[WYF, LH, HZT] When You're Gone - 2

103 9 1
                                    

PG-13 | Sad | Kim Yeonsoo, Maria Kim, Choi Rin, Han Eunri | Twoshots

When you're gone, the pieces of my heart are missing you.

Song recommendation: Avril Lavigne – When You're Gone




"Kau di mana?"

"Kau sedang apa?"

"Kenapa kau belum menghubungiku?"

"Kau tahu? Aku hampir gila di sini."

Seru-seruan tak jelas terdengar dari dalam otak. Penuh sesak hingga menyeruak ke dalam hati, kemudian penuh sesak lagi, dan berlomba-lomba ke luar melalui sepasang mata. Basah sudah memori terbasuh oleh air mata, dan kerinduan yang dalam seperti mencabik-cabik. Air muka yang dipeluk rindu itu, rasanya tak sedap sama sekali ketika dipandang.

Tapi hidup harus berjalan, dengan atau tanpanya. Sekalipun kehilangan, dan rasa rindu yang begitu dalam terus mengukung. Hidup harus terus memiliki tujuan. Meski tujuan dari hubungan ini belum jua diberitahu.

Ke mana pemuda itu?

Pergi begitu saja. Meninggalkan tanggung jawab besar sebagai anggota tim, dan tanggung jawab yang lebih besar lagi dalam membesarkan hati gadis, membuatnya berbunga-bunga, dan dalam sekejap melepaskannya dari lantai paling tinggi di gedung paling tinggi. Remuk, layaknya keramik yang tak menyatu lagi. Andaikata keramik itu dapat menjadi tanah liat lagi, maka tak masalah. Namun, semuanya sudah disudahi begitu saja, hancur sudah oleh pengkhianatan tak terlihat.

Habis hari-hari dengan air mata. Tak pernah lagi merasa lapar. Yang ada hanya rasa kecewa, khawatir, rindu, dan kesakitan tak berujung.

Ke mana pemuda itu?

Mengapa pula dia tak datang untuk memeluk gadisnya barang sebentar? Menenangkannya dalam pelukannya, dan kemudian dia bisa pergi lagi dengan lebih tenang. Setidaknya, tidak meninggalkan serpihan-serpihan hati di lantai dasar.

Namun gadis itu sama saja. Mengumpulkan serpihan-serpihan hatinya, membungkusnya dalam kain bercorak bebungaan, dan menyimpannya dengan sebuah senyuman. Tak perlulah sepotong hati yang baru. Perlunya hanya pemuda itu kembali, dan menjadikan keramik itu tanah liat lagi, lalu membentuk yang baru bersama.

Han Eunri sudah kehabisan kata-kata untuk membujuk adiknya. Tiap hari diketuknya pintu itu. Mengatakan kalau makanan sudah siap, lalu dia meletakkannya di depan pintu. Tahu betul untuk tak mengganggu hati yang hancur lebur. Namun dia sendiri tak tahan dengan keadaan itu. Adiknya, bagaimanapun, harus tetap sekolah.

"Kim Yeonsoo ...,"

Namun selalu tak ada jawaban dari dalam. Makanan yang ditaruh selalu menjadi dingin dan basi karena tak disentuh sama sekali. Jikapun di rumah itu ada kucing, maka habis sudah dimakan oleh kucing. Tapi tak seekor kucing pun ada di sana.

"Irene Kim ... did you hear me?"

Terkadang kesabaran itu ada batasnya juga. Han Eunri tak mungkin setiap hari menghabiskan banyak waktu untuk hal seperti ini. Dia masih harus menyelesaikan kuliahnya, dan bekerja untuk tiga pekerjaan berbeda.

"Get out from there. Please. You've spent many times there. Irene, please, don't cry. I ... I don't know how sad is it, how much it's hurt you. But you can share it with me. That's why ... that's why I'm here. If you won't share it with me, you can share it with Miyoung. Irene, please, I love you ...,"

EXO Random FictionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang