'Desire'

39.3K 1.8K 76
                                    

Warning : khusus dewasa (21+)

***

Hari ini hujan. Deras dan begitu dingin. Aleena menutup tirai dan mengecilkan volume AC dikamarnya. Pandangannya teralih ke sang suami yang sedang terbaring ditempat tidur.

Sembari menarik selimut hingga menutupi sebagian tubuh Dimitri. Ia menyentuh kening pria itu.

Demamnya sudah agak turun.

"Dim, ayo diminum dulu obatnya" ujar Aleena.

Dimitri mengangguk pelan. Wajahnya tampak pucat namun ia tetap berusaha tersenyum.

Aleena menyelipkan tangannya dibalik punggung sang suami dan membantunya duduk. Secara perlahan Dimitri meminum obat itu.

"Kau mau buah ?" Tanya Aleena.

Dimitri menggeleng.

"Atau mau makan sesuatu ?" Kata Aleena lagi.

Hanya senyum yang terlihat diwajah Dimitri.

"Bagaimana rasanya, apakah sudah lebih baik atau..."

"Leen" potong Dimitri hingga Aleena tertegun.

"Ya" jawab wanita itu.

"Aku rindu ibuku" ucapan yang terlontar dari mulut sang suami seketika membuat hati Aleena bersedih.

"Apa kamu mau kita mengujungi makam ibumu ?"

"Tidak, bukan ibu kandungku Leen" Dimitri meraih tangan Aleena dan menaruhnya dipangkuan. "Ibu angkatku, Delaney's mother"

Nyaris Aleena lupa. Sejak kecil Dimitri memang diasuh oleh kedua orang tua Del. Memikirkan Del, pria itu saat ini memutuskan untuk keluar dari perusahaan Dimitri dan memilih pulang ketempat asalnya.

Dari yang Aleena dengar sebelumnya, Delaney mulai membangun usaha sendiri. Insiden yang lalu memang telah merubah semuanya.

Kelancangan Delaney karena telah berani mencoba merebut Aleena adalah hal yang tidak akan terlupakan oleh Dimitri. Dan meskipun Dimitri sudah memaafkannya, tetap saja Del merasa tak lagi memiliki muka untuk terus menjalankan perusahaan Dimitri.

Roma adalah kampung halaman pria itu. Dan Dimitri mungkin ingin mengunjungi mereka.

"Apa kau ingin kita ketempat mereka ?" Aleena menatap Dimitri iba.

"Entahlah, apa kau siap untuk bertemu Delaney lagi ?" pertanyaan Dimitri spontan membuat Aleena merasa tidak nyaman.

Aleena lah yang meminta pada Delaney agar jangan sampai mereka bertemu kembali dan Dimitri tahu itu. Karena ia tidak ingin menyakiti pria itu lagi dan tidak juga ingin menyakiti suaminya sendiri.

Karena Delaney, rumah tangganya nyaris hancur. Dimitri hampir menceraikannya dan merelakan dirinya jika memang Aleena memiliki perasaan kepada pria itu.

Seolah tidak ingin melanjutkan pembicaraan Aleena lantas bangkit dan berbalik. "Sebaiknya aku menyiapkan makanan dulu" baru saja Aleena hendak pergi tetapi Dimitri menahannya.

"Disini saja, aku membutuhkanmu" desak Dimitri. Matanya menatap sayu wajah istrinya hingga membuat Aleena tak tega untuk meninggalkannya.

Aleena menelusuri wajah suaminya yang terlihat pucat namun tetap tak mengurangi ketampanannya. Rasanya... ia sangat ingin menyentuh suaminya walau sedikit saja. Bolehkah. Apa jika aku yang menyentuhnya duluan aku akan dianggap kalah. Tetapi kami suami istri bukan. Apakah ada istilah menang dan kalah bagi kami.

Dan seolah mengabaikan jeritan-jeritan didalam kepalanya, Aleena meraih wajah Dimitri dengan kedua tangannya dan mencium dengan ganas bibir yang terasa panas itu.

Awalnya Dimitri terkejut, tetapi ia tetap melanjutkannya. Menerima sepenuhnya lidah sang istri yang mendesak masuk kedalam rongga mulutnya. Menyesap lidahnya seraya memberikan lumatan lagi dan lagi dengan sangat agresif diseluruh bagian bibirnya.

Tubuh Aleena perlahan naik keatas tubuh Dimitri. Menindih kedua paha atas pria itu sambil terburu-buru melepaskan satu persatu kancing piyama sang suami dengan tidak sabar.

Ciuman itu terlepas dan lidah Aleena berpindah tempat menelusuri sisi leher Dimitri yang terasa panas. Membuat sang suami yang sudah tidak berdaya karena demam semakin merasa tersiksa, dalam arti yang berbeda.

"Leen" Dimitri membalik posisi dan menindih tubuh Aleena yang terus menggeliat tak bisa diam.

Ia menciumi seluruh wajah sang istri dengan kecupan-kecupan lembut seraya beralih menandai jejaknya diseluruh sisi leher Aleena. Sebelah tangannya yang bebas menarik paksa mini dress warna pastel yang dikenakan Aleena hingga robek dan memperlihatkan bagian atas tubuh wanita itu.

Aleena tak tinggal diam. Ia menarik lepas mini dress yang telah koyak itu dan melepasnya melewati kedua kaki jenjangnya dibantu oleh Dimitri.

Seluruh tubuh Dimitri terasa bagai kesemutan karena demam sementara jantungnya serasa berpacu lebih cepat dari biasanya. Aleena kembali membalik posisi mereka dan menarik paksa celana piyama sang suami hingga terlepas.

Dimitri mengerang ketika dengan liarnya sang istri menelusuri dada telanjangnya dengan ujung kukunya yang runcing. Aleena bergerak naik keatas tubuh Dimitri dan mendudukkan kewanitaannya tepat diatas kenjantanan sang suami sambil bergerak bebas.

Napas Dimitri menderu. Ia menggeram berusaha menahan hasratnya agar tidak lepas kontrol mengingat sang istri baru saja dinyatakan bersih oleh dokter dan ia khawatir didalam kewanitaan sang istri masih belum bisa menerima dirinya secara langsung. Ia mengalihkan hasratnya dengan mencecap lagi bibir tipis itu dengan lumatan-lumatan penuh gairah.

Desahan tertahan terlontar begitu saja dari bibir Aleena ketika milik suaminya yang sudah mengeras menekan kewanitaannya yang sudah berkedut. Keduanya merasa amat tersiksa tetapi Dimitri tak habis akal untuk memuaskan sang istri.

Dengan sebuah gerakan cepat Dimitri mengangkat tubuh Aleena dan membaringkannya diatas tempat tidur. Melepaskan segitiga merah yang dikenakan sang istri dan menekuk kedua kaki jenjang itu keatas. Memposisikan wajahnya sendiri diantara paha bagian dalam Aleena dan mulai memainkan lidahnya diantara pusat inti sang istri hingga Aleena nyaris menjerit karena kenikmatan yang tak tertahankan.

Meskipun kejantanannya sudah sangat menuntut tetapi Dimitri berusaha menahannya demi bisa menyenangkan sang istri.

Aleena yang bisa mengetahui hanya dengan melihat ekspresi penuh penderitaan Dimitri langsung menarik tubuh sang suami dan kembali membalik keadaan.

Dengan posisi Aleena yang kini berada diatas sang suami, ia memutar tubuhnya. Memposisikan wajahnya tepat diatas kejantanan sang suami, sementara kewanitaannya sendiri berada tepat diatas wajah Dimitri. Seolah tahu akan peran masing-masing, mereka mulai menjalankan tugasnya. Secara perlahan-lahan namun begitu mendesak hingga akhirnya pelepasan itu dirasa akan datang, dengan amat menuntut dan dalam hitungan detik mendapatkan klimaks hingga keduanya terkulai lemas. Dalam hati Aleena berpikir.

Aku pasti sudah gila !

Dimitri bangkit dan meraih Aleena kedalam pelukannya. Tidak seperti diawal pernikahan mereka. Kini, sang istri adalah pemain yang handal dan kedudukan mereka nyaris setara.

"Terima kasih Leen" bisiknya lembut. Sementara Aleena hanya menganggukan kepalanya sambil berusaha mengatur napasnya. Merasakan jemari Dimitri yang mengusap lembut punggungnya.

Aleena masih merasa sangat marah tetapi entah kenapa, setiap melihat wajah Dimitri kemarahannya seolah lenyap begitu saja. Kenapa rasanya ia menjadi sangat lemah saat berhadapan dengan orang yang dicintainya.

Apakah cinta memang seperti itu. Apakah cinta bisa membuyarkan segala emosi. Apakah karena cinta seseorang bisa menjadi bodoh. Jika tidak, kenapa Aleena saat ini merasa seperti itu.

Hanya dengan sentuhan Dimitri saja, segala amarah dan kekecewaan yang dirasakannya seolah terbang entah kemana. Didalam dekapan Dimitri, Aleena perlahan mulai memejamkan matanya. Merasakan kedamaian diantara kedua lengan kokoh yang menaungi tubuhnya.

***

Happy Reading ^^

Red Shoes (K.B.F)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang