Ke esokan harinya Rafa dan Jaka mencari cari sosok Rio.
"Haduh... Lo sih gak dengerin omongan gua , kemarin tuh gua yakin dia mau balikin kalung lo ,tapi lo kaya gitu..."
"Yaudah iya... Sekarang dia dimana ? Haduh, kalung itu berharga buat gua, gua harus balikin ke Ega biar gua tenang."
Rafa Dan Jaka bertanya ke semua teman Rio di kelas IPA B , ternyata Rio diperpus.
"Jaka... Gimana nih? Ntar dia nggak kasih lagi..." Ucap Rafa.
"Ntar gua deh yang ngomong." ucapnya.
Baru masuk ke pintu ruang perpus , sosok Rio sudah terlihat.
"Rio... Sini io." ucap Jaka pelan agar tak mengganggu penghuni perpus yang sedang membaca.
Rio pun menghampiri mereka dengan wajah malas.
"Mau apa?"
"Eee ini Rio, temen gua mau ini... E...itu lhoo Rio.."
"Mau apa? Kok putus putus??" Ucap Rio bingung.
"Udahlah, mana kalung gua ?? Ada di elu kan? Balikin..." Sambung Rafa tiba tiba.
"Kalung yang mana ya??" Jawab Rio dengan ekspresi menyebalkan.
"Yang ada huruf R nya... Mana??"
Mendengar ucapan Rafa tersebut, Rio sedikit berpikir dan mengambil sesuatu didalam kantong bajunya .
"Ini??"
Melihat kalung yang ia cari-cari, Rafa dengan sigap ingin merebutnya.
"Eiiiitssss... Lo harus minta maaf dulu ke gua."
Dengan wajah memerah , Rafa terpaksa mengucapkan maaf kepada Rio untuk mendapatkan kalung itu kembali. Jaka hanya tersenyum kecil melihat kawannya seperti itu, juga hanya terbengong bengong melihat wajah Rio yang menawan.
"Okee ini kalungnya."
Rafa senang akhirnya kalung itu dapat kembali ia dapatkan. Tapi sebelum sampai ditangan Rafa, Rio terlebih dahulu menjatuhkannya ke lantai.
"Tuh ambil!!! Waktu itu juga gua mungut di lantai!!!"
Dengan wajah liciknya, Rio keluar perpus. Rafa yang mendapat perlakuan Rio itu merasa harga dirinya di injak injak.
"Woooooyy!!! Idiot sini lo!! Balik sini lagi lo!!!! "
"Udahhh Raf udah... Itu kalungnya dah dapet.. Jadi udah ya..."
"Arrggghhh!!!" kesal Rafa.
"Bisa diam tidak!!! Sudah dua kali kamu menggangu pembaca disini!!!" Bentak penjaga perpus yang tiba tiba datang.
Akhirnya Rafa dan Jaka meminta maaf dan keluar dari perpus.
* * *
Sepulang sekolah Rafa dan Jaka menyebar brosur ke gang gang, menempelnya ditiang tiang. Tapi Rafa dan Jaka memilih tempat yang jauh dari sekolah. Karena takut jika anak anak sekolah tau dan mengolok-olok Rafa.
"Rafa... Brosur gua tinggal satu nih, ntar gua tempel deket rumah gua deh..."
"Bagus deh, makasih ya... Tapi kira-kira ada gak ya yang mau ngekost di rumah gua? Gua sih berharap banget Jak..."
"Udah gausah sedih... Tenang ajah, pasti ada kok.. Yaudah gua pulang dulu ya...."
"Oke.. Thanks ya...."
Jaka pun berpamitan dan berpisah . Hanya Rafa yang masih menelusuri gang-gang dan tiang samping jalan untuk menempeli brosur itu..
Jaka pun sudah sampai didepan rumahnya , seperti biasa dia selalu menggunakan jasa ojek untuk mengantar nya kerumah.
"Heemm... Masih ada satu ya??"
Jaka pun mulai berpikir dimana seharusnya dia meletakkan brosur itu.
"Aha... Disitu aja, sangat mencolok kalo ditempel disitu." ucap Jaka.
Jaka pun menempel brosur itu ditiang samping jalan. Brosur berwarna kuning itu memang sangat mencolok.Tak berapa lama setelah Jaka masuk ke dalam rumah. Sebuah motor dengan pengendara berhelm berhenti didepan tiang tersebut. Mencabut brosur tersebut ditiang. Dan membawanya..
* * *
Dirumah Rafa sedang mengemasi semua barang barangnya yang ada diatas untuk dipindah ke kamar bawah. Ia sapu dan ia pel lantainya agar bersih, dan tak lupa juga ia beri pengharum. Benar benar rapi dan harum. Sedikit berat memberikan kamar ini untuk orang lain. Rafa sudah melakukan semuanya dikamar ini. Tidur, menangis, marah dan semuanya.
Kenangan ia bersama ayahnya pun ada di kamar ini. Kenangan yang sangat peka, karena kamar ini memang diciptakan untuk Rafa. Tetapi Rafa memilih untuk ikhlas demi ekonomi keluarganya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Idiot!
Teen Fiction*Another Gay Themed Story (Repost) *Original Writer : @Wahyu_Andang *Don't like don't read! LGBT Haters GO AWAY!