Radian Pov
Kicauan burung dan juga mentari yang masuk melalui celah jendela kamarku membuat mataku secara perlahan terbuka. Aku melihat jam dikamarku yang menunjukan pukul 6 pagi, kuhempaskan selimut yang melekat di diriku dan turun dari tempat nyamanku, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan memakai pakaian kerjaku, aku keluar kamar menuju dapur. Disanalah aku menemukan wanita cantik yang paling aku sayangi sedang menata sarapan yang dibuatnya. Bahkan dari tempatku berdiri aku dapat mencium aroma yang membuat perutku ingin segera diisi dengan berbagai makanan yang ada disana.
"Selamat pagi ma" ya... dia adalah mamaku orang yang telah melahirkanku kedunia ini.
"Selamat pagi juga sayang" jawabnya ketika ku mencium pipi kanan dan kirinya. "Ayo sarapan dulu".
Aku langsung duduk dikursi yang berhadapan dengan mamaku " iya ma... lho papa mana ?" Tanyaku saat melihat kursi yang biasanya diduduki oleh orang yang aku banggakan tidak berpenghuni.
"Papamu sudah berangkat dari pagi sekali.. sepertinya ada urusan".
Papaku adalah motivator ku karna kegigihannya lah aku bangga padanya. Tak kenal lelah dan selalu semangat dalam hidupnya, meskipun saat ini dia sudah tak muda lagi. Aku cuma bisa bilang owh... saja.. karna aku sibuk memakan makanan yang tersedia dimeja makan ini.
"Bagaimana usahamu ?" Mama memulai percakapan.
Aku hanya bisa menghela nafas.. " ya... masih begitu saja ma" jawabku lesu, karna akhir-akhir ini usahaku yang aku bangun sendiri dengan susah payah sedang mengalami penurunan omset karna banyaknya saingan.
Ya aku adalah pemilik minimarket yang saat ini sedang aku kelola sendiri tanpa bantuan papaku.
"Kan mama sudah bilang, kamu bantu saja papamu dikantor, apa kamu tega membiarkan papamu di usia tuanya masih harus bekerja keras". Ada nada sedikit tegas dari ucapannya.
"Maaf ma.. bukannya aku tidak mau membantu papa, hanya saja aku ingin seperti papa yang bisa membuat usaha sendiri dari nol"
Ada kesedihan dimata nya saat aku nengucapkan hal tersebut.
"Ya sudah tidak apa-apa, tapi kalau nanti kamu ada waktu tolong bantu-bantu papamu ya.. sayang dikantornya" seyuman itu kembali menghias wajah mamaku. " oh iya sayang.. bagaimana hubunganmu dengan Airin ?"
Aku tersenyum mendengar nama itu diucapkan. Ya.. dia adalah orang yang paling aku sayangi setelah kedua orangtuaku. Mamaku tahu bagaimana dulu perjuanganku untuk mendapatkan hati gadisku itu, hampir tidak pernah aku memiliki rahasia tentang apapun kepada mamaku. Entah apa yang membuat mamaku begitu menyukai gadis itu, bahkan ketika dia mengetahui bagaimana kehidupan gadis itu mama malah semakin menyukainya hingga suatu saat aku bercerita kepada mamaku tentang perasaan cintaku pada gadis itu, mama sangat sangat mendukung dan antusias. Dan ketika aku menyerah untuk mendapatkannya karna begitu susahnya gadis itu didapatkan, mama terus suport aku agar aku bertahan. Dan ketika aku berhasil mendapatkannya dia begitu bahagia sampai-sampai menyuruhku langsung melamarnya. Hanya saja gadisku itu ingin menjalani ini step by step, dan mamaku pun mengerti akan hal itu sehingga tidak memaksakan keinginan nya tersebut." Alhamdulillah baik-baik aja ko ma".
"Syukurlah.. apa dia belum menunjukan tanda-tanda ingin dilamar gitu" wajahnya penuh harap.
Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah orangtuaku yang satu ini "mama.. mama... masih aja gak berubah"
"Yah.. kamu kan tahu dari dulu mama ingin dia jadi bagian dikeluarga ini sayang"
"Iya ma.. aku tau nanti kalau memang ada perubahan aku pasti cerita kok ma.. lagian kami masih muda kok".
"Kamu ini udah 27 tahun Rad, mau tunggu sampai umur berapa sih.. atau jangan-jangan kamu gak serius ya sama Airin".
"Ya ampun mama.. dapetinnya aja susah banget masa iya aku lepas gitu aja"
"Terus alasannya apa ?" Kadang-kadang mamaku ini jadi sangat cerewet jika itu menyangkut hubunganku dengan Airin.
Aku yang sudah selesai sarapan meletakan garpu dan sendokku diatas piring dan meminum air yang telah disediakan. " ma.. mama kan tau Airin seperti apa, dia gak bisa di paksa ma".
"Memangnya kamu sudah pernah coba ngomong lagi sama dia". Rupanya mama ku belum menyerah.
Seingatku terakhir aku melamar nya pas anniversary kami yang pertama, dan sebentar lagi anniversary kami yang kedua " emm... belum sih ma, ya sudah nanti aku coba lagi deh di anniversary kami yang kedua"
"Nah gitu dong.. mama harap tidak mengecewakan dan mendapatkan berita bahagia"
Aku hanya bisa pasrah menghadapi sikap mamaku ini "aku juga mau nya dapat berita bahagia ma.. maka dari itu mama do'a in terus dong aku, supaya diterima lamaranku".
"Mama akan selalu berdo'a yang terbaik untuk kamu sayang" ucapnya tulus.
"Ya sudah, aku juga sudah selesai nanti aku telat lagi, aku berangkat dulu ya ma..." ucapku sambil berdiri dari kursi yang kududuki dan berjalan menuju mamaku untuk mencium tangan serta pipi kanan dan kirinya. "Assalammualaikum".
"Waalaikumsalam.... hati-hati ya nak jangan ngebut-ngebutan".
"Oke ma.." sambil menyatukan ibu jari dan jari telunjukku sebelum aku mencapai pintu depan rumahku.
-------------------------------------------------------------
Maaf part nya pendek-pendek, ini masih perkenalan tokoh kok...
Love
R/L
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Love Airin
Romance"Maaf.. maaf.. dan maaf.. "hanya itu yang bisa aku ucapkan atas perbuatanku. Radian Adiwiya. " Mengapa.. kenapa.. dan Bagaimana" dia begitu tega membuat aku hancur seperti ini, semua laki-laki sama saja. Airin Putry. "huft.. ini akan jadi hal yang s...