Ini Bukan Jaman Siti Nurbaya Lagi!!

194 8 0
                                    

Hanif POV

Galau itu ga enak ya ternyata. Mending aku lari muterin lapangan 7 kali atau push up 100 kali dari pada mesti ngerasain patah hati. Kalau ada lirik lagu yang bilang "lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati..." aku tak akan memilih keduanya. Ya kali sakit gigi itu nyut-nyutan, makan tak enak tidur tak nyenyak. Kalau sakit hati itu penyakit abstrak, ga luka tapi sakitnya tuh....sudahlah.

Sedari tadi aku hanya berguling-guling dari sisi ranjang kiri ke kanan lalu kekiri lagi ke kanan lagi dan seterusnya. Aku berguling begini mencari posisi yang enak untuk tidur tapi yang ada aku malah ga bisa tidur dari tadi.

AAAAGGGGRRRRHHHHH

Shakila!! Kau apakan diriku ini!!

Apa aku harus ke dukun? Kan ada tuh ungkapan "cinta ditolak dukun beranak bertindak" tapi aku kan ga di tolak hanya ketolak tanpa disengaja. Ahhh...mama bantulah anakmu yang ganteng sedunia akhirat ini.

Aku berguling lagi ke sisi sebelah kanan tapi karena terlalu bersemangat bukannya mendapat kenyamanan sakit pinggang yang datang.

"haadduuuhhh pinggangku sakitnya" dumelku masih dalam posisi terlentang paska jatuh dari ranjang.

"kamu ngapain sih Nif, kasur kamu aja empuk gitu ini kok malah tiduran di lantai?" mama memandangku lalu menggeleng-geleng.

"siapa juga yang tiduran orang Hanif jatuh dari kasur!" aku mencoba bngun sambil memegangi pinggangku tak lupa bibirku yang mengerucut. Mama terkekeh mendengar jawabanku sampai-samapi ia tak mau membantuku.

Ahh apaan ini si mama anaknya lagi jatuh sakit apalagi hatinya sedang ngilu sengilu-ngilunya tapi malah ngetawain gitu. "udah belum ma ketawanya, kalau udah keluar gih aku mau tidur. Tadang dari mana coba si mama tiba-tiba udah nongol aja" gerutuku.

Mama langsung menghentikan tawanya dan dengan gerak cepat langsung mencubit pipiku dengan keras. "mama sakit tau, udah sakit pinggang sekarang ditambah KDRT lagi" ditambah sakit hati, kurang apalagi?

"kamu itu kurang ajar sama orang tua, apalagi mamanya sendiri. Main ngusir-ngusir. Main ngatain nongol-nongol dikira mama kaya jinny yang bisa ngilang gitu!!!" sekarang mama memandangku kesal dan memajukan bibirnya. Dih bibir mama monyong banget aku terkikik dengan pemikiranku.

"ngapain kamu malah cekikikan kaya gitu. Bener-bener ga sopan!!" nah ini mama beneran marah. Aku lngsung bangun dan memeluk mama, tak kuhiraukan lagi punggungku yang masih terasa sakit.

"maafin Hanif ya ma. Bukan maksud Hanif ga sopan, kan tadi Hanif lagi badmood ditambah jatuh dari kasur dan mama malah ngetawain Hanif. Aku cuma kebawa badmood aja ma, maafin Hanif ya?" aku mencium pipi mama sayang. Mama mengangguk dalam pelukanku lalu melepaskan diri. Diusapnya pipiku sayang.

"iya mama maafin. Masih sakit pinggangnya?" tanya mama. Aku mengangguk manja lalu merebahkan kepalaku di bahu mama.

"eh apaan sih, nanti kalau papa liat bisa cemburu" mama mendorong kepalaku yang membuatku berdiri tegak. Aku mendudukan diriku di atas ranjang sambil cemberut.

"yaelah ma, ama anak sendiri juga" mama terkekeh lalu duduk disampingku sambil mengusap rambutku.

"ternyata anak mama ganteng banget ya, baru nyadar mama"

"dih, mama dari mana aja baru tau. Kalau ketemu bawaannya cemberut aja sih"

"yeee kamu ini di puji malah ngatain" mama berdiri dan berjalan menuju lemari pakaian. Dengan gaya profesionalnya mama memilih-milih pakaian.

Ini si mama mau ngapain? Mau nyari baju yang udah ga muat buat disumbangin?

Mama mengambil sebuah kemeja berwarna hitam dengan kerah dan ujung lengan berwarna putih.

A Beloved ChefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang