Aku up lagi. pelan - pelan ajja yah bacanya, ini tanpa pengedite-an dulu loh.
Enjoy it
***********
"Hei Sweetheart, kau sedang apa?"
Aku menoleh saat kurasakan ada tangan yang merangkul pundakku. Hanya sebentar, karena setelahnya aku menyingkirkan tangan itu dan melanjutkan perbincanganku dengan Lucas, senior di fakultasku.
Tapi kurasakan tangan Nic kembali merangkulku. Bukan di pundakku, tapi sekarang berpindah ke pinggulku dan merapatkan tubuh sampingku kearahnya. Aku menatapnya risih dan berusaha menyingkirkan tangannya lagi walaupun itu percuma.
Aku berusaha fokus dengan apa yang sedang aku diskusikan dengan Lucas. Tapi tangan Nic tidak bisa diam. Entah itu mengusap pinggulku, meremasnya, atau sekali – kali dia mengelitik pinggangku. Perlakuan Nic membuat diskusiku kacau.
Lucas melihat kearahku dan Nic secara bergantian.
"Hmmm, Ane. Mungkin kita bicarakan masalah ini lain kali saja." Lucas melirik Nic yang berada disampingku. Aku mengerti bahwa Lucas pun menyadari apa yang Nic lakukan padaku. Dan saat Nic berada didekatku apapun yang akan kami bahas tidak akan berjalan dengan lancar.
"Oke. See you." Aku menatap Lucas dengan pandangan bersalah. Dan Lucas membalasnya dengan senyuman maklum.
Setelah Lucas pergi dari hadapan kami, aku menoleh kearah Nic dengan jengah.
"Apa yang kali ini sedang kau lakukan Nic?" aku memijat pangkal hidungku.
"Memangnya apa yang sedang aku lakukan?" Nic membalasku santai dan menaikkan sebelah alisnya.
"Berhentilah bersikap seperti itu Nic. kalau seperti ini terus apapun yang aku kerjakan akan membutuhkan waktu yang panjang. Kelakuanmu itu bertambah semakin aneh setiap harinya Nic."
"Aku hanya bersifat wajar." Nic menggendikkan bahunya dan tersenyum malas.
"Apanya yang wajar, huh? Kau selalu saja menggangguku saat aku sedang berbicara dengan lelaki manapun. Memangnya apa yang kau pikir sedang kau lakukan?" aku menghembuskan nafasku jengah dan melangkah mundur, sedikit menjauh dari posisi Nic.
"Bagaimana aku bisa tahan, manis? Saat kau berbincang dengan para lelaki, mereka menatapmu dengan tatapan memuja. Mereka selalu mencuri-curi perhatian darimu. Aku tidak suka itu."
Aku menatapnya tidak percaya. Alasan macam apa itu? Huh.
"Apalagi pria itu tuh." Nic menunjuk gerombolan lelaki yang tidak terlalu jauh dari tempat kami berada.
"Pria yang mana?" aku mengikuti arah pandang Nic. dan aku menemukan Lucas yang sesekali mencuri pandang kearah kami.
"Itu tuh. Yang barusan berbicara denganmu."
"Oh, Lucas?" aku mangut-mangut mengerti. "Memangnya ada apa dengan Lucas? Kurasa dia biasa-biasa saja. Tidak ada yang salah dengannya. Dia mengajakku berdiskusi tentang pesta kelulusan yang akan diadakan beberapa bulan lagi. Memangnya ada yang salah dengan itu?"
"Apanya yang wajar? kau bilang wajar melirik - lirik kearahmu, sedangkan dia tahu kalau kau sedang bersamaku?"
"Kau itu terlalu tidak peka dengan sekitarmu Ane. Kau tidak pernah menyadari selalu saja ada lelaki yang ingin mencuri perhatian darimu. Dan aku lihat Lucas hanya ingin memperpanjang urusannya denganmu. Dan aku tidak suka kau berbicara dengannya lagi. Jangankan untuk berbicara, aku tidak suka walaupun kalian hanya saling melemparkan senyum."
Memang ada beberapa lelaki yang mendekatiku. Tapi aku hanya berfikir bahwa mereka membutuhkan bantuanku, ataupun mereka hanya ingin sekedar menyapa. Jikapun ada lelaki yang ingin berteman denganku, aku selalu menerima mereka dengan tangan terbuka. Tapi sejauh ini aku tidak pernah merasa bahwa ada lelaki yang menyukaiku seperti apa yang dikatakan Nic padaku. Buktinya, tidak ada yang mengatakan menyukaiku secara terang – terangan padaku.
"Kau saja yang berlebihan Nic. mereka hanya ingin berteman. Apa salahnya dengan itu? Kau terlalu kekanakan. Masa hanya untuk melemparkan senyum saja tidak boleh? memang itu peraturan darimana?"
"Astaga Ane. Memangnya kau dan aku dulu seperti apa?" Nic bertanya dengan mata yang melotot lucu. Aku ingin tertawa tapi aku takut dia tersinggung. ".... Ayah dengan anak gadisnya? Dulu kita juga hanya berteman." Nic membalas ucapanku dengan berapi-api. "Memang tidak ada peraturan tertulis yang menyatakan 'tidak boleh saling melempar senyum dengan lelaki lain selagi kau mempunyai aku disini' tapi aku mengatakannya sekarang, peraturan tidak tertulis sudah ditetapkan mulai hari ini, menit ini dan detik ini juga."
"Peraturan macam apa itu? Dan memangnya sekarang kau dan aku punya hubungan apa?" Aku bertanya dengan gemas sembari menahan tawaku. Menggoda Nic sangatlah menyenangkan.
Nic menatapku dengan tidak percaya.
"Kemari kau Ane!" Nic menatapku garang.
"Kenapa aku harus menghampirimu? Kalau kau mau, kau saja yang kemari!" Aku menatap Nic dengan pandangan garang yang dibuat – buat.
"Kemari kubilang!" Aku menggelengkan kepalaku seraya berusaha menahan tawaku dengan susah payah.
"Kemari, atau aku akan menghukummu!"
Aku menyerah. Tawaku tidak bisa kutahan lagi. Aku selalu menyukai saat ekspresi Nic menunjukkan wajah jengkel. Walaupun seharusnya aku takut padanya, tapi selama dua tahun aku mengenalnya, aku sudah kebal dengan omelan – omelan Nic yang tidak masuk akal itu.
"Oh. Sekarang kau sudah berani menggodaku yah?" Ucap Nic seraya mangut – mangut kecil. Saat aku sudah berada di jangkauan Nic, dia menangkap tubuhku dan menahan tubuhku karna aku masih tertawa dengan lepas sambil memegangi perutku.
"Aku tidak menggodamu Nic. Kau saja yang terlalu berlebihan. Kau selalu memperlebar masalah kecil. Kau kekanakan sekali Nic." ucapku dengan sisa tawa di wajahku.
"Aku bukannya kekanakkan Ane. Hanya saja..." Ucapan Nic menggantung.
"Apa? Hanya apa Huh?"
"Sudahlah Ane. Daripada membahas hal yang tidak penting, mending kita menebus dua tahun yang kita lewatkan?"
"Memangnya apa yang kita lewatkan? Perasaan selama dua tahun ini kita tidak melewatkan apapun."
"Banyak, kita melewatkan banyak hal selama dua tahun bersama."
Aku memandang Nic tidak mengerti.
"Ini contohnya." Nic mengecup bibirku cepet, hanya beberapa detik sebelum dia menjauhkan kembali wajahnya. Mataku membulat, aku memeriksa ke sekeitarku takut – takut ada yang melihat apa yang barusan terjadi. Bisa habis aku dikejar –kejar fans Nic yang berlebihan itu.
Aku memukul lengan Nic yang masih memelukku. "Apa yang kau lakukan?" aku bertanya tanpa suara.
"Apa? Ini?" Nic kembali menciumku, kali ini benar – benar sebuah ciuman, dengan kuluman dan hisapan. Aku berusaha memberontak dan menjauhkan wajahku.
"Apa yang kau lakukan Nic? ini i tempat umum."
"Yasudah, ayo kita cari tempat yang lebih sepi."
Nic menggenggam tanganku dan menyeretku meninggalkan keramaian ini.
**********
ceklek. lampu dimatikan. Nic dan Ane butuh privacy hahaha
kalo kurang feelnya maaf yah.
Tolong dong kritik dan sarannya, biar tulisan aku tambah baik lagi
oh iya, jan lupa tanda bintangnya
thanks for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
My (Bad) Bestfriend
Romance18+ content sinopsis Pada awalnya aku menganggapnya sama saja dengan lelaki lain, aku membiarkan dia mendekatiku hanya karena dia tidak menunjukkan ketertarikannya padaku. hanya saja dengan kekasih kekasihnya yang segudang membuatku agak...