Aku menyiapkan segala keperluan untuk makan malam. Biasanya aku hanya akan makan jika aku sedang ingin saja. Tapi berhubung malam ini ada tamu yang akan ikut makan di rumahku. Setidaknya aku harus menyediakan makanan yang layak untuk dimakan 'kan?
Sebenarnya aku tidak terlalu keberatan jika tamu itu seorang wanita. Walaupun Nic adalah sahabatku selama 2 tahun ini, tapi tetap saja dia itu laki - laki. Aku hanya merasa risih dengannya jika berada didalam daerah teritori-ku. Aku tidak pernah mengijinkan lelaki manapun masuk ke apartement-ku. Jangankan untuk masuk, hanya sekedar ingin tahu alamat apertement-ku pun aku harus memilah lelaki yang benar - benar dekat denganku. Berbeda dengan Nic, dari semenjak dua tahun yang lalu dia terus mengekoriku seperti anak itik. Dia mengetakan "Aku akan terus mengikutimu sampai kau mau untuk kuantar pulang." Akhirnya setelah dua minggu kurang dia mengekoriku seperti itu, aku merasa risih dan banyak gadis penggemar Nic yang tak tahu apa - apa mengatakan bahwa akulah yang selalu mengikuti Nic kemana -mana. Sebab itulah aku menyerah dan membiarkan Nic mengantarkanku pulang.
Tapi semenjak dia mengantarku pulang dan memaksa untuk mampir, bukannya dia berhenti mengekoriku. Malah disetiap kesempatan dia selalu bertamu ke apartement-ku. Dan bukan Nic namanya jika dia tidak bisa membuatku risih.
"Hei! Kau bisa membakar dirimu sendiri."
Suara Nic membuatku terperanjat. Aku tak sadar kalau daritadi aku melamun. Tangan Nic melewati tubuhku dari belakang dan mematikan kompor dihadapanku. Aku berbalik menghadap Nic yang berada dibelakang tubuhku. Aku terjengkit saat menyadari bahwa posisi kami terlalu dekat. Aku berusaha untuk terlihat biasa saja.
"Apa yang kau lamunkan sweetheart?"
"Aku tidak melamun." Jawabku cepat
"Apa yang kau maksud tidak melamun itu saat kau membiarkan air yang sudah mendidih diatas kompor, tepat didepanmu itu?" Nic melangkah semakin mendekat dengan tangannya yang mengurungku diantara pantry dan tubuhnya. Aku sandarkan tubuhku agar jarak kita tidak terlalu intim, tapi kurasakan tangannya mnahan pinggangku dan membawaku mendekat sampai melekat ke tubuhnya.
"setelah kau melamun, kau ingin menceburkan tubuhmu kedalam air panas?" kurasakan tubuhnya sedikit menegang. Aku menatapnya bingung, seakan mengerti kebingunganku dia menunjuk kearah belakangku dengan mengendikkan dagunya. Aku mengikuti arah tunjuknya, saat menyadari bahwa dibelakang tubuhku ada air panas yang baru saja mendidih aku menjadi bergidig dan tanpa sadar merapatkan tubuhku kearah Nic.
Kudengar Nic terkekeh dan mengencangkan pelukannya. Aku yang menyadari bahwa tubuh kita terlalu lengket berusaha melonggarkan pelukannya. Dan dia menurutinya walaupun hanya sedikit.
"A-aku -" aku bingung akan mengatakan apa. Setelah berbicara gugup, aku terdiam sejenak dan mendongakkan kepalaku untuk menatap Nic. kulihat Nic menaikkan sebelah alis-nya menunggu apa yang akan aku katakan.
"Tidak apa - apa." Aku menggeleng lemah dan mengurai pelukan Nic. Nic menurut dan mengecup bibirku kilat. Aku mengabaikannya yang mengekoriku menuju meja makan.
"lain kali kalau kau ingin melamun carilah tempat yang aman." Ujarnya seraya menarik kursi didepanku dan mendudukinya.
"Apa ada orang yang akan melakukan itu?" aku menatap Nic jengah. Sedangkan yang ditatap hanya mengedikkan bahu acuh sambil menyiapkan piring untuk makan malamnya.
"Itu konyol Nic. Apa ada orang yang akan dengan sengaja memilih tempat untuk dia melamun? Maksudku, memang ada yang melakukan itu. Tapi mereka bukan melamun, hanya merenung. Sedangkan untuk melamun, itu hanya terjadi begitu saja.
"Ya, ya ya. Terserah kau saja Ane. Yang aku tahu aku tidak mau kau malah mencelakakan dirimu sendiri hanya karna melamunkan yang tidak penting." Aku memutar bola mataku.
"Kecuali jika kau melamunkanku. Selama kau melamunkanku ditempat seperti apapun kau akan tetap selamat." Nic memberikan senyuman konyol. Andaikan saja dia tahu apa yang aku lamunkan tadi, mungkin dia tidak akan mengatakan itu.
"Terserah kau saja Nic. cepat makan makananmu selagi hangat! Katanya tadi kau lapar?"
"Aku memang lapar. Malah aku selalu lapar jika kau ada didekatku." Aku hanya mengabaikannya karna aku tahu kemana arah kata 'lapar' yang dia maksudkan.
Makan malam kami berjalan dengan hening. Tidak begitu hening sih, karna Nic sekali - kali mengomentari makananku kurang ini lah kurang itulah. Tapi aku hanya mengabaikannya karna walaupun dia mengeluh tentang masakanku tetap saja dia makan dengan sangat lahap.
Aku membereskan piring dan mencucinya. Saat aku mencuci piring, Nic memelukku dari belakang.
"Aku menginginkan desert-ku." Dia menciumi leherku. Aku berusaha menjauhkan leherku dari jangkauan bibirnya.
"Nic lepaskan! Aku sedang mencuci piring, nanti kau bisa membuat semua piringku pecah jika kau terus melakukan itu."
"Aku hanya meminta desert-ku." Ujar Nic dengan tetap menciumi leherku dan merambat kearah telingaku.
"Kau bisa mencarinya di lemari es."
"hmmm.." dia hanya menggumam dengan tetap melakukan aksinya. Kini tangannya tidak tinggal diam, tanyannya bergerak mengusap perutku dibalik kaos yang aku gunakan. Akhirnya aku menyerah dan membalikkan tubuhku kearahnya dan mengalungkan tanganku keleher Nic. aku menjambak rambut Nic dan menciumnya, Nic menggeram disela - sela ciumanku. Tak lama Nic sudah mendominasi ciuman kita. Dia mengecup, melumat, menggigit dan menjilat bibirku, sekali - kali dia memasukkan lidahnya dan membuatku mendesah. Seperti itu terus sampai aku merasa kehabisan nafas dan melepaskan ciuman kami. Bibir Nic beralih menciumi leherku, membuat beberapa tanda disana. Aku hanya bisa mendesah dan mengacak rambut Nic.
Nic menjauhkan wajahnya dari leherku dan menatapku terengah. Matanya menggelap, aku tahu dia sama bergairahnya denganku. Tanpa jeda Nic mengangkatku dan aku melingkarkan kakiku disekitar pinggulnya. Nic menciumku lagi dengan sedikit kasar. Kurasakan tonjolan diantara selangkangan nic menekan intiku.
"Astaga Ane, aku tidak bisa menahannya lagi." Nic menurunkan tubuhku dimeja makan dan menenggelamkan wajahnya diantara payudaraku yang masih tertutup bajuku. Aku berusaha mengatur nafasku untuk mengembalikan akal sehatku.
"Tapi aku tidak bisa melakukannya." Nic melepaskanku dan melangkah beberapa langkah kebelakang. Kulihat masih ada gairah dimatanya, aku tahu kalau dia sedang mencoba menekan gairahnya. Aku tahu dia bergairah, itu terbukti dengan tonjolan diantara selangkangannya masih mengembung.
Aku menatap matanya sayu. "Kenapa?" nic hanya menggelengkan kepalanya dan menghela nafasnya frustasi.
"Apa aku tidak menarik?" aku melihatnya menatapku dan menggeleng cepat, menggapai tubuhku dan menenggelamkan wajahnya ditulang selangka-ku.
"Kau tahu aku menginginkannya." Nic menggapai tanganku dan membawanya kearah selangkangannya. Aku menaruh tanganku diatasnya tanpa berniat melakukan apapun.
"Aku hanya berusaha untuk menjagamu." Aku mendongakkan wajahku kearahnya. Aku melihat ketulusan diantara gairah di matanya. Aku tersenyum haru dan menarik wajahnya untuk kukecup bibirnya.
"Terima Kasih."
#################
makasih udah nunggu *kaya ada yg nunggu ajja -_-
ini udah panjang kan yah? lumayan buat bales sebulan kali yah gak update. semoga kalian suka.
kurang hot? nanti aku kasih yang lebih panas lah. hahaha
maaf update.nya lama. aku butuh beberapa inspirasi buat nerusin cerita ini
dan kalian cukup buat inspirasi aku :*
love you

KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Bestfriend
Romance18+ content sinopsis Pada awalnya aku menganggapnya sama saja dengan lelaki lain, aku membiarkan dia mendekatiku hanya karena dia tidak menunjukkan ketertarikannya padaku. hanya saja dengan kekasih kekasihnya yang segudang membuatku agak...