TINA POV
Tumben banget Karel gak nyari ribut. Biasanya kan, dia selalu ngantil di saat aku dan Pooja bermain. Huh, kenapa aku menunggunya? Ini aneh. Mungkin ini efek gara gara digangguin Karel setiap harinya. Oke lupakan.
Hari ini, aku dan Pooja bermain sambil belajar di rumahku. Kami belajar mengenai seni gambar. Huh, aku paling gak bisa soal gambar menggambar. Pooja juga sama denganku. Mana sih Karel, karena hanya Karel yang bisa menggambar diantara kita bertiga. Aku dan Pooja sama sama bodoh dalam hal ini. Ya, kami punya bakat masing masing. Pooja pintar dalam hal menyanyi, Karel seperti yang ku ucapkan tadi, pintar dalam menggambar, melukis, dan lain lain yang sejenis dengan itu. Kalau aku? Aku pintar dalam menari dan menyanyi. Padahal, aku tak pernah belajar khusus atau private untuk menari, semua orang bingung, kenapa aku bisa menari? Turunan siapakah? Huh, aku sendiri juga bingung. Aku menciptakan gerakan gerakan yang mudah dan tak terlalu rumit. Gerakan ini alami, aku seperti di gerakkan oleh sesuatu. Ini muncul ketika aku menonton pertunjukan seni tari.
Bayangkan saja, aku tiba tiba menari di tengah tengah panggung, aku di tonton beribu penonton, tak ada yang menghalangiku. Aku terus menari walaupun tak ada musik pengiring, aku memejamkan mata dan ya aku menari mengikuti hatiku. Disaat aku merasakan keheningan yang cukpu berkepanjangan, aku membuka mata. Dan wow, semua mata tertuju padaku, tatapan mata seolah olah melihat sesuatu yang takjub. Ini ku alami tahun lalu di mana usiaku masih 8 tahun. Ini memalukan, semua orang tiba tiba bertepuk tangan dengan meriah dan bersorak ramai. Aku menutup mukaku dan berjalan ke arah Ayah dan Bundaku.
Aku menangis, entah aku merasa malu dan kikuk jika dipandang seperti itu. Oke itu masa lalu, dari situ, aku berbakat dalam seni tari. Hehehe peace..
Kini aku menunggu kedatangan Karel, padahal kita udah janjian sehabis pertengkaran ku dengan Karel tadi.
"Pooja, kenapa dia lama sekali? Kalau begini kita gak akan selesai selesai." Gerutuku.
"Sabar Tina. Kita tunggu beberapa menit lagi. Mungkin dia masih makan siang bareng keluarganya." Jawab Pooja.
"Baiklah." Jawabku menyerah.
1 menit biasa...
2 menit mulai gak betah...
5 menit udah emosi....
10 menit pingin nyakar
Dan 15 menit lewat 43 detik... dia sampai sebelum emosi ku meledak. Tenang Tina, tenang...."Sorry lama... you know lah, makan siang" jawabnya nyengir tak berdosa.
"Ya udah cepetan, ajari kami berdua." Ucaoku padanya.
"Hush Tina, jangan begitu." Pooja mengingatkan.
"Iya Pooja." Jawabku malas. Kebiasaan deh-_-
Akhirnya kami belajar seni gambar dengan di selingi candaan, tawa, marahan, dan ya tengkar. Tapi, gak tengkar terus, tenang. Hari sudah malam, Pooja pamit pulang. Kadang aku menggerutu pada Pooja. Padahal rumah kita hanya berjarak beberapa meter, kenapa gak menginap saja di rumah. Huh, Pooja Pooja.
Kini, hanya tinggal aku dan Karel. Dia berubah menjadi lebih diam. Entah ada apa dengannya. Dia kelihatan sedih, lesu, dan tak bersemangat. Ada apa dengannya? Aku yang sibuk dengan pikitmranku tidak tahu kalau Karel sedang kesal padaku.
"Tina, apa kamu mendengarkanku?" Tanyanya kesal.
"Hehe maap, aku tak mendengarnya. Emang kamu bicara apa tadi? Ulangi dong!" Jawabku polos.
"Ck, aku capek mau ngomong Tina, kamu sih gak dengerin aku." Ucapnya.
"Ya elah, ya udah gak usah ngomong." Jawabku pura pura ngambek.
"Ih, ngambek lagi. Ya udah aku gak ngomong sama kamu." Ucapnya. Aku menghiraukannya. Tiba- tiba wajahnya berubah serius, dia seperti ingin ngomong sesuatu.
"Tina." Panggilnya
"Hm." Jawabku.
"Tina."
"Hm."
"Tina..!!" Ucapnya mulai geram.
"Apasih." Jawabku cuek.
"Aku mau ngomong." Ucapnya gregetan.
"Ngomong apaan?" Tanyaku oenasaran dan.... malas.
"Kalau aku suka sama kamu giman?" Tanyanya tiba-tiba. Tiba-tiba banget. Aku gak tahu harus jawab apa. Karena aku bingung.
"Wuahahahaha.... haha, lucu banget wa hah jah mu hahaha" tawanya meledak. Ih ku pikir beneran.
"Kamu nyebelin tau gak." Ucapku galak.
"Kenapa? HHaha" ucapnya masih tertawa.
"Udah jangan ketawa terus." Dia malah tambah ketawa. Huh menyebalkan.
"Udah Karel Arya Roshan. Berhenti tertawa. Kalau gak, aku usir kamu." Ancam ku.
"Ih takut.." ucapnya mengejek. Asem
"Oke, kalau gitu keluar kamu. Kamu nyebelin." Usirku.
"Hey, calm. Oke oke aku minta maaf. Tolong jangan usir aku, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Ucapnya serius lagi.
"Gak, nanti kayak tadi lagi. Ogah, udah sana keluar."
"Hey, tenang Tina. Aku serius, janji deh."
"Janji?" Tanyaku.
"Yeah, I am promise." ucapnya yakin."Oke silahkan berbicara."
"Em, Tinaa, aku mau pindah ke London." Ucapnya pelan, pelan banget. Hampir seperti bisikan. Eh tunggu, dia bilang apa? Pindah? Apa? Pindah? London?? What??? Oke, seneng apa sedih nih aku??Jangan lupa Vote dan Comment ya?biar jadi inspirasi juga
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Sahabat
Teen FictionSeorang gadis yang hidup dengan penyakit yang kemungkinan sedikit harapan untuk hidup. Berjuang demi kebahagiaan orang sekitarnya. Tanpa memikirkan dirinya sendiri. Menjadi mak comblang antara pemuda yang ia cintai dan gadis yang sudah dianggap saud...