chapter 6

11.9K 1K 13
                                    

Revisi : 23 September 2016


Nara berjalan perlahan meninggalkan Sehun dan Yena yang sedang berpelukan seperti lama tak berjumpa. Gadis itu menghembuskan napas perlahan. Ia tak tahu bahwa sejak tadi dirinya menahan napas melihat adegan berpelukan mereka. Dilanjutkan Sehun yang mencium kening Yena! Tunggu. Apa?

Nara merasa dirinya adalah calon istri paling menyedihkan. Di hari tunangannya ia mendapatkan kenyataan yang pahit.

"Nara, apa yang kau lakukan di sana?" Teriak seseorang dari kejauhan membuat Nara menoleh dan terkikik geli.

"Eunseo eonni. Aku hanya mencari udara. Ayo, kita masuk lagi."

"Kau lihat Sehun?"

Nara terdiam di tempatnya. Ingin rasanya Nara berkata bahwa Sehun sedang bersama mantan kekasih di belakang taman. Tapi seolah ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan, Nara hanya mampu menggelengkan kepala pelan dan menunduk dalam.

Digigitnya bibir bagian bawah kuat-kuat takut isakannya terdengar. "Anak itu, masa di hari bahagianya, ia malah menghilang."

Eunseo sibuk mengomel di belakang Nara. Memang sedari tadi Eunseo tidak begitu memperhatikan Nara karena matanya sibuk mencari Sehun. "Nara, eonni ke sana dulu ya? Siapa tau Sehun ada di sana."

Sepeninggal Eunseo, Nara melangkah pelan menuju tempat yang semoga hanya ada dirinya. Ia ingin menumpahkan segala tangisannya di tempat itu.

Nara bersyukur karena di kamar mandi hanya ada dirinya. Ia mengunci pintu kamar mandi berharap tidak ada yang masuk. Nara tidak mau orang-orang berpikir aneh tentang dirinya.

Kau lucu Kim Nara. Untuk apa kau menangis di sini? Kau itu hanya orang asing yang kebetulan terlibat dalam kisah cinta mereka.

"Sudahlah, Kim Nara. Hentikan tangismu. Lebih baik sekarang kau keluar." Beruntung make up Nara tidak luntur meskipun dirinya tadi menangis. Jadi Nara tidak perlu memberikan alasan saat ditanya keluarganya kenapa maskaranya luntur.

Nara membuka pintu yang sedari tadi ia kunci. Ia terkejut melihat Sehun berdiri sambil memainkan game di handphone.

Untuk apa dia kemari? Bukankah ia tadi bertemu Yena?

"Kau lama sekali. Apa kau Buang Air Besar? Aku lelah berdiri menunggumu selama tiga puluh menit."

"Untuk apa kau di sini? Lagipula aku tidak seperti yang kau bilang. Aku hanya-"

Nara terdiam sibuk memikirkan alasan yang tepat. Huft. Harusnya Sehun tidak perlu menunggunya seperti ini. Eh. Apakah Sehun mendengar suara isakannya? Semoga saja tidak.

"Sudah lupakan. Semuanya sudah menunggu. Ayo." Tanpa disangka, Sehun memeluk pinggang Nara erat. Gadis itu menegang akan perlakuan Sehun yang menurutnya sangat tiba-tiba.

"Jangan tegang. Semua orang akan curiga jika kau tegang."

Iya, dan kau pasti akan menyalahkan aku jika ada orang yang berpikir tidak-tidak tentang kita.

*******

Dua minggu Nara berperan sebagai tunangan Sehun. Dua minggu dilalui mereka dengan sangat datar. Sehun dengan bisnis dan Nara dengan kuliah. Mereka bahkan jarang berkomunikasi apalagi bertemu. Pertemuan terakhir mereka saat acara pertunangan berlangsung. Jika Nara mengingat hal itu, ia akan tersenyum miris.

Kini Nara sedang duduk menatap langit yang tampak cerah. Ia tersenyum sendu.

Bahkan langit saja cerah seolah tidak peduli dengan suasana hatiku yang mendung.

EMERGENCY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang