Airin PovEntah kenapa mengetahui kenyataan ini sungguh sangat menyakitkan. Aku masih belum percaya Radian menghianatiku, tapi apa yang aku lihat dan aku dengar dari pengakuan Radian sendiri aku sadar kalau semua ini nyata.
Semalam aku sudah memikirkan segalanya, dan awal langkah aku adalah dengan mencari pekerjaan baru. Aku tidak boleh sedih terlalu dalam karena bagaimana pun aku harus terus berjuang bukan hanya untukku tapi juga Aira.
Pagi ini aku sengaja bangun pagi-pagi untuk mencari pekerjaan. Bahkan aku hanya menuliskan note kecil di meja makan untuk Aira bahwa aku harus pergi pagi untuk membantu Radian. Aku juga sudah menyiapkan surat resign dan surat pribadi untuk Radian. Ya.. meskipun aku ada masalah dengan Radian aku tidak mau Aira sampai tau dan membenci Radian.
Aku tidak cukup berani memberikan langsung surat ini ke Radian, karena berbagai alasan. Oleh sebab itu aku memutuskan untuk menitipkan surat ini pada pak Oby yaitu satpam daerah minimarket. Aku juga sengaja pergi tidak melewati jalan biasa aku pergi bekerja, bukan karena takut bertemu Radian hanya saja aku belum siap.
"Selamat pagi pak" sapa ku ketika sampai di pos pak Oby.
"Selamat pagi juga neng Airin, tumben neng datang pagi sekali" balas pak Oby ramah.
"Iya pak saya ada urusan, maaf sebelumnya apakah boleh saya menitipkan surat ini untuk pak Radian" ya.... hanya karyawan dan teman terdekat kami lah yang tahu hubungan kami, diluar itu tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.
"Boleh kok neng" kata pak Oby sambil menerima surat dariku.
"Terima kasih pak sebelumnya, oh ya.. satu lagi kalau pak Radian tanya dari siapa bilang saja salah satu karyawannya tidak perlu menebutkan nama"
"Siap neng" sambil memberi tanda hormat seperti seorang kapten, aku hanya bisa tersenyum melihatnya.
"Terima kasih banyak pak, maaf selalu merepotkan" aku senang pak Oby tidak menanyakan yang bersifat pribadi karena pak Oby bukanlah tipe orang yang ikut campur urusan orang lain.
"Sama-sama neng, hati-hati di jalan"ucap pak Oby sebelum aku beranjak pergi, yang kujawab dengan anggukan dan ibu jari tanda oke.
Ada rasa sedih ketika aku meninggalkan minimarket ini, bagaimanapun ditempat ini aku menemukan banyak kenangan, teman, sahabat, pasangan, keluarga dan kebahagiaan.
Sebenarnya aku belum memiliki planning apapun untuk mencari pekerjaan yang baru dengan bermodalkan pengalaman, surat lamaran dan surat-surat pendukung lainnya aku berkeliling mencari pekerjaan di kota Bogor ini.
Sudah beberapa tempat aku datangi tapi hasilnya nihil, matahari pun sudah menampakan cahayanya ketempat yang lebih tinggi. Biasanya jam segini aku sudah sampai minimarket, mungkin Radian juga sudah membaca surat dariku. Kalau mengingat nama itu saat ini rasanya sulit dideskripsikan.
*****
Hari sudah menunjukan pukul tiga sore, rasanya lelahku harus aku tahan demi masa depan aku dan Aira aku harus terus semangat, karena bagaimanapun hanya pekerjaaan baru lah yang dapat membuat kami bertahan hidup.
Aku berhenti pada sebuah kantor yang tidak terlalu besar namun juga tidaklah kecil, sebetulnya ini bukanlah waktu yang tepat untuk melamar pekerjaan mengingat waktu sudah hampir petang"". Ketika aku akan memasuki ruang resepsionis, ada seorang ibu yang umurnya aku perkirakan 50an tahun sedang kesulitan membawa setumpuk map.
"Mari bu biar saya bantu" ketika aku menghampirinya.
"Oh... terima kasih" ucapnya sambil memberikan sebagian map kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Love Airin
Romance"Maaf.. maaf.. dan maaf.. "hanya itu yang bisa aku ucapkan atas perbuatanku. Radian Adiwiya. " Mengapa.. kenapa.. dan Bagaimana" dia begitu tega membuat aku hancur seperti ini, semua laki-laki sama saja. Airin Putry. "huft.. ini akan jadi hal yang s...