Kebahagiaan

74 7 0
                                    

*dibalkon rumah Mahendra*

"Kiran
Ayash
Liliana

Istri tercintaku
Kekasihku
Pacar abadiku
Jantungku
Nyawaku
Bidadariku

Banyak yang tlah ku lalui bersama mu, terimakasih karna dengan kehadiran putri kecil kita, hidupku tak akan suram dengan kegelapan. Lihatlah selalu kami disini. Lihatlah setiap moment yang kami lakukan disini, lihatlah tawa, tangis, suka, senang, duka putri kecil kita. Lihatlah disini, aku tersenyum padamu. Lihatlah, disini pertumbuhan Tina. Lihatlah betapa aku merindukanmu. Datanglah wahai kekasihku..." Ucap Mahendra dalam hatinya. Sang Liliana di atas sana mendapat signal untuk menemui kekasih hidupnya.

"Buka matamu Ayash." Ucap Liliana. Liliana akan selalu datang jika Mahendra memanggilnya. Terkadang, Liliana sendirilah yang datang menemui Mahendra. Mahendra membuka matanya. Ia tersenyum senang, bisa melihat istrinya.

"Hm..."

"Kenapa kau lama sekali datangnya?" Tanya Mahendra.

"Maaf, janji tak kan ku ulangi lagi." Jawab Liliana. Tapi, Mahendra tak bergeming. Melihat itu, Liliana tersenyum sendiri.

"Yah, ngambek nih ceritanya." Ledek Liliana.

"Ya." Ketus Mahendra.

Liliana melihatnya, tertawa dan tak lama diikuti oleh Mahendra. Mereka sama sama tertawa, padahal tak ada yang lucu.

"Mau berdansa?" Tawar Mahendra pada Liliana. Liliana mengangguk senang.

"Baiklah Nona, mari berdansa dengan Tuan Ayash." Ujarnya seraya mengulurkan tangannya. Liliana menerima uluran tangan tersebut.

Mereka berdansa, menyalurkan rasa rindu satu sama lain. Berdansa dalam malam yang indah. Seakan Tuhan tahu apa yang dirasakan dua insan ini, terdengarlah alunan musik yang menenangkan keduanya. Mereka berdansa ke kanan, ke kiri, maju, mundur, dan berputar. Melakukan setiap gerakan dengan penuh perasaan. dan melakukan gerakan tersebut berulang kali. Sehingga mereka hanyut dalam perasaan memabukkan ini.

                                                    ***

*kamar Tina*

"Tina, apa yang kau lamunkan." Sentak Pooja.

"Hem tak ada." Jawab Tina.

"Memangnya, kau kapan selesai Pooja? Aku sudah capek menunggumu seperti ini." Keluh Tina pada Pooja untuk mengalihkan perhatian.

"Kau ini, sabar dikit bisa gak sih." Ujar Pooja.

"Lagian, kau tumben sekali malam malam begini masih sempat membuat lagu yang tak kau tau apa intinya." Sungut Tina sebal. Pooja tertawa kecil, memang Pooja sangat aneh. Ia sering melakukan sesuatu tapi tak tahu apa inti dari yang ia kerjakan.

"Ck. Dilanjutin besok deh Pooja. Aku disini menunggu. Ingat menunggu. Menunggumu selesai membuat lagu. Memang buat siapa sih?" Tanya Tina, mulai mengantuk. Sambil menekan kata 'menunggu'.

"Bukan buat siapa-siapa sih. Cuma pengen aja. Duh Tina kalau kamu ngantuk tidurlah." Suruh Pooja. Tina menggelengkan kepala tidak mau. Pooja sudah tahu akan kemanjaan Tina padanya. Dengan terpaksa, Pooja menutup buku yang tertulis isi lagu. Sekarang, mereka berdua tidur bersama.

                                                    ***

AUTHOR POV

Suara merdu mengalun dari tempat sembahyangan. Seseorang tengah sembahyang, dengan alunan lagu teruntuk Tuhan. Bangkitkan jiwa semua orang. Orang itu terus bernyanyi seolah ia hidup bersama Tuhan. Tanpa disadarinya, semua penghuni rumah telah berada di belakang, mengikutinya untuk sembahyang.

Bait demi bait lagu, ia nyanyikan. Mengeluarkan aura kesucian. Hanyut dalam ketulusan berdoa. Sambil membawa lilin, ia terus berdoa.

Sembahyang, berdoa selesai, nyanyian pun juga berhenti. Ia mengucapkan puji syukur kepada Tuhan. Saat berbalik, semua orang tersenyum penuh arti kepadanya. Walaupun umurnya baru menginjak 10 tahun beberapa jam yang lalu,  ia bisa melakukan sembahyang dengan sempurna. Ia ikut tersenyum, mendekati keluarganya.

"Selamat pagi" sapanya riang. Ia adalah Tina.

"Pagi sayang" ucap Mahendra sambil mencium kening putrinya. Mahez, Akilla, Pooja, Oma, Opa dan lainnya berkumpul. Ya, hari ini adalah ulang tahun Tina.

Setiap umurnya bertambah, Tina selalu melakukan sembahyang di pagi buta. Agar Tuhan tahu betapa bahagianya Tina, Betapa senangnya Tina. Lilianalah yang mengajarkan itu kepada putri kecilnya. Ia ingin, Tina menjadi gadis yang tahu tata krama ke depannya.

Disini, Tina berdoa agar ibundanya mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Semua orang masih menutupi meninggalnya Liliana.

Dialam yang berbeda, Liliana tersenyum melihat putri kecilnya yang mengalunkan lagu sembahyang.

"Selamat Ulang Tahun sayang, semoga kau terus ingat kepada Tuhan." Ucap Liliana.

Sedangkan disini, Tina dan yang lainnya merayakan hari jadi Tina di umur 10 tahun. Mereka tersenyum, tertawa, bercanda, berguarau, dan hari ini adalah hari yang menyenangkan hari kebahagian bagi keluarga Tina.

                                                    ***

*London*

Karel melakukan sembahyang di gereja terdekat. Ia ingat, hari ini adalah hari terbahagia bagi Tina. Ia tak lupa akan hal itu. Tuhan, disinilah ia berada. Ia berjalan lurus, melewati bangku bangku kosong.

Hingga sampai di depan, ia mengambil lilin. Meletakkannya di depan, ia berdoa, memejamkan mata. Tersenyum bahagia, doa yang tulus dari hati.

"Tuhan, kau tahu kan hari ini adalah hari kebahagiaan Tina. Kau pasti tahu, ya pastilah. Kau adalah Tuhanku. Tuhan, aku tak minta banyak. Aku hanya minta kebahagiaan Tina. Hanya dengan kebahagiaannya sudah cukup bagiku. Tuhan, kau yang Maha Pemurah, kau segalanya. Kuasamu yang agung. Aku bersyukur kepadamu." Karel dalam hati.
Ia membuka mata, tersenyum dan kembali pulang.

Hingga sampai dirumah, Karel terus tersenyum seperti orang kasmaran.

"Ayah....." teriak Karel. Saat sampai dirumah. Sang Ayah menyadari akan kedatangan putra satu satunya.

"Hey, kau kenapa?" Tanya Ayah Karel.

"Hem, tak apa Ayah. Aku hanya bahagia saja." Karel dengan senyumnya. Ayahnya tak bisa memungkiri bahwa anaknya sedang bahagia. Ia tak ingin merusak apa yang menjadi kebahagiaannumya saat ini.

"Oh, oh, Ayah... kenapa Ibu lama sekali ke pasarnya? Memang bahan dikulkas habis apa? Perasaan kemarin masih ada, kenapa Ibu ke pasar?" Karel beruntun. Arya-Ayah Karel- terkekeh kecil melihat putranya.

"Ayah, kenapa kau menertawaiku? Memang ada yang lucu dari tampangku saat ini?" Tanya Karel, lagi sambil memegangi wajahnya.

"Em tidak." Arya.

"Kalau begitu kau kenapa tertawa Ayah?"

"Memangnya aku tak boleh tertawa ya? Kalau tak boleh ya sudah, aku tak tertawa lagi." Ayah Karel cemberut.

"Ah, Ayah kau selalu begitu. Ya sudah aku lebih baik ke kamar saja. Bye Ayah." Karel berjalan pergi ke kamarnya. Ia membuka pintu kamar dan menutupnya kembali.

Ia mengambil album berwarna merah marun, yang isinya foto Tina. Ia mengambil salah satu foto yang ada di album itu.

Memandangnya, menerawang bagaimana senyuman Tina, bagaimana Tina cemberut. Ia mengingat hari terakhirnya dengan Tina di stasiun. Ia menatap wajah sedih Tina.

Mengingat itu, membuat Karel murung, ia juga sedih melihat Tina bersedih karena dirinya. Tapi, ia sudah berjanji akan kembali dan menjadikan Tina kekasihnya kelak.

Ia segera meletakkan foto itu ke dalam albumnya. Dan mengembalikan ke tempat semula. Ia pergi ke patung Tuhannya.

"Tuhan, kau tahu betapa senangnya aku hari ini. Oh dan ya, Tuhan tolong maafkan aku karena perbuatanku pada Tina waktu itu. Aku tak bermaksud seperti itu pada Tina. Kau tahu kan maksudku?" Ucap Karel







Vote dan comment ya  :)

Atas Nama SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang