Bab 1

74 4 0
                                    

Airin Pov

Pagi yang cerah, sebuah harapan baru hari ini aku panjatkan. Berharap hari ini ditempat kerja ku ada peningkatan pelanggan, sedih juga melihat orang yang aku sayangi terus melamun. "Bismillah" ucapku dalam hati ketika aku melangkah meninggalkan rumah menyusuri jalan setapak untuk sampai tempatku bekerja. Jarak rumah dengan tempatku bekerja hanya 1 km menurutku bukan jarak yang jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Ya... anggap saja aku sekalian berolahraga.

"Selamat pagi" sapaku ketika aku baru saja sampai.

"Pagi juga rin" jawab teman-temanku disana secara bersamaan.

"Kamu jalan kaki lagi ya Rin ?" Itu suara Lia teman paling dekatku disini. Sebenarnya seluruh temanku yang bekerja disini sudah ku anggap sebagai keluarga, hanya saja sifat Lia yang supel ini membuatku lebih nyaman jika bercerita masalah pribadi dengan nya. Meskipun tidak semua aku ceritakan, dan sepertinya dia pun melakukan hal yang sama.

Aku hanya bisa tersenyum menanggapi pertanyaan nya yang seperti orangtua yang siap memarahi anaknya yang nakal, meskipun kami seumuran ada saatnya dalam hal-hal tertentu dia bersikap layaknya orangtuaku, begitupun sebaliknya.

"Huft.. kamu ini kalo dibilangin keras kepala ya rin, aku kan tidak ingin kamu sakit"

Siap-siap deh tutup kuping, hanya satu hal yang bisa membuatnya diam dengan ceramahan nya " abis mau bagaimana lagi Lia, daripada buat naik kendaraan mending uangnya buat biaya sekolahnya Aira".

Nah kan kalau sudah begini baru deh diem, terdengar helaan nafas berat "selalu itu deh alasannya, gak ada yang lain apa, kan aku jadi gak bisa debat".

Tawaku pecah melihat muka murungnya yang membuat dia lucu. " ya gak ada lah, cuma itu alasannya, ya sudah daripada kita bicara gak tentu arah mending kita kembali bekerja ".

"Oh iya apa Radian sudah sampai ?" Tanyaku sebelum aku melangkah keruang kerjaku dilantai dua, ya... meskipun aku hanya lulusan SLTA alhamdullilah aku bisa di terima di bagian administrasi sehingga jika aku bekerja aku berada dilantai dua. Meskipun terkadang aku iri melihat teman-temanku bisa bersenda gurau dikala waktu luang dan bertemu banyak orang. Tetapi bukan kah kita harus selalu bersyukur, ya... itulah yang aku jalani yaitu harus bersyukur apapun yang tuhan berikan pada kita mau itu baik atau buruk, mau itu menyenangkan atau menyedihkan, aku selalu percaya ada hikmah dibalik ini semua.

"Sepertinya belum deh Rin, mobil nya belum ada" jawab Lia.

"Oke deh, aku ke atas dulu ya" meskipun radian atasan kami tetapi kami disini justru tidak boleh memanggilnya dengan sebutan pak, awalnya sih kami sungkan sebab menurut kami kurang sopan, tapi dia malah marah jika dipanggil pak alasan nya sih agar kami bisa menganggap nya seperti teman bukan atasan. Itulah salah satu sifat yang aku suka dari dia yaitu rendah hati.

Setelah sampai diruang kerjaku aku langsung mengerjakan pekerjaanku, tak butuh waktu lama untuk aku disibukan dengan berbagai pekerjaan yang ada, sampai suara itu menghentikan aktifitasku, ya... suara itu adalah suara pria yang mengisi hari-hariku dua tahun belakangan ini. Radian.

"Selamat pagi sayang"

"Pagi juga Rad, tumben kamu telat lama banget " kataku yang kembali fokus pada pekerjaanku.

"Iya nih, biasa mama rewel minta menantu" katanya sambil berjalan menuju meja kerjanya. Yang berada satu ruangan denganku.

Aku tertawa mendengar candanya, sebetulnya bukan aku yang tidak mau menikah dengannya, hanya saja ada suatu alasan yang membuatku ragu untuk melangkah, diapun tahu akan hal itu " maaf ya.. "

Dia tersenyum "iya gak apa-apa ko sayang, mama aja yang gak sabaran, aku aja heran kenapa mama ingin aku dan kamu cepat menikah padahal kita aja yang menjalani santai-santai aja" ucapnya sambil memasang wajah menggoda.

Journey Of Love AirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang