chapter 11

13.9K 1K 96
                                    

Pernah suatu ketika, Nara membayangkan jika ia mempunyai rumah sederhana dengan halaman yang sangat luas. Lalu, ia ingin mempunyai tiga anak, dua cowok dan satu cewek. Mereka bermain bersama di halaman tersebut, tentu saja dengan dirinya dan Sehun.

Sehun?

Lelaki itu baru saja menerima panggilan dari seseorang dan sedetik kemudian sikapnya berubah menjadi patung. Diam, tidak bergerak, hanya saja berkedip. Suhu tubuhnya pun dingin, seperti tatapan matanya.

Nara yakin, sesuatu pasti telah terjadi. Nara bukanlah wanita bodoh yang polos dan lugu yang mudah percaya saat Sehun mengatakan tidak apa-apa. Apalagi setelah ia tak sengaja mendengar satu nama yang mungkin hingga saat ini masih berarti di hati Sehun.

Yena.

Iya, Sehun dan seseorang di sana pasti membahas tentang gadis itu. Gadis yang seolah-olah telah menghilang di telan bumi. Bahkan orang tua Yena tidak mengetahui anaknya berada di mana.

"Ada apa?" tanya Nara memecah keheningan yang terjadi sejak lima menit lalu. Sehun masih belum bereaksi. Kerutan di keningnus semakin dalam.

"Yena kecelakaan. Aku harus ke sana. Yena membutuhkanku. Maaf." Sehun pergi meninggalkan Nara yang tersenyum miris. Mungkinkah ketakutannya selama ini terjawab? Sehun pergi meninggalkannya demi wanita masa lalunya.

Ingin rasanya Nara menjerit, mengatakan kepada dunia bahwa saat ini ia sakit hati. Coba katakan wanita mana yang tidak sakit hati saat suaminya memilih wanita lain daripada dirinya?

Nara jatuh terduduk menangisi kebodohannya. Mengapa cinta begitu menyakitkan? Nara memegang perutnya yang sudah membesar. Kehamilannya bahkan sudah menginjak tujuh bulan.

Apa ini saatnya ia pergi? Toh Nara yakin Sehun tidak akan peduli dengan dirinya.

Juga anaknya. Tambahnya dalam hati.

Tapi sebagian hati kecilnya menyuruhnya untuk tetap tinggal. Demi anak mereka. Bingunh. Itulah yang Nara rasakan. Bertahan satu minggu sepertinya bukan ide buruk. Nara akan melihat apakah sikap Sehun seperti tadi lagi atau tidak. Jika iya, mungkin ini yang terbaik.

•••

"Yena bangun. Kau tidak ingin kita berkencan seperti dulu? Aku rindu denganmu."

Sehun mengecup tangan Yena lembut layaknya barang berharga. Perasaan Sehun saat ini adalah ia benar-benar takut kehilangan wanita itu.

"Yena setelah sekian lama kau menghilang, mengapa saat kau pulang keadaan kau seperti ini?"

"Aku akan melakukan apa saja untukmu asal kau bangun Yena. Aku mohon."

Sehun menangis lagi karena wanita ini. Yena, dia benar-benar wanita hebat. Membuat Oh Sehun menangis dan rela melakukan apa saja. Bahkan melupakan istri yang sedang menunggunya.

Tak lama setelah Sehun tertidur, Yena pun bangun. Ia sebenarnya sudah bangun sejak kemarin. Tapi saat mendengar Sehun kemari, entah kenpa hati kecilnya ingin egois.

Yena ingin memiliki Sehun lagi.

Persetan dengan Sehun yang sudah beristri. Karena seharusnya Sehun adalah miliknya. Bukan Kim Nara.

Dan Yena sudah menyiapkan rencana agar sehun terus berada di sisinya. Yena lelah menjadi wanita baik.

"Its showtime."

•••

Hampir jam dua belas malam tetapi Sehun belum kembali ke rumah. Nara masih setia menunggunya di ruang tamu. Berbagai pikiran negatif mulai hinggap di kepalanya.

"Sehun, aku mohon. Pulanglah."

Nara bersumpah Sehun adalah pria terbrengsek yang ia pernah temui. Baru kemarin ia mengungkapkan cinta tapi sekarang sudah berpaling ke masa lalunya.

Nara benci ketika ia menjadi lemah. "Appa eomma, apa yang harus Nara yang lakukan?"

Nara terus melihat ke pintu berharap pria itu pulang lalu membawanya ke kamar dan tidur bersama. Tapi nyatanya, hingga matahari keluar dari tempat persembunyiannya, Sehun belum menampakkan batang hidungnya.

Nara hancur.

Ternyata jatuh cinta itu dapat memuat orang sakit juga ya. Joka pada akhirnya begini, untuk apa Sehun bersikap manis seperti kemarin. Ia lebih suka Jika Sehun dingin. Ia tidak perlu merasakan sakit hati seperti ini.

Nara pikir Sehun benar-benar tidak tersentuh. Oh iya ia lupa, hubungan mereka hanya sebatas kawin kontrak. Nara saja yang terlalu berharap. Ia tertawa miris akan kebodohannya.

"Baiklah mungkin ini saatnya aku pergi."

Nara mengusap air mata yang turun entah kapan. Ia mengambil selembar kertas dan tak lupa memberi gambar love kecil di ujungnya.

Maaf aku melakukan ini.

Bukan maksud aku ingin ingkar janji, tapi aku harus pergi. Kau tenang saja saat waktunya tiba aku akan memberikan anak kita untuk kau asuh. Ya anak kita.

Semoga kau bahagia dengan cinta sejatimu. Aku akan selalu mendoakanmu suamiku. Haha aku tidak tahu diri sekali ya memanggilmu suamiku.

Terimakasih karena telah memberiku kesempatan untuk mendapatkan cinta dan mengandung benih hasil percintaan kita.

Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu, Oh Sehun.

Kim Nara

•••

very slow update kan ya :"v

aku dah pernah bilang kan kalo udah gak begitu niat buat revisi cerita ini wkwk

btw sequel cerita ini udh siap. yang udah pernah baca sampai selesai, mau di post sequelnya atau nunggu ini tamat? :v

geregeten pen ngepost sequelnya hiks

EMERGENCY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang