chapter 7

12.4K 1K 17
                                    

Revisi : 25 September 2016

Pernikahan yang dinantikan semua orang tapi tidak dengan kedua mempelai pun tiba. Semua terlihat sibuk menyiapkan pernikahan ini agar terlihat sempurna. Sehun yang melihat ibunya mengenakan gaun berwarna merah maroon tersenyum sendu. Sejujurnya, ia belum pernah melihat ibunya bahagia seperti ini.

Apakah eomma akan bahagia juga jika mempelai wanitanya Yena?

Pertanyaan bodoh entah untuk siapa Sehun tujukan. Ia menghela napas pasrah. Mungkin ini sudah menjadi takdirnya. Menikah dengan orang yang tidak ia cinta sama sekali.

"Sehun, apa yang kamu lakukan di sana? Cepat ganti bajumu. Beberapa jam lagi para tamu akan datang."

Mungkin Sehun akan bahagia jika saja wanita yang akan ia nikahi adalah Jung Yena.

Mungkin Sehun akan excited dengan pernikahan ini jika mempelai wanitanya adalah Jung Yena.

Mungkin juga Sehun akan berusaha terlihat tampan -meskipun sebenarnya ia sudah tampan sejak lahir- jika wanita itu adalah Jung Yena.

Tapi, untuk apa kata mungkin jika pada akhirnya mereka tidak dapat bersama? Sehun benci mengandai-andai. Dan Sehun lebih memilih untuk menyiapkan dirinya daripada memikirkan apa yang tidak akan pernah terjadi.

Di sisi lain, Nara sibuk memainkan jarinya ketika dirinya sedang dirias. Beberapa jam lagi ia akan resmi menjadi istri Oh Sehun. Entah kenapa, perasaan ragu muncul di hatinya.

Pria itu sudah menepati janjinya, Kim Nara. Sudah seharusnya kau menepati janjimu juga. Buang jauh-jauh keraguanmu.

Nara memantabkan hatinya. Ya, keputusannya sudah bulat. Ia tidak mau mengecewakan semua orang yang terlihat bahagia atas pernikahan ini. Nara juga tidak pernah melihat Nami yang tersenyum seolah tidak ada beban saat mendengar kakak satu-satunya akan menikah.

"Nona Kim, jika boleh tahu apa yang sedang anda pikirkan? Maaf jika saya lancang." Ujar perias yang sedang memberi eye shadow pada kelopak mata cantik Nara.

Nara mendesah pelan. "Apakah terlihat sangat jelas?"

"Iya." Nara merutuki kebodohannya. Tidak seharusnya ia begini di hari pernikahannya. Orang akan curiga jika melihatnya. Seperti perias itu.

"Tidak, aku hanya memikirkan adikku. Aku sedikit belum rela jika harus berpisah dengannya, meskipun aku masih dapat melihatnya."

"Mengapa adik anda tidak tinggal dengan anda dan Tuan Oh?"

"Dia tidak mau. Nami tidak ingin menggangu pasangan muda yang sedang mabuk asmara. Begitu katanya." Nara sedikit terkekeh saat mengingat Nami mengatakannya dengan wajah yang polos.

Walaupun pada kenyataannya mereka tidak sedang mabuk asmara. Fakta yang sangat menyedihkan.

"Adik anda sangat lucu." Kata perias itu terkikik geli. Lalu ia memilih untuk diam dan menyelesaikan pekerjaannya.

Menghabiskan waktu selama satu jam untuk berias, kini Nara sudah siap dengan balutan gaun putih yang harganya hampir membuat gadis itu pingsan di tempat. Sedangkan Sehun pun tampak gagah, mengenakan jas serba putih. Serasi dengan Nara.

Tidak dapat dipungkiri meski ini hanya pernikahan pura-pura tetap saja ini sah di hadapan Tuhan. Dan lagipula, ini yang pertama bagi Nara dan mungkin terakhir?

"Apa kamu sudah siap, Nara?" Nara menghembuskan napas pelan berharap itu dapat mengurangi rasa gugupnya. "Aku harus siap, aboenim. Apapun yang terjadi."

Ayah Minri mengangguk pelan. Sejujurnya ia sedikit berat untuk melepaskan Nara yang sudah ia anggap sebagai putrinya. "Baiklah, ini sudah waktunya. Ayo." Perlahan, Nara menerima uluran ayah Minri yang menjadi wali Nara saat ini.

EMERGENCY WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang