Bertahun-tahun sudah, suara tangis bayi belum juga memenuhi rumah tangga Khalil Allah, Ibrahim alaihissalam. Sarah, istri beliau juga sudah semakin renta. Menurut kita, keadaan seperti ini mustahil akan beroleh anak. Tapi apakah demikian keyakinan seorang yang menyandang kedudukan tertinggi dalam berhubungan dengan Sang Khaliq Yang Maha Kuasa?
Tentu tidak.
Seorang yang bertauhid, senantiasa bersegera dalam kebaikan, selalu waspada, tidak berputus asa dan tetap membersihkan hatinya dari berbagai kotoran, terlebih lagi Nabiyullah Khalilur Rahman Ibrahim alaihissalam yang selalu berdoa, meminta kepada Allah Subhanahuwata’ala agar diberi karunia seorang anak.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman tentang Ibrahim:
“Wahai Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: ‘Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu’, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.” (Ash-Shaffat: 100-108)
Dalam ayat yang mulia ini, Allah Subhanahuwata’ala menceritakan tentang Khalil-Nya Ibrahim alaihissalam setelah meninggalkan kaumnya. Ibrahim meminta kepada Rabbnya agar diberi anugerah berupa seorang anak yang shalih. Kemudian Allah Subhanahuwata’ala memberi kabar gembira kepadanya dengan kelahiran seorang anak yang penyabar, yaitu Isma’il alaihissalam.
Inilah putra pertama beliau, yang lahir di saat Nabi Ibrahim alaihissalam berusia 86 tahun, sebagaimana disepakati oleh seluruh agama. Usia yang cukup renta dan mustahil menurut kita masih akan beroleh anak. Tapi, siapa yang ragu dengan kekuasaan Allah Subhanahuwata’ala, kalau bukan orang-orang yang tidak beriman? Atau sangat tipis imannya?
Kemudian, perhatikan pula doa yang dipanjatkan Ibrahim, bukan semata-mata naluri kerinduan seorang ayah, tapi lebih dari itu. Harapan utama, agar anak itu adalah anak yang shalih, berguna bagi sesama. Seorang anak, jika dia tidak bermanfaat, tentu akan merugikan orang lain, bahkan dapat menjadi azab bagi siapa saja terlebih kedua orangtuanya. Nas’alullaha as-salamah.
Allah Subhanahuwata’ala berfirman:
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (At-Taubah: 55)
Oleh karena itu pula, ketika seorang mukmin berdoa, mengharapkan kehadiran anak, tetapi belum terkabul, janganlah terburu-buru dan ingin disegerakan terwujud harapannya. Lihatlah bagaimana Nabi dan Khalil Allah, Ibrahim alaihissalam. Selama berpuluh tahun, beliau tetap meminta dan berdoa kepada Allah Subhanahuwata’ala agar diberi anugerah berupa seorang anak yang shalih.
Simaklah apa yang difirmankan Allah Subhanahuwata’ala:
“Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan: ‘Salam.’ Berkata Ibrahim: ‘Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu.’ Mereka berkata: ‘Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim.’ Berkata Ibrahim: ‘Apakah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu kabarkan ini?’ Mereka menjawab: ‘Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.’ Ibrahim berkata: ‘Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat’.” (Al-Hijr: 51-56)

KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Kisah Hamba Alloh
Spiritual"Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir" (QS. Al A'raf: 176) "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal " (Yusuf: 111) Semoga Bermanfaat dan menambah kuat keiman...