangan kau berpikir, itu milikku."

"Ne. Tentu saja. Kau kan yang memberikannya padaku. Apa kau bodoh? Mana mungkin kau melupakan hal yang baru saja kau...--AUW!" Chorong menjerit kesakitan saat jari-jari Suho mengenai dahinya. "Apa yang baru saja kau lakuan, eoh!?" Omel Chorong sambil mengelus pelan dahinya.

"Kau itu yang bodoh. Mana mungkin kau kira aku pemilik dari sarung tangan berwarna pink itu." Kesal Suho.

"Yaa.. mana aku tahu.."

"Mestinya dari warnanya pun kau tahu, itu pastinya bukan punyaku."

"Apakah itu hal yang penting untukku?"

Mendengar itu, Suho terdiam. Beberapa detik kemudian, ia mulai membuka suara. "Oh iya. Aku baru sadar. Kau sama skali tak menganggapku teman. Jadi, mana mungkin apapun tentangku penting untukmu. Maaf." Suho tersenyum hambar. Chorong hanya bisa terdiam tanpa memberikan reaksi apapun.

Keheningan mulai tercipta lagi diantara keduanya. Halte itu masih saja sepi padahal biasanya pada Jam 07:00 sudah banyak orang yang duduk ataupun berdiri disana. Suho dan Chorong baru sadar, kalau hari itu hari minggu. Tentu saja Halte pada jam segitu akan sepi.

"Ehem!" Suho berusaha mencairkan suasana dengan berdehem keras. "Aihh dingin skalii." Ucapnya mencoba mengubah suasana hening diantara mereka.

"Yaa Junmyeon-ssi."

"Suhoo.." Kata Suho mengoreksi ucapan Chorong.

"Oh. Suho-ssi."

"Ne?"

"Maaf. Dan.. terimaka kasih untuk sarung tangannya."

"Untuk apa kau meminta maaf.?"

"Molla. Aku hanya ingin meminta maaf."

"Aihh,, guenchana. Itu punya kakaku jadi tidak apa-apa jika kau memakainya. Tadi saking khawatirnya mungkin, ia memasukkan sarung tangannya ke dalam ranselku. Padahal dia tahu kalau aku juga memiliki sarung tangan. Aisshh harusnya dia sadar warna apa yang dia masukkan itu. Kalau ada orang lain yang melihatnya, pasti mereka berpikir macam-macam tentangku." Jelas Suho berharap Chorong mengerti dan mau menerima cerita singkatnya.

"Oh. Begitukah?" Chorong menggit bibir bawahnya. "Eemm.. aku sungguh berterima.. Auw!"

Kedua mata Chorong melebar mendapati tubuhnya yang kini telah berada dalam dekapan tubuh Suho. Beberapa detik tadi, Suho menyelamatkannya dari genangan air yang hampir saja terciprat membasahi pakaiannya akibat dari kelalaian pengemudi motor yang baru saja lewat pada jalan di depan mereka. Jika saja, Suho tak menyelamatkannya, mungkin sekarang yeoja itu telah basah kuyup. Hal itulah yang menyebabkan Chorong kini berada dalam dekapan namja tampan itu. Degupan jantung yang berpacu seirama mewakili keheningan diantara mereka. Entah degupan itu berasal dari jantung milik siapa.

"Guenchana?"

Suara berat Suho berhasil menyadarkan Chorong beberapa menit kemudian.

"Oh." Chorong melepaskan diri dari dekapan Suho. "Ne, ne.. Gu-guenchana."

"Hahh.. syukurlah.." Ucap Suho lega.

***

"Yaa Park Chorong."

Chorong menoleh pada namja yang duduk disebelahnya.

"Wae?"

"Apa kau tak marah aku duduk didekatmu seperti ini."

Chorong menggeleng dan mengembalikan posisi kepalanya ke arah semula. Yaitu seperti biasa, menghadap jendela yang terbuka.

"Bukankah kau benci padaku?"

"Kapan aku mengatakan hal itu padamu?" Tanya Chorong mengembalikan pertanyaan Suho barusan. Tanpa Chorong sadari, Suho tengah tersenyum disebelahnya.

"Oh.. Jadi itu artinya kau mau menjadikanku temanmu?"

Pertanyaan itu sontak membuat Chorong terdiam.

"Yaa.. apa itu masih sulit untuk kau lakukan?" Tanya Suho lagi.

"Aku tak suka mempunyai teman." Tegas Chorong akhirnya.

"Bagaimana dengan Eunji?"

"Aku hanya tak menyukai teman pria."

"Yaa.. aku tak memintamu untuk menjadi kekasihku, aku hanya memintamu menjadi temanku."

Pernyataan itu berhasil membuat Chorong menoleh padanya. "Kau akan menyesal jika menjadi temanku."

"Wae?"

"Sudah tutup mulutmu. Aku tak suka menghadapi namja yang cerewet sepertimu." Ketus Chorong.

"Apa katamu?"

Suho mulai geram.

"Anni. Aku tak mengatakan apapun." Chorong berusaha mengelak dan kembali memfokuskan pandangannya keluar jendela Bus.

"Pokoknya mulai sekarang, tanpa meminta persetujuan darimu, aku akan menganggap diriku sebagai temanmu. Aku tak perduli."

"Yaa.."

Lagi lagi pernyataan Suho membuat yeoja disebelahnya harus menoleh padanya.

"Apa maksud.." Belum sempat Chorong mengomelinya, Suho sudah lebih dulu menutup mulutnya menggunakan telapak tangan kanannya. Suho mendekatkan wajahnya pada wajah Chorong. Menghilangkan jarak diantara keduanya.

"Aku tak perduli apa yang kau katakan. Jadi, turuti saja apa yang aku mau. Karena.. aku paling tak suka ditolak. Aracci?"

Suho melepaskan tangannya yang menutup mulut Chorong, kemudian beranjak. Chorong masih diam memandangnya dengan tatapan bingung.

"Kita sudah sampai di Stasiun kereta. Palli. Turunlah."

Panggil Suho sembari berjalan turun dari Bus. Chorong yang terkejut segera mengekor dibelakangnya.

BUS STOP [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang