Walaupun aku akan menangis 1000 kali
namun aku tak pernah takut
Karena aku tau...
Aku memiliki tembok-tembok kokoh yang akan menghalangi setiap musuh
Aku memiliki bahu-bahu yang akan selalu ada untukku bersandar
Aku memiliki mereka...
Para sahabat sejati
Dikelilingi oleh 3 orang sahabatnya, yaitu Adis, Ayu, dan Sania. Risma mengerjakan soal yang diberikan oleh Pak Anwar sebagai hukuman dari perbuatannya tadi. Risma harus selesai mengerjakan soal ini pada pertemuan berikutnya dengan Pak Anwar. Naasnya, pelajaran Pak Anwar berikutnya adalah besok.
Adis, Ayu dan Sania bahkan rela tak pergi ke kantin demi membantu Risma mengerjakan soal super susah ini. Bayangkan saja, dari 10 soal yang diberikan, Risma dan kawan kawan hanya berhasil menjawab 3. Itupun hanya 2 soal yang yakin. Itu artinya kemungkinan Risma hanya mendapatkan nilai maksimal 3. Risma harus mengulang dipelajarannya. Mengulang di pelajaran Pak Anwar, bagi Risma, sama buruknya dengan siksaan neraka.
"Aku nyerah, ini soal sulit banget. Kayaknya, tanpa guru kita nggak mungkin bisa jawab lagi." Ujar Ayu skeptis.
Risma menatap Ayu nanar. Dari mereka berempat, memang Risma yang paling tak jago dalam pelajaran matematika ini. Ia lebih suka dengan pelajaran menghapal seperti Biologi.
"Sejujurnya aku setuju sama Ayu nih. Kita mesti nanya sama guru. Soalnya ini banyak dalil yang nggak diajarin di SMA." Adis mengangkat tangannya tanda menyerah. Hanya Sania yang masih betah mengerjakan soal tersebut.
"Gimana nih.." Risma menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kamu sih! Bisa-bisanya melamun pas pelajarannya Pak Anwar." Ujar Adis.
Risma manyun, memang dirinyalah yang 100% bersalah, "Habis aku pusing. Bosen lagi!" Ujar Risma membela diri.
"Mending pusing daripada remidi." Ayu mulai berkutat mengambil kertas dan mencoba untuk menjawab soal.
"Udah kupanggil-panggil. Kamu masih aja bengong. Pak Anwar itu sudah memperhatikanmu dari lama tau!" Kata Adis.
Lagi-lagi, Risma menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Iya-iya.. Aku salah. Gimana lagi, udah kejadian."
Walaupun manyun dan protes, ketiga sahabatnya itu masih saja membantu Risma mengerjakan soal. Walaupun harus kelaparan akibat tak makan siang.
"Ketemuu!!" Seru Sania girang. Ia memperlihatkan hasil orat-oretnya yang luar biasa panjang kepada Risma. "Salin gih." Ujar Sania lagi.
Setidaknya tinggal 6 yang harus dijawab Risma. Semakin lama semakin buntu terasa. Hingga akhirnya bel masih berbunyi.
"Kita lanjutin nanti, sepulang sekolah kerjain dirumah Risma. Tapi sebelumnya ke perpus dulu ya, Aku kayaknya pernah liat dalil untuk jawab soal no.6." Ujar Adis. Tak ada yang menolak, mereka semua menganggukkan kepala tanda setuju.
"Ingat makanan ya, Ris." Pesan Ayu.
Risma menyengir lebar namun akhirnya mengangguk.
Setelah turun di halte paling dekat rumahnya, Risma berjalan kaki menuju rumahnya. Hanya kurang lebih 100 meter jarak yang harus Risma tempuh dengan berjalan kaki.
Ketika SMP, Risma selalu melewati jalan ini berdua dengan Weka. Rumah mereka memang lumayan dekat, hanya berbeda 2 blok. Risma harus melewati rumah Weka dulu untuk sampai dirumahnya. Seringkali, Weka mengantar Risma pulang terlebih dahulu, baru setelah itu ia memutar kembali untuk pulang.
Mereka berdua bahkan seringkali mengambil jalan memutar sekadar untuk menghabiskan waktu lebih lama. Risma sungguh menyukai kebaikan-kebaikan kecil yang diberikan Weka untuknya.
Tapi kali ini, jangankan mengambil jalan memutar, Risma bahkan tak pernah menikmati perjalanannya yang panas dan melelahkan ini. Ia selalu ingin cepat-cepat pulang. Tak ada lagi seseorang yang diajaknya untuk sekadar bersenda gurau diperjalanan.
Walaupun begitu, Risma selalu menyempatkan diri untuk berhenti didepan Rumah lama Weka. Seperti hari ini. Rumah besar bercat putih itu masih berdiri tegak persis seperti saat penghuninya meninggalkan rumah tersebut.
Semenjak kecelakaan itu, seluruh anggota keluarga Weka meninggalkan rumah tersebut. Risma tak pernah mendapatkan kabar apapun tentang Weka, tentang apa yang terjadi dengan cowok itu. Weka dan keluarganya menghilang seolah ditelan bumi. Tak sekalipun pernah terdengar kabar lagi tentang mereka.
Ibu Risma selalu meyakinkan Risma kalau seluruh keluarga Weka pergi untuk menyelamatkan Weka. Mencari rumah sakit terbaik ditempat yang jauh. Tak sempat memberikan kabar. Bukan karena marah kepada Risma.
Risma berusaha untuk mempercayai hal itu, tapi segala kemungkinan itu terlalu bagaikan angan untuknya. Terlalu mustahil. Tak mungkin orang tua Weka tak menyalahkan Risma atas peristiwa naas yang menimpa anak kesayangan mereka. Karena tindakan bodoh Risma.
2 tahun hilang tanpa kabar. Bagaimana keadaan Weka sekarang? Bagaimana tampangnya sekarang? Apakah ia marah kepada Risma atas kecelakaan yang menimpanya? Beribu pertanyaan menyerang Risma ketika melewati Rumah itu. Segalanya tentang Weka.
Ketiga sahabat Risma datang tak lama setelah Risma pulang. Mereka bertiga telah membawakan setumpuk buku untuk menjawab soal-soal laknat tersebut.
Tadi sepulang sekolah, mereka berempat telah mengobrak-abrik perpustakaan mencari buku yang memuat cara untuk menjawab soal-soal yang akan mereka kerjakan. Hingga akhirnya mereka diusir oleh penjaga perpus karena membuat keributan dan karena memang perpus akan tutup sebentar lagi.
Mereka berempat pun harus puas dengan membawa 3 buah buku panduan dari perpustakaan. Walaupun bagi Sania buku-buku itu takkan banyak membantu karena soal dari Pak Anwar lebih membutuhkan nalar daripada Rumus.
Dengan keajaiban, mereka berempat akhirnya berhasil menjawab 3 soal lagi. hari telah menjelang sore saat mereka akhirnya memutuskan untuk menyerah. Memang Sania lah yang paling ulet dalam mengerjakan soal, padahal ini adalah soal untuk Risma.
Cukup lama waktu yang mereka butuhkan untuk menjawab 3 soal itu, walaupun Risma akui, mereka memang lebih banyak bercanda dan mengobrol daripada mengerjakan soal.
Setidaknya, Risma takkan remidi bila seluruh jawabannya itu benar. Kata Adis, Pak Anwar pasti menghargai usaha Risma dalam menjawab soal. Risma jadi sedikit rileks.
-------------

KAMU SEDANG MEMBACA
The Forgotten Memory
RomansaCinta adalah perjuangan, mencapai apa yang disebut dengan mimpi mimpi akan keindahan dan kebahagiaan Perasaan tak pernah bisa diatur, namun percayalah bahwa segala jenis perasaan yang diterima ada makna dibalik segalanya Ialah Risma, gadis SMU biasa...