9

8.4K 228 5
                                    

Typo(s) bertebaran
Harap dimaklum

**********

Aku melempar tas tanganku dan disusul oleh tubuhku keatas sofa, sedangkan Nic melangkah ke dalam dapur dan membuka lemari es dan mengambil minuman dingin. Aku meluruskan badanku dan duduk dengan malas diatas sofa.

"Kau tidak pulang Nic?"

"Kau mengusirku?" Nic menghampiriku dan memberikan air dingin yang langsung kusambar dan kuteguk hingga tandas.

Aku menggeleng pelan "Aku hanya ingin istirahat." Aku membuat dudukku senyaman mungkin dan memejamkan mataku.

"Aku akan menginap." Jawab Nic enteng. Mataku langsung membelalak dan menatap Nic horor.

"Kenapa?" tanya Nic dengan santainya. Kenapa dia bilang? Aku mendengkus pelan dan memalingkan wajahku.

"Tapi di apartemen-ku hanya ada satu kamar Nic. kau berniat tidur diatas sofa?" Aku membalas ucapannya dengan sarkas

"Siapa bilang aku akan tidur di sofa? Tentu saja aku akan tidur di sampingmu. Memakai ranjang yang sama, dan memelukmu sampai pagi." Mata Nic menerawang dan tiba-tiba dia terkekeh sendiri.

Aku melihatnya seakan - akan kepala Nic berubah menjadi dua.

"Dan siapa juga yang bilang kalau aku mengijinkanmu tidur disampingku, memakai ranjang yang sama, dan bisa memelukku sampai pagi?" Aku menatapnya sinis, "In Your Dream Nic." Aku mencibirnya dan beranjak bangun untuk melangkah ke kamar tidurku, mengabaikan Nic yang hendak protes.

"Kenapa tidak? Sah sah saja kan kalau kita tidur bersama? kita kan sudah menjadi sepasang kekasih, Malah dalam mimpiku aku dapat melakukan lebih dari sekedar memelukmu." Nic mengekoriku masuk kedalam kamar tidurku, aku mengabaikannya karna hal itu sudah biasa dia lakukan walaupun sudah berkali-kali pun aku melarangnya tapi dia menganggap semua omelanku hanya sebagai racauan saja. Tapi sampai hari ini Nic tidak pernah meminta hal – hal aneh seperti yang dia katakan tadi.

Aku mengabaikan Nic yang sudah duduk dipinggir ranjangku dan memperhatikanku yang sedang menyiapkan pakaian ganti untuk aku pakai setelah aku mandi nanti. Nic membaringkan tubuhnya dan membiarkan kedua kakinya menggantung disisi ranjang, aku memasuki kamar mandi dan mengabaikan bahwa diluar sana ada tamu yang bahkan tidak tahu malu memasuki daerah teritori-ku.

Setelah hampir setengah jam aku berada didalam kamar mandi, aku keluar lengkap dengan pakaian yang tadi aku siapkan. Aku melirik Nic yang tiba – tiba bangkit dari tidurnya begitu suara kamar mandi dibuka.

"Kau mandi lama sekali Ane. Yasudah sekarang giliran aku yang mandi, kau siapkanlah makanan untuk kita berdua, karna perutku sudah memberontak minta diisi dari tadi." Perintah Nic sambil mengelus perutnya.

"Kalau kau lapar, kau bisa makan di rumahmu Nic. Dan apa itu? Kau akan mandi di kamar mandiku? Yang benar saja Nic!" aku melangkah melewati Nic yang sedang berkacak pinggang di tengah – tengah antara ranjang dan kamar mandi. "Mending kau pulang saja, mandi dan makan sepuasmu di rumahmu sendiri." Perintahku tanpa menatap Nic secara langsung dan membereskan barang -barangku.

"Aku kan sedang ingin makan masakan kekasihku. Dan kenapa dengan memakai kamar mandimu? Sekarang aku sedang butuh air untuk menyegarkan tubuhku yang lengket ini, dan kamar mandimu menyediakannya. Kenapa harus repot – repot mengendara jauh ke rumahku agar aku mendapatkan air?" Nic tidak bergerak dari tempatnya, hanya tubuhnya memutar mengikuti setiap pergerakanku yang sedang menyimpan barang – barangku ke tempat yang seharusnya.

Aku berbalik menatap Nic dan menatapnya jengah sambil berkacak pinggang, Nic hanya menyeringai lebar saat dia sepenuhnya mendapat perhatianku.

"Oke, baiklah. Kau boleh memakai kamar mandiku. Tapi perlu kau ingat kalau di apartement-ku ini tidak tersedia barang untuk keperluan mandi ataupun lainnya untuk seseorang yang berjenis lelaki."

Nic berlagak berfikir keras dengan mata terus menatapku dan tangan kanan mengelus dagunya sedangkan tangan kirinya menyangga tangan kanan.

"Kenapa?" aku bertanya dengan nada ketus, jengah karena ditatap Nic sedemikian rupa.

Nic menyipitkan matanya, menajamkan pandangannya padaku. Aku mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan oleh Nic. Pada saat itu pula Nic menepuk pahanya dan berkata dengan nada yang naik diawal kalimat sehingga membuatku sedikit berjingkat kaget.

"Aku akan mandi dengan menggunakan kamar mandimu, sabunmu, dan semua peralatan yang ada didalam kamar mandimu, termasuk sikat gigimu." Nic menaik – turunkan kedua alisnya dan me-monyong-kan bibirnya seperti ikan koki kehabisan air.

Aku terbelalak mendengar apa yang diucapkan oleh Nic sekaligus menatap aneh ekspresi yang sedang ditunjukkan oleh Nic. Mataku semakin melebar saat Nic tanpa aba – aba membuka bajunya didepanku dan membuka resleting celananya.

"Dan untuk baju ganti? Aku tidak membutuhkannya, manis. Kita dapat berbaring dibalik selimut tanpa mengenakan sehelai benangpun."

Kulihat Nic menyeringai lebar dan bersiap menurunkan celananya dari tubuhnya yang topless sebelum aku membalikkan badanku dan berteriak keras membuat Nic tertawa puas.

"Nic! Sialan kau!"

Dan aku mendengar suara pintu tertutup dengan tawa yang teredam didalam kamar mandi.

********
Maafkeun sayeu yang lambat update-nya. biasa, penyakitnya kambuh males

duh, sebenernya mah aku gak yakin part ini bisa nge-feel

tolong Vote dan Coment-nya yah biar jadi penyemangat buat aku

My (Bad) BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang