Part 15

122 4 0
                                    

"Jadi malam ini lo ikut ngumpul?" Tanya Atika begitu aku mengangkat telfonnya.

"Selamat sore Atika..."

"Lagi sibuk nih, nggak bisa ngomong lama- lama. Jawab aja sis."

"Setelah apa yang gue ceritain ke lo kemaren?"

"Come on, Denny nggak akan dateng nanti malam Jem!"

"Come on Tik! Lo yakin?"

"Kalau pun dia ada, itu bukan menjadikan alasan buat lo untuk nggak datangkan? Emang apa pengaruh dia di hidup lo?"

"...."

"Lo sendiri yang bilangkan..."

"Gue tau. Lo ngak bakat jadi akuntan! Kuliah lagi sana, jadi psikolog!"

"So???"

"I'm in. Line, gue tempat dan jam-nya yaa. Bye!"

"Sip."

'Emang Denny punya pengaruh apa dihidup gue?' Aku bukan lagi seorang anak remaja yang baru mengenal cinta bukan? Banyak hal penting lain yang harus aku pikirkan dari pada harus memikirkan laki- laki itu bukan?

Lizy masuk setelah mengetuk pintu kantorku.

"Mbak Jem, ada Pak Arico datang. Mau menerima tamu?"

"Yes. Suruh dia masuk Zy. Kamu makan siang duluan aja, saya nggak butuh apapun setelah ini."

"Baik Mbak."

Lizy keluar ruangan dan digantikan dengan Arico yang masuk.

"Jem, muka Anthony kenapa?" Tanya Arico begitu duduk dikursi hadapanku.

"Berantem kemaren Kak di club. Biasa rebutan cewek."

"Dia kalah apa menang?"

"Menang. Kapan Anthony pernah kalah coba?"

"Nggak pernah, di itu true devil banget. Lo udah lunch?"

"Belum nih kak."

"Lunch bareng?"

"Tapi gue lagi pengen kfc. Nggak papa?"

"It's okay. Naik mobil gue aja?"

"Iyap. Lagian gue nggak bawa mobil Kak. Lagi pengen nebeng Abang tadi."

"Let's go."

*****

Walaupun malas semakin menggunung, tapi daripada harus mendengar ceramahan Atika lagi untuk kesekian kalinya, akhirnya aku berangkat.

Semoga tidak ada Denny didalam ruangan itu.

Semoga tidak ada Denny didalam ruangan itu.

Doa itu tak berhenti aku panjatkan dari waktu aku kelaur mobil sampai menggapai pintu ruang masuk kedalam ruangan tempat kami akan berkumpul. Sempat terdiam sebentar diambang pintu melihat sekeliling, mencari dan memohon agar dia tak ada.

"Dia nggak ada. Lo nggak usah tegang gitu." Bisik Atika yang sudah ada di sebelahku entah dari mana. "Nggak usah juga bilang lo nggak cariin dia. Gue tau lo nggak cariin dia. Yuk! Anak- anak udah nungguin lo dari tadi."

Perasaan lega dan tenang menghampiriku dengan seketika. Walau aku harus tahu ada sedikit rasa menyesal doaku terkabul. Sebagian besar teman- teman kuliahku dulu ada disini, tak pernah habis pembicaraan yang muncul, mungkin tidak rugi rasanya berada disini bersama mereka. Bahkan Atika dengan senyum lebar dan matanya yang bersinar mengatakan, "Sudah gue bilang lo nggak akan menyesal." Dan aku menyetujuinya.

Being Loved 'cause Karma.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang