Hari sudah mulai malam, tapi tak ada sedikitpun niatan untuk mereka pulang. Nara dan Sehun memutuskan untuk ke Namsan Tower hari ini juga. Mereka menghabiskan waktu bersama seolah-olah tidak ada hari esok.
Nara dan Sehun sudah duduk manis di dalam cable car yang akan membawa mereka ke sana. Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan
"Yaa, kenapa diam saja? Jangan bilang kamu takut ketinggian." Tanya Nara tanpa mengalihkan tatapannya. Sehun hanya diam. Nara yang heran melihat Sehun tidak menjawab pertanyaannya mengalihkan pandangan.
Matanya jatuh pada tangan Sehun yang sedikit gemetar. "Yeobo! Jangan takut. Ada Nara di sini."
Harusnya Sehun yang mengatakan itu. Sehun merasa seperti pria pecundang. Mana ada pria yang takut ketinggian? Tapi sayangnya ada. Itu si Sehun.
Nara mengelus punggung Sehun pelan berharap dapat sedikit menenangkan pria itu. Bermenit-menit terasa seperti berjam-jam bagi Sehun. Akhirnya mereka sampai juga.
Nara berteriak girang layaknya anak kecil dan menarik tangan Sehun untuk segera ke toko souvenir.
"Untuk apa kita ke sini?"
"Membeli gembok. Kamu tidak mau memasang gembok?"
Sehun mendengus pelan. "Hal itu hanya dilakukan para remaja labil. Sedangkan kamu sudah berbadan dua, Nara. Ayolah jangan melakukan hal memalukan seperti ini."
Giliran Nara yang mendengus dan menginjak kaki Sehun. Memasang gembok dibilang memalukan? Nara rasa otak Sehun benar-benar tidak waras.
Memang apa salahnya melakukan sesuatu untuk cinta? Lagipula ini romantis. Juga tidak memalukan. Setidaknya itu menurut Nara.
"Ya sudah jika kamu tidak mau. Aku akan menulis namaku dengan Donghae sunbaenim."
Maafkan aku Donghae sunbaenim, nama kamu aku bawa-bawa.
"Siapa itu Donghae? Selingkuhan kamu?"
Nara memukul lengan Sehun keras. Seenak jidatnya saja pria itu bicara. Memangnya Nara itu Sehun, yang masih berhubungan dengan mantan kekasihnya di hari mereka bertunangan?
"Senior di kampus."
Hilang sudah mood Nara ketika mengingat hal yang menyakitkan.
Lagipula kenapa pertanyaan itu sih yang harus keluar dari bibir sexy Sehun?
"Kok mendadak wajahnya buram? Nara marah ya sama Sehun? Maafin Sehun."
Astaga, kenapa hari ini Sehun jadi gemesin sih?
"Nara gak marah. Udahlah buruan beli itu gembok terus kita pasang deh." Raut wajah Nara berubah ceria meski tak dapat dipungkiri hatinya masih sedikit sakit.
Siapa yang tidak sakit sih?
Cuma orang gila yang tidak sakit waktu diginiin. Bahkan orang gila aja juga punya hati.
Nara mengangkat bahunya sekilas berusaha berhenti memikirkan hal yang aneh di kepalanya.
Sehun menggenggam tangan Nara berharap istrinya itu jalan lebih pelan. Tidak ingat atau gimana kalau Nara sudah berbadan dua?
Setelah sampai Sehun mengambil gembok yang sudah is tulis dan mengaitkannya di salah satu tempat. Sedangkan Nara ia membuang kunci jauh-jauh. Berharap ia tidak dapat menemukan kunci itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMERGENCY WIFE
FanfictionPernikahan? Tidak pernah sedikitpun terlintas di benak Oh Sehun. Kejadian masa lalu yang membuatnya enggan untuk memikirkan hal itu. Hingga suatu ketika, keadaan yang memaksanya untuk menikah. Ya, menikah dengan seseorang yang tidak dikenal sebelumn...