Sepulang sekolah Rafa memikirkan tentang ajakan Rio untuk bertemu di Cafetaria. Rafa masih menerka-nerka apa yang akan dikatakan pada Rio. Rafa sendiri sangat percaya bahwa tatapan mata Rio kemarin bukanlah tatapan biasa. Rafa pun membongkar dan mengambil banyak baju dilemarinya. Dia pun mencoba satu satu semua baju yang ia keluarkan, dan memilih yang cocok untuk dipakai. Sebuah jaket berwarna Biru, kaos putih polos dan celana lepis berbentuk 'pensil' lah yang dipilihnya. Rambutnya hanya ia sisir ke samping.
Rafa pun menyemprotkan tubuhnya dengan parfum aroma maskulin. Rafa ingin terlihat bagus didepan Rio nanti, walau dia tau Rio nanti hanya akan mengenakan seragam sekolah. Rafa pun keluar kamar dan berpamitan pada mamanya. Rafa selalu percaya diri, mungkin itulah yang membuat dia begitu berbeda.
* * *
Rio melajukan motornya ke Cafetaria yang tanpa Rio sadari sebuah mobil sedang mengikutinya dari semenjak ia pulang sekolah. Rio sudah sampai dan duduk dimeja paling pojok. Rio sudah tak sabar ingin mengungkapkan perasaannya pada Rafa. Rio membawa sebuah kotak yang berisi sebuah boneka berbentuk sapi yang sedang berdiri dan memegang sebuah hati. Boneka ini yang akan menentukan diterima atau tidaknya perasaannya oleh Rafa.
Soal linda? Dia tidak mau ambil pusing.Dia akan menerima semua resikonya. Saat Rio menunggu Rafa, dari kejauhan tampak seorang wanita yang sangat ia kenal datang menghampirinya. Nadia, dia datang menghampiri Rio. Dari sepulang sekolah tadi, Nadia memang mengikuti Rio menggunakan mobilnya.
"Rio.. Apa kabar?"
"Baik, kok Nadia bisa ada disini...? Sama tante Lusi??" Tanya Rio tenang.
Nadia diam beberapa saat, tiba tiba dia menangis dan berdiri. Air matanya bercucuran.
"Kenapa lo ninggalin gua Yan?? Gua sms lo gapernah bales.. Lo ninggalin jejak!! Kenapa lo tinggalin gua!!" teriak Nadia.
Rio pun berdiri dan memeluk Nadia agar tenang. Dibalik pintu cafe terlihat Rafa sedang memperhatikan Rio berpelukan dengan wanita. Rafa tak melihat wajah wanita itu, dia hanya melihat punggung wanita itu dipeluk oleh Rio. Hatinya sakit, matanya berkaca kaca. Rafa memilih untuk pergi dari sana dan pulang.
"Nad... Sadar! Gua Rio bukan Ryan.. Ikhlasin Ryan Nad.. Biar dia tenang dialam sana. Gua Rio Adi Pangestu bukan Ryan Wijaya.. Walau kita berdua kembar tapi dia udah meninggal, lo harus sadarin itu..." Ucap Rio tenang dipelukan Nadia.
Ryan adalah saudara kembar Rio yang sudah meninggal, Nadia sendiri adalah kekasihnya. Ryan meninggal karena kecelakaan beruntun saat sedang mengendarai mobil bersama Nadia. Untungnya Nadia selamat tapi Nadia sendiri harus melihat kematian tragis pacarnya. Mungkin itu yang membuat Nadia terpukul dan belum menerima kenyataan. Dan menganggap bahwa Rio adalah Ryan kekasihnya.
"Enggak!! Lo Ryan bukan Rio...!! Lo pembohong!!" teriak Nadia.
"Sadar Nadia, sadar!!" .
"Kalo lo gabisa gua milikin!! Orang lain juga ga bisa milikin lo!!!"
Tanpa Rio sadari, diam-diam Nadia membuka pisau lipat yang selalu ia bawa dan menusukkannya ke perut Rio. Darah mulai membasahi seragam sekolah yang Rio kenakan. Seisi Cafe menjadi panik dan mencoba melakukan pertolongan pada Rio. Nadia sendiri hanya tertawa terbahak bahak melihat Rio terjatuh ke lantai tak sadarkan diri.
* * *
"Sayang kamu kenapa?" Tanya ibu Merry melihat anaknya yang masuk rumah dan tiba tiba masuk kamar.
Rafa menangis. Batinnya sakit. Dia teringat akan pengkhianatan Ega, Rafa berpikir Rio telah mempermainkan perasaannya. Cintanya bertepuk sebelah tangan, dia tak menjawab panggilan mamanya dari luar kamarnya. Ketukan pintu kamarnya pun tak digubris olehnya.
'Bodoh!! Kenapa harus sakit ini lagi yang muncul? Gua emang bego, seharusnya waktu gua mencoba hilangin perasaan ini buat Rio, gua lakuin itu dengan sungguh-sungguh... Rio dan Ega sama bejatnya!!' Kata kata itulah yang muncul didalam batin Rafa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Idiot!
Teen Fiction*Another Gay Themed Story (Repost) *Original Writer : @Wahyu_Andang *Don't like don't read! LGBT Haters GO AWAY!