12. Lo cantik pake jilbab

3.1K 240 26
                                    

Aku udah fix mau masuk rohis.

Walau niat awal nya buat kakak ganteng.

Siapa tau jadi anak shalehah.

Siapa tau jadi kayak Bun-- maksudnya Ibu.

"Woi!" Teriak Arta menyenggol lenganku, buset dah itu suara, macam ngomong pake toa. Aku pun mengusap telingaku, dan mengangguk mantap, jangan lupa sambil senyam senyum. Kelas tidak terlalu ramai karena kebanyakan orang tengah berada di kantin, Tio pun hari ini tidak masuk.

"But first, lo harus pake ini," ucap Arta dan memberikan kain sifon berwarna putih. Kerudung? Jadi kalo mau masuk rohis pake kerudung. Panas dong? Demi kakak ganteng, rela deh. Untungnya aku selalu pake seragam panjang.

"Iket dulu kali rambut lo," ucap Arta dan menyerahkan iket rambut juga. Dia udah niat nyuruh aku pake kerudung ya?

Aku pun mengikat rambutku dan menggulungnya di bawah dan memakai kerudung, walaupun ga pake daleman kerudung.

"Tuhkan, lo jadi kece pake ini Na," ucapnya meledek. Jadi, selama ini aku ga pernah kece. Fix Arta nyebelin.

"Kamu lucu deh Ta, gemesin kaya bayi," ucapku, dan dia memasang muka sok kegantengan.

"Bayi bagong," bisikku dan dia terdiam. Ngakak. Aku pun tertawa pelan.

"Di sekolah lo memang gak bisa jadi diri lo sendiri ya Na," ucapnya, dan memberikan peniti pada ku, aku pun memakainya dan merapihkan jilbabku.

"Apa sih," ucapku setelah memakai jilbab. Dan KM kami yaitu Fiandra, datang dari kantin.

"Wih, Zakiena! cantik Na," ucapnya mengacungkan jempol. Aku udah cantik dari orok kali Dra.

"Makasih Dra," ucapku.

"Makasih dong ke gue,"

"Buat apa?"

"Yang nyuruh lo pake jilbab kan gue," Ucapnya, ya terserah kamu lah Ta.

Bel masuk pun berbunyi dan Kak Ardi masuk ke kelas.

Setelah Fiandra menyiapkan kami dan mengintruksikan kami untuk memberi salam, Kak Ardi pun menjawab salam kami. Dia terlihat agak terkejut ketika melihat ke arahku. Ya aku ini supupunya yang baru saja berhijab. Dia pasti agak kaget.

"Ya, sesuai dengan janji saya, hari ini ulangan bab 4, siapkan alat tulis kalian!" serunya dan kami mempersiapkan alat tulis kami masing masing. Tio apa kabar ya? Katanya dia sakit.

Saat aku memikirkan Tio, kertas ulangan pun tiba di meja ku.

"Kie- maksud saya Zakiena, temen sebangku kamu ke mana?" tanya Kak Ardi.

"Gak masuk pak," ucapku.

"Ya saya juga bisa liat, maksud nya kenapa dia gak masuk?" tanya Kak Ardi membuat seisi kelas tertawa.

"Gak kuat kali pak, menghadiri kelas matematika, udahmah hari ini ulangan, gurunya ganteng pula," ucap Dinda tiba tiba dengan aksen sundanya. Membuat semua orang mentertawakan Dinda. Dan membuat Kak Ardi risih.

Setelah itu tak ada lagi yang bersuara. Soal ini lebih mudah dari pada soal cerdas cermat kemarin. Karena, soal cerdas cermat itu sesulit pertanyaan kenapa satu ditambah satu sama dengan dua?

Gak deng, bercanda.

"Duh, pensil gue potong!" teriak Arta. Semenjak UTS, dia baru kali ini akan membuat onar. Fyi, dia sebenarnya sering membuat onar di kelas. Tapi semenjak liburan UTS, ini kali pertamanya Arta membuat onar.

"Ay, minjem pensil dong," teriaknya dan seisi kelas seperti; Cieee.

"Ay, sombong ih," teriaknya lagi. Fyi, di kelasku gak ada orang yang dipanggil Ay, dan dia itu termasuk jomblo abadi.

Do not Look BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang