chapter 3

13.1K 1.1K 7
                                    

Revisi : 16 Juli 2016

Di dalam apartemen, Nara dan Nami sedang membereskan pakaian mereka.

Kruyuk kruyuk

Suara aneh pun terdengar. Nara dan Nami saling berpandangan lalu mereka tertawa bersama. Dapat melihat adiknya tersenyum, bagi Nara itu merupakan hal yang membahagiakan.

"Eonni sebaiknya kita makan dulu, tadi aku membeli nasi goreng kimchi." ujar Nami riang. Tiba-tiba, Nami memegang kepalanya yang mendadak terasa berat. Entah karena hal apa, ia merasa sangat pusing.

Nara yang melihat perubahan raut wajah pada Nami mengerinyit heran. "Nami kau tidak apa-apa?" yang ditanya hanya menggeleng sambil tetap memegangi kepala.

"Kau yakin? Kenapa akhir-akhir ini kau merasa pusing? Kau sudah minum obat?"

"Aduh eonni kalau tanya satu-satu. Iya setelah makan, aku pasti minum obatnya kok." jawab Nami sambil berusaha tersenyum. Padahal kepalanya masih terasa sakit.

"Baiklah. Jika besok masih terasa sakit, kita ke dokter. Tidak ada bantahan Kim Nami!" ujar Nara sedikit galak. Jelas saja sebagai kakak, ia sangat khawatir terhadap kondisi kesehatan adiknya. Terlebih lagi sekarang hanya Nami lah yang Nara punya di dunia ini.

Ting Tong

Suara bel apartemen terdengar. Nara dan Nami heran, siapa yang bertamu di jam makan siang begini.

"Menurut eonni, itu siapa? Kalo menurut Nami sih itu Minri eonni" ucap Nami sambil jari telunjuknya ia letakkan di dagu. Nara mengangguk setuju. Pasalnya yang tau mereka tinggal di apartemen ini hanyalah keluarga Park.

"Eonni buka dulu ya pintunya. Nami makan saja dulu." Nami hanya mengangguk singkat lalu menuju ke ruang makan. Sedangkan Nara keluar untuk membuka pintu.

Ceklek

Muncullah sosok gadis yang sedang menyengir lebar. Siapa lagi jika bukan Minri. Gadis itu bahkan sudah meloncat-loncat riang.

"KIM NARA AKU SENANG SEKALI!" Teriak Minri tepat di telinga kanan Nara. Refleks, Nara menampar Minri.

Minri menatap Nara tidak percaya. "Kenapa kau menamparku?"

"Kau berteriak di telingaku." ucap Nara santai seakan hal itu sudah biasa. Minri tidak memperdulikan tamparan Nara tadi, kini ia tersenyum lebar dan memeluk Nara.

"Nara aku senang!!!!"

Nara tersenyum manis. "Kenapa. Mau bercerita?" Minri mengangguk cepat lalu berbisik pelan. "Sekarang. Aku. Mempunyai. NAMJACHINGU!"

Nara melotot karena lagi-lagi Minri berteriak tepat di telinganya. Lama-lama telinganya bisa tidak berfungsi.

"Kenapa kau berteriak di telingaku! Namjachingu? Dengan lelaki bernama Joonmyeon itu 'kan?" Minri menatap Nara tidak percaya. Bagaimana bisa Nara tahu? Padahal ia belum mengatakannya.

"Berhenti menatapku seperti itu. Tadi pagi kau mengatakan ada janji dengan Joonmyeon, jadi aku menyimpulkan kau menjalin hubungan dengannya."

Minri hanya cengengesan tidak jelas. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah sudahlah kita masuk. Jangan lupa waffle dan orange juice."

Nara memutar bola matanya malas. "Ternyata kau ingat juga ucapanku tadi pagi."

Saat hampir memasuki ruang makan, langkah Nara dan Minri berhenti melihat pemandangan di depannya. Pemandangan yang sangat memilukan hati. Nami tergeletak tak berdaya dengan hidung yang penuh darah. "NAMI!!"

EMERGENCY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang