6

12.7K 251 4
                                    

Holla, i'm come back. Haha
Ada yang masih nunggu cerita aku gak? Makasih yang masih nunggu. Maaf lama updatenya.

mood aku balik lagi gara gara lagu Adele, Hello

Anjoy it ;)

**************

"Nic. Bisa jemput aku?"

"Maaf Ane. Aku sedang ada urusan."

"Oh. Oke, tidak masalah."

"Wait! Memangnya kau ada dimana?"

"Tidak apa Nic kalau kau tidak bisa, aku bisa mengerti."

"Tidak Ane. Tidak biasanya kau ingin aku jemput, tentunya aku akan dengan senang hati memenuhi permintaanmu dan meninggalkan urusan menyebalkanku disini."

"Sudahlah Nic. jangan paksakan dirimu. Aku tidak apa-apa."

"Kau jangan kemana-mana oke! Aku akan segera datang. Kau kirimkan saja alamatnya."

"Hhhh, ya sudah. Aku akan kirimkan alamatnya."

Aku menyimpan telpon genggamku kedalam tas kecilku setelah sebelumnya mengirimkan alamatku kepada Nic. Aku duduk dengan lelah sedikit resah, aku mengedarkan pandanganku kesetiap juru cafe tempat aku menunggu Nic.

semoga dia tidak datang kesini.

"Hai Ane."

Aku tersentak setelah mendengar suara itu. Aku tahu suara siapa itu, dan pemilik suara ini yang ingin aku hindari.

Dengan sangat terpaksa, aku menoleh setelah mendapatkan tepukan ringan di pundakku.

"H-hai." Aku berusaha untuk tersenyum, walau aku tahu bahwa akhirnya yang keluar dari bibirku lebih menyerupai ringisan. Aku berdehem untuk menetralkan kembali wajahku.

"Kau sendirian? Bolehkah aku duduk disini?"

Aku mengedarkan pandanganku ke segalah arah cafe. Dan aku menemukan hanya tempat duduk didepanku saja yang kosong. Aku mengangguk ragu-ragu.

"Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?"

"A-aku baik. Bagaimana denganmu?" bertanya hanya sekedar untuk basa-basi tanpa peduli dengan jawaban yang akan diberikan.

"Seburuk apapun keadaanku, setelah bertemu denganmu keadaanku selalu menjadi baik."

Aku meneliti seluruh penampilannya. Dia tidak pernah berubah sedikitpun. Kecuali aura yang dipancarkannya. Dia berbeda.... ya, pasti dia telah berubah. Aku terus meyakinkan hatiku sendiri. Dia berubah, dia telah berubah, tidak perlu ada yang ditakutkan.

"Aku telah berubah Ane."

Aku menatapnya takut-takut

"Percayalah padaku, aku bukan lagi yang dulu."

Aku diam dengan terus meremas jemariku cemas. Jack terus menatapku, aku bertambah resah dengan kelakuannya. aku selalu merasa tidak nyaman setelah kejadian satu tahun lalu yang telah dia lakukan padaku.

"Aku merindukanmu." ucapnya setelah beberapa lama keheningan menyelimuti keberadaan kami.

Aku tersentak dan menatap kedua matanya dengan perasaan campur aduk. Aku mengambil gelas minumanku dengan tangan sedikit gemetar. Meminum isinya sedikit dan meletakkannya kembali berusaha tanpa menimbulkan suara yang berlebihan akibat tanganku yang bergetar.

Aliran darahku seolah berhenti, tanganku terasa dingin, wajahku terasa kebas saat dia menggenggam tanganku erat. Aku berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya. Tapi dia menggenggam tanganku lebih erat lagi, aku meringis pelan merasakan sakit pada jari-jariku yang sedang dia genggam.

"Please Ane. Beri aku satu kesempatan lagi. Aku akan menjadi seperti apa yang kau inginkan. Please!"

"Lepaskan tanganku!" ucapku lirih dan meringis pelan, berusaha melepaskan genggamannya, tapi tenagaku tidak pernah bisa dibandingkan dengan kekuatannya.

"tapi kau tidak perlu melakukan ini jack." aku terus berusaha menarik tanganku dari genggamannya.

"Tidak. aku tidak akan melepaskannya Ane. Sungguh Ane, kau akan pergi lagi seperti satu tahun lalu."

"Kau yang membuatku melakukan itu Jack." aku mengeraskan rahangku, meredam amarahku.

"A—" perkataannya terpotong bersama dengan tubuhnya yang tertarik kebelakang sampai kursi yang didudukinya terjungkal.

Aku terpekik keras saat melihat Nic melayangkan satu pukulan kearah Jack.

"Ni-nic?" kudengar suara yang dikeluarkan Jack tercekat. Entah karena dia takut atau karena cengkraman Nic pada kerah baju Jack.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu?! Jangan-Pernah-menemui-Ane! Atau bahkan jangan sampai kau berani memikirkan Ane dengan otakmu yang busuk itu!" Nic mengatakannya dengan menekankan setiap kata yang dia keluarkan.

"Tapi—"

Nic mengeratkan cengkramannya pada kerah kemeja Jack.

"Nic. Nic sudahlah."

"Lepas Ane! Aku tidak akan pernah melepaskannya untuk kedua kalinya. Dia akan mengulanginya lagi Ane." Ucap Nic keras kepala seraya berusaha menjauhkan tanganku dari lengannya dengan menggeserkan tubuhnya seraya menyeret kerah kemeja Jack menjauh.

"Ingatlah ini Bastard! aku akan mengejarmu sampai keujung dunia sekalipun. kalau kau sekali lagi menemui Ane dan menyakitinya lagi, kau akan menerima akibatnya."

"Stop Nic! Please, bisakah kita hanya pulang saja?" ucapku tanpa mendekatinya dengan suara yang bergetar menahan tangisanku.

Nic menoleh kearahku dan melepaskan tangannya dari kerah kemeja Jack cepat dan membuat Jack terbatuk-batuk setelah bebas dari tangan Nic.

"Kau baik-baik saja?"

Aku menggeleng lemah dan air mataku mengalir tanpa bisa ditahan. "aku--, aku takut Nic. Please bawa aku pergi."

"Shhh. Ayo kita pergi. Kau akan baik-baik saja. Aku ada disini." Nic memeluk tubuhku dan membawa aku keluar dari cafe yang sudah dipenuhi pandangan ingin tahu mereka, setelah sebelumnya Nic melemparkan pandangan membunuh kearah Jack yang mematung tanpa melakukan apapun.

aku menenggelamkan kepalaku lebih dalam ke dada Nic.

mereka datang satu persatu


**************

Maaf yah kalo banyak typo, aku buat ceritanya setengah setengah. Gara gara banyak kerjaan. kerjaan ini selesai, eh kerjaan lain menunggu.

tapi itu cuma alesan doang sih. hehe

voment-nya yah. koreksi aku kalo emang ceritanya aneh

Thanks ;)

My (Bad) BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang