Epilogue

5.8K 301 63
                                    

Sekilas aku bisa melihat raut wajah terluka milik Kak Gilang. Itu menepis cerita Tio saat dia mengatakan, Kak Gilang hancur saat aku menerima khitbah dari Kak Ardi. Ternyata akhwat yang dicintai Kak Gilang hanya Kak Thifah. Perlahan dia melangkah ke arahku, dan menyapaku.

"Kien, semoga ta'arufnya lancar," ucapnya dan aku mengangguk.

"Aamiin, makasih ya kak," ucapku dan mengangguk.

"Kak! Ini Intan udah kapalan nungguin," ucap Kak Intan, sepertinya dia sedang menelpon Kak Ardi.

"Ye, walaupun nunggunya di dalem, tapi ya tetep kak, eh tapi jangan ngebut ngebut,"

"Ditunggu loh, pak guru matematika,"

"Ngomong ke, kalo udah deket,"

"Wa'alaikumsalam,"

"Kien, yuk ke depan!" ucap Kak Intan dan menarik ku ke depan gedung ini, masih banyak tamu yang berdatangan, mulai dari-- sebenarnya tak ada yang ku kenal.

"Eh," ucapku saat kami trlah berada di depan. Akupun membenarkan niqabku, dan taklama, aku bisa melihat camry hitam milik Kak Ardi, diapun membelokkan mobilnya ke arah gedung. Dan tiba tiba dari arah barat, mobil truk melaju dengan kecepatan tinggi, dan malah semakin cepat saat mendekati Kak Ardi. Kecelakaan itu tak bisa terhindari.

Kak Intan pun bergegas ke dalam, tapi aku malah berlari menuju mobil Kak Ardi yang terseret jauh.

"Kak Ardi pasti kuat, gak boleh pergi," ucapku dan menjatuhkan air mata yang telah terbendung.

"Kien, cincin nya jangan diilangin ya," ucapnya dan menatap langit biru. Batik pemberian Kak Intan, kini kotor berlumuran darah.

"Kien, maaf udah buat kamu jauh sama Arta," ucapnya.

"Kak Ardi, jangan ngomong gitu," ucapku seraya terisak.

"Ardi!" Tante Dona pun berlari ke arah kami bersama Om Hilman dan Kak Intan.

"Ma, Pa, Intan, maafin aku, aku banyak salah, makasih selama ini udah jagain aku. Makasih ya Kien, dari aku kkn sampe udah jadi guru, kamu adalah motivasi aku, makasih udah terima khitbah aku," ucap Kak Ardi dan menutup matanya secara perlahan.

"Kak!" teriak Kak Intan dan mengguncang tubuh Kak Ardi.

Entah kenapa, setelah kejadian tadi, tak ada satupun warga yang terlihat keluar. Kak Intan pun berteriak terus menerus dan semakin kencang. Wargapun datang dan menolong Om Hilman mengangkat Kak Ardi.

"Tan, telfon ambulan, gih," ucap Tante Dona pada Kak Intan. Tante Dona terlihat lebih terkontrol dibanding Kak Intan.

Kami pun mengikuti Om Hilman yang langsung menempatkan Kak Ardi di pangkuannya.

"Tolong ambilkan kain dan air hangat," ucap Om Hilman dan terus mengelus rambut anaknya. Akupun berlari ke dalam gedung, berharap ada kain dan air hangat. Beruntungnya aku, Kak Thifah punya kain dan di gedung ini tersedia air hangat. Aku pun berlari ke luar bersama Kak Thifah.

"Ini Om," ucapku dan menyerahkan kain beserta air hangat.

"Jazakillah, Kien," ucap Om Hilman dan membersihkan luka Kak Ardi dengan kain yang dibasahi air hangat.

Ambulan pun datang tak lama setelah luka Kak Ardi bersih, Om Hilman pun mengangkat Kak Ardi ke Ambulan. Dan menemaninya sampai rumah sakit.

Acara pernikahan Kak Tifah pun dihentikan secara mendadak.

Aku, Tante Dona, dan kak Intan menyusul menggunakan mobil, dan yang mengurus di sini ada Ayah dan Tante Ayra.

-epilogue-

Do not Look BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang