7

9.8K 271 17
                                    


Aku memeluk lututku sendiri, saat ini aku berada diatas ranjangku. Pikiranku kosong, semua omelan-omelan yang Nic racaukan sedari tadi seakan memantul tanpa masuk kedalam telingaku.

"Ane, apa saat kau menelponku Jack sudah mengganggumu? Jadi karena itu kau ingin aku menjemputmu?"

Aku menatap Nic dengan pandangan kosongs eakan aku tidak mengerti dengan ucapan yang dia katakan. Nic melihatku khawatir, dia menghampiriku dan memelukku, menempelkan kepalaku kedadanya.

"Apa dia menyakitimu?" Nic mengelus rambutku dan merenggangkan sedikit pelukannya. Aku hanya menatapnya dan menggelengkan kepalaku lemah.

"Tapi kau tidak terlihat baik-baik saja Ane."

"Aku baik-baik saja Nic. Aku baik-baik saja." Aku mengatakannya seakan untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa semuanya baik-baik saja.

Nic mengambil tanganku, menggenggamnya lembut dan membawanya kearah bibirnya. Kurasakan bibir Nic mengecup telapak tanganku lembut. Tepat di tempat jack menggenggam tanganku.

Aku tersenyum menatapnya. Entah apa yang merasukiku sampai aku menarik kepala Nic yang masih mengecup dengan kecupan-kecupan kecil pada telapak tanganku. Dan menggantikan telapak tanganku dengan bibirku untuk mengecupnya ringan dan sedikit lama.

Nic menatapku dengan pandangan terkejut, saat Nic akan menggerakkan bibirnya untuk memperdalam ciumanku, saat itu pula aku menarik kepalaku menjauh. Aku tersenyum jahil kearahnya.

"Kau membuat kesalahan Ane. Dan aku bukan orang yang berhati lapang membiarkan orang yang berbuat kesalahan padaku bebas begitu saja." Nic menatap mata dan bibirku bergantian. Aku hanya menatapnya dengan tatapan menantang.

"Tentunya aku akan membalas dendam. Dan kau tahu sendiri, manis..." Nic mengusap bibir bawahku dengan ibu jarinya lembut, mataku mengikuti jarinya yang mengusap bibir bawahku. "...aku selalu membalas perbuatan mereka dengan perlakuan yang sama, tapi dengan berkali-kali lipat."

Nic memajukan wajahnya, sehingga hidung kami bersentuhan. Hanya dengan gerakan sedikit saja bibirnya akan menyentuh bibirku.

Aku menggigit bibir bawahku dan menatap bibirnya.

"Jika kau melakukan ini padaku..." dia mengecup bibirku ringan, terlalu ringan malah. Bibir bawahku terlepas dari gigitanku sendiri, sehingga bibirku sedikit terbuka. Napasku sedikit tidak beraturan. "...dan aku akan membalasnya seperti ini." Nic mengecup bibirku lagi, tapi kali ini lebih menekankan bibirnya. Dia memiringkan kepalanya, dan melumat bibirku satu kali.

Aku merasa kehilangan saat dia menjauhkan kepalanya dari bibiku. Hanya beberapa senti, aku bergerak maju bermaksud untuk menciumnya kembali. Tapi tangannya menahan kepalaku lembut. Aku menatap matanya tak mengerti.

"Dan kau tahu Ane. Kau melakukannya lebih dari yang ku contohkan."

"Ya. Dan kau harus membalasnya sekarang juga Nic!" aku membalasnya mengancam dengan suara rendah yang sedikit serak.

"Sabar sayang. Aku tidak ingin menyakitimu." Aku menatapnya dengan pandangan sayu.

"Dan setelah pembalasanku ini, kau tidak akan bisa lepas dariku lagi Ane." Nic mengecup dahiku ringan. "Kau akan jadi milikku. Dan apa yang menjadi milikku tidak akan aku lepaskan."

Nic menatapku lekat. Aku seakan terhipnotis oleh tatapan teduhnya. Dia memajukan wajahnya lambat, seakan menungguku untuk merespon apa yang telah dia katakan.

Mungkin aku sudah gila. Ya, aku pasti sudah gila. Karna aku tetap bergeming walaupun aku tahu maksud dari ucapannya.

Nic menempelkan bibirnya diatas bibirku. Berdiam beberapa detik dengan bibir yang masih saling menempel, aku tahu maksudnya, dia menunggu aku menolaknya. Tapi kali ini aku tidak peduli lagi. Aku hanya menginginkan Nic malam ini. Aku tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karna aku hanya membutuhkan Nic untuk saat ini.

Aku menggerakkan bibirku, mengijinkannya untuk bergerak. Nic menekan tengkukku dan melumat bibirku lembut. Aku membalas lumatannya dan mengalungkan tanganku ke lehernya. Semakin lama ciumannya semakin terburu-buru dan memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Menjelajah setiap sudut mulutku, aku mengerang saat dia melakukannya. Ini sangat nikmat, dan aku tidak bisa menahannya lagi. Aku menjambak rambut Nic, dan kudengar dia menggeram tertahan. Aku semakin menarik rambutnya keras.

Aku mendesah saat Nic mengalihkan ciumannya kearah rahangku dan memberikan gigitan-gigitan kecil disekitarnya. Aku menarik kepala Nic semakin merapat. Dan dia beralih mencium leherku. Aku mengerang keras, antara perih dan nikmat saat dia menggigit leherku keras lalu menjilatnya dan memberikan kecupan ditempat yang sama.

Nic menjauhkan wajahnya dari leherku, napasnya putus-putus sama sepertiku. Kami saling berebut oksigen untuk memenuhi paru paru kami seakan tercuri tak tersisa. Aku menatapnya sayu, aku bisa melihat gairah dimatanya. Dan aku tahu bahwa penampilanku tidak jauh berbeda dengannya.

"Kau tidak bisa lepas lagi dariku Ane. Dan jangan harap kau bisa lepas dariku." Dia mengecup bibirku dan berkata

"Tidak ada lagi yang namanya teman antara kita."

*************

Aku balik lagi. Cepet kan update-nya?

Alesannya sih takut minat yang bacanya jadi pada kabur kalo gak cepet cepet update. Biasa, penulis amatir sih. Ceritanya ajja udah gak jelas. ada yang baca ajja udah syukur banget.

jangan lupa voment-nya yah. Jangan segan untuk mengkritik

thanks

My (Bad) BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang