.
.
.
.
Suara kicau burung-burung di dalam sangkar menyapa permulaan hari. Titik-titik embun masih menghiasi dedaunan bak kristal yang berkilau tertimpa siluet pagi. Matahari masih malu-malu menampakkan wajahnya. Seolah enggan mengganggu kemesraan dua insan yang telah melebur asa.
Salsa tengah menyibukkan diri di dapur, wajahnya merona karena bahagia. Bibirnya tak henti menyungging sebuah senyuman. Bayangan peristiwa semalam masih membekas di matanya. Salsa menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan potret semalam di pikirannya.
"Pagi sayangku ...," dapa Ayyas disusul dengan kecupan lembut di kening Salsa.
"Terima kasih untuk semalam, dik."
Wajah Salsa bertambah merona, lalu dibalasnya dengan mengecup pipi Ayyas. Ayyas hanya tersenyum melihat tingkah istrinya itu.
Hari-hari semakin menjadi indah bagi Salsa dan Ayyas. Tak ada hal sekecil apapun yang mereka lewatkan tanpa kemesraan. Bagi Ayyas ini adalah bulan madunya bersama Salsa yang tertunda. Kini Salsa telah sepenuhnya miliknya, hati dan cintanya telah tertambat padanya. Penantian dan kesabarannya telah membuahkan hasil.
Salsa kian hari semakin menyadari keangkuhan hatinya. Ayyas bukanlah sosok yang seperti dia bayangkan. Ayyas begitu lembut, sabar dan perhatian. Tatapan matanya mampu meneduhkan kegundahan yang Salsa rasakan. Kesabarannya membuat Salsa semakin mengagumi pribadi suaminya itu.
Siang ini, setelah dua bulan sejak malam itu. Untuk pertama kalinya Salsa ingin membelikan kemeja baru untuk Ayyas. Sekalian berjalan-jalan melihat suasana kota setelah sekian lama berkutat pada tugas barunya menjadi istri yang sebenarnya bagi Ayyas.
Salsa memutuskan untuk mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Bergegas Salsa berangkat, dikenakannya gamis biru muda hadiah perkawinannya dari Ayyas.
Salsa segera menuju outlet yang menjual kemeja pria. Setelah cukup lama memilah-milah, akhirnya pilihannya jatuh pada kemeja biru muda bergaris putih. Kemeja ini pasti covok untuk Ayyas. Setelah membayar kemeja yang dipilihnya Salsa bergegas pulang. Tak henti bibirnya mengulas senyum. Salsa tak sabar ingin segera menunjukkannya pada Ayyas.
Langkah Salsa terhenti ketika sudut matanya menangkap sosok yang dikenalnya.
"Itu memang Ayyas ... lalu siapa wanita yang duduk di hadapannya itu?" batin Salsa.
Salsa semakin memperjelas pandangannya. Seketika bulir bening menetes dari sudut matanya. Ayyas sedang bersama dengan seorang wanita, dan mereka saling berpegangan tangan. Salsa seakan tak percaya dengan pandangannya. Meangkahkan kakinya menghampiri Ayyas, Salsa kian tertegun.
"Mas ...," lirih Salsa.
Ayyas terkejut menyadari kehadiran Salsa yang tiba-tiba. Ayyas mencoba melepaskan genggaman tangannya dan mencoba menjelaskan, tetapi Salsa keburu pergi. Ayyas hanya menarik napas pelan.
"Maafkan aku, Yas," kata wanita itu seakan mengerti apa yang akan terjadi.
"Aku pergi dulu."
*****
Salsa semakin mempercepat langkahnya, air mata tak berhenti mengalir di pipi. Salsa tak habis pikir, bagaimana Ayyas dapat melakukan ini semua kepadanya. Dia telah menodai cintanya. Menodai rumah tangganya. Ayyas telah mengkhianati pernikahannya.
Sesampainya di rumah Salsa segera mengemasi barang-barangnya. Tak ingin dia mendengar penjelasan apapun dari Ayyas. Hatinya terlalu rapuh, kepercayaanya telah hilang. Salsa hanya ingin pulang.
Tiba-tiba Ayyas datang dan langsung memeluk Salsa. Salsa yang seketika terkejut mulai menyadari apa yang terjadi. Salsa memberontak, berusaha melepaskan pelukan Ayyas.
"Lepaskan aku!!!"
"Tidak, sebelum kamu mendengarkan penjelasanku, dik."
"Aku tak butuh penjelasanmu." Salsa semakin geram.
"Kamu cemburu?"
Salsa tertegun dengan ucapan Ayyas. Benarkah dia cemburu? Sesakit inikah rasa cemburu itu? Salsa hanya terdiam.
"Dia hanya bagian dari masa laluku, dik. Dan kamu adalah masa depanku," jelas Ayyas pelan.
Salsa menatap mata suaminya, mencoba mencari kebenaran di mata teduh itu. Dan hanya kesungguhan yang ia dapatkan.
"Siapa dia? Kalau dia masa lalumu, kenapa kalian harus berpegangan tangan?"
Ayyas tersenyum mendengar serentetan pertanyaan Salsa.
"Jadi, kamu benar-benar cemburu, dik? Alhamdulillah ...." Ayyas senakin mempererat dekapannya.
"Maaaaaaas ... !!!" Salsa semakin kesal dengan ulah suaminya. Dicubitnya pinggang kekar Ayyas.
"Baiklah. Setidaknya aku senang kamu cemburu. Itu menunjukkan betapa besar rasa cintamu itu kepadaku."
Salsa hanya terdiam.
"Dia adalah bagian dari masa laluku, dik. Kami sempat mempunyai hubungan yang serius, itu terjadi ketika kami masih sama-sama kuliah. Tetapi dia telah memilih orang lain untuk mendampinginya. Dan tadi kami tidak sengaja bertemu, dia hanya meminta maaf dan memberikan ucapan selamat kepadaku. Hanya itu."
"Kanapa harus berpegangan tangan?"
"Itu tak sengaja dik. Aku sudah berusaha melepaskannya. Mungkin dia hanya terlalu merasa bersalah."
Salsa terdiam, mencerna penjelasan dari Ayyas. Ternyata semua tak seburuk yang dia pikirkan. Ayyas dengan jujur telah menceritakan tentang masa lalunya. Sedangkan dia, Salsa tak pernah menceritakan tentang masa lalunya yang telah membuat Ayyas harus menunggunya.
"Maafkan aku, Mas ...."
Ayyas mencium kening Salsa, tak ingin dia membuat istrinya itu menangis lagi. Ayyas berjanji.
******
Hikayat Salsabila
Vita Savidapius
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikayat Salsabilah
Spiritual(REPOST) NOVELLET. "Ketika takdir yang tak kau inginkan harus kau jalani. Menghabiskan sisa perjalanan hidupmu bersama dengan seseorang yang sama sekali tidak kau kenali. Apa yang akan kau lakukan? Sementara hatimu telah bertepi di dermaga orang la...