EXO Random Fictions

[KJM] Elipsis

PG-13 | Sad | Kim Joonmyeon – Jeon Jiae | Ficlet

Hanya sebuah elipsis (...)

Benci. Jeon Jiae benci pada seorang gadis yang mengincar incarannya dengan agresif. Jiae jelas tidak ingin kalah ... tapi dia merasa kalah total dalam hal ini. Jiae tidak cantik, tidak juga anggun, ceroboh, dan memiliki kesan pertama buruk. Jiae jarang dipandang manis oleh kebanyakan orang. Karena itu, Jiae merasa kalah ....

Jiae merasa tak memiliki pesona dalam dirinya. Dia hanya seorang gadis berambut kelewat pendek yang cerewet, dan hanya ada satu kemampuannya ... sastra. Tidak ada yang lain. Jadi, jelas dia kalah menarik bagi lelaki incarannya itu.

Tapi tak sampai situ. Jiae tak akan menyerah semudah itu. Dia masih memiliki banyak harapan. Harapan yang akan digantungkannya tinggi-tinggi. Setidaknya begitu.

Jika Jiae ingat tentang pemuda itu ... banyak yang akan Jiae ingat. Mata sipitnya, hidung mancungnya, bibir tipisnya, kulit putihnya, dan semuanya terlihat indah. Namanya adalah Kim Joonmyeon. Tak peduli sekuat apa pun saingannya, Jiae tetap optimis.

Sebelum ini, dia pernah memberikan Joonmyeon kotak bekalnya. Joonmyeon berterimakasih dengan senyuman manis. Kali ini, Jiae akan mencoba peruntungan lebih. Dia membawa sebuah cupcake. Mungkin hanya sebuah, tapi itu dihias dengan fondant yang cantik -tema yang dipilihnya untuk cupcake ulang tahunnya ini.

Cupcake itu dihias di dalam sebuah wadah khusus yang cantik, Jiae juga menempelkan beberapa kertas memo di sana. Dengan tulisan-tulisan yang mengutarakan maksudnya. Sekarang dia hanya menunggu Joonmyeon datang, dia sudah meminta pemuda itu untuk menemuinya sepulang sekolah.

Gadis itu bergerak gelisah, memegang kotak kecil itu dengan jantung berdebar-debar. Tubuhnya bergetar dari ujung rambut, sampai ujung kaki. Jiae sempurna gugup di hari ulang tahunnya ini.

"Oh, Jiae-ya, sudah menunggu lama?" sebuah suara muncul, dan ada sosok pemuda di sana. Kim Joonmyeon.

Jiae menggeleng cepat.

"Ada apa?" sekali lagi Joonmyeon bertanya. Menghadap Jiae, dan berusaha melihat wajah Jiae yang menunduk. "Hei ... ada apa?" bertanya sekali lagi.

Jiae menghela nafasnya. "Sunbae ... pukul sembilan malam nanti, aku 16 tahun. Tapi, aku tak mungkin menunggu sampai pukul sembilan," ujar Jiae lirih. Hampir tak terdengar, tapi cukup sampai di telinga Joonmyeon.

"Yang benar? Saengil cukhae!" Joonmyeon menepuk-nepuk bahu Jiae pelan, dengan senyum khas yang terukir di wajahnya.

"Aku berpikir untuk memberi ini. Bukan apa-apa. Hanya sebuah cupcake. Tapi kuharap kau terima ini, Sunbae. Aku ... aku menuliskan beberapa memo. Aku tidak perlu jawaban! Sebelumnya, terima kasih banyak." Jiae menyerahkan itu seraya membungkuk. Joonmyeon menerima itu dengan wajah bingung. Sementara Jiae sudah berjalan cepat, menjauh dengan wajahya yang mulai panas.

Joonmyeon terdiam, membaca memo yang tertempel satu per satu.

I think, I just an ordinary fan when the first time we met.

But, then I realized that Im not just an ordinary fan. I've fall for you ....

Is it wrong? Temme.

Nan ... neol ... johayo, Sunbae-nim.

So, can I be ... or just lemme be.

....

Joonmyeon tersenyum kecil. "Gadis itu benar-benar berusaha ...."

.

.

.

.

.

Joonmyeon pergi ke kelas Jiae. Mencari Jiae, dan dia melihat beberapa teman gadis itu menyikut-nyikutnya seraya tersenyum aneh. Pemuda itu terkekeh kecil. Ketika Jiae sudah di depannya, dia memberikan kertas memo dengan warna yang sama. "Ini, balasanku."

Jiae menautkan kedua alisnya. Tersenyum canggung. "Aku bilang, aku tidak perlu jawaban."

Keduanya kemudian terdiam. Jiae membalik memo itu, melihat isinya. Lagi-lagi dia hanya mampu menyunggingkan senyum canggung. Gadis itu juga tidak mengerti apa maksud dari balasan itu. Sementara Joonmyeon tersenyum misterius.

Ya, di sana hanya ada ... sebuah elipsis.

.

.

.

.

.

The End.