'Finally Meet Her'

24.2K 1.4K 47
                                    

Hujan deras mengguyur perkotaan. Membuat hiruk pikuk aktifitas dijalan menjadi lengang seketika.

Alaric, sambil sesekali menyesap rokoknya terus memandang ke arah kejauhan dari balik kaca besar apartemennya.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan wanita itu. Tiba-tiba saja datang, menangis sesenggukan dibahuku dan kini mengurung diri dikamarnya. Ralat, kamarku.

Habis kesabaran, Alaric akhirnya mengetuk pintu kamarnya.

"Aleena, keluarlah. Kau belum makan apapun sejak semalam"

Hening.

Alaric mengetuk dengan lebih keras.

"Baiklah, dalam hitungan ketiga. Aku akan mendobrak pintu jika kau tidak juga membukanya" ancam Alaric.

Pria berambut pirang itu menghela napas kasar.

"Satu"

Tidak ada jawaban.

"Dua..."

Masih tidak ada reaksi.

"Tii...."

Aleena akhirnya membuka pintu. Rambutnya yang panjang namun berantakan dan hampir menutupi seluruh wajahnya membuat Alaric nyaris menjerit.

"Astaga! Kukira kau hantu penunggu apartemen ini!" Keluh Alaric sambil mengelus dada.

Aleena menyibak rambutnya ke samping. "Pinjam uang." Ujarnya tiba-tiba.

"Apa?"

"Apa telingamu tuli, aku bilang pinjam uang" ulang gadis itu sambil mengulurkan telapak tangan.

Alaric hanya bisa geleng-geleng kepala. "Ckckck, setelah kau menumpahkan isi hidungmu dibahuku semalam, memonopoli kamarku, dan sekarang kau mau pinjam uang?!"

Aleena mengangguk mantap tanpa mengatakan apapun.

"Hah, kau-luar-biasa-nona harimau" desis Alaric lambat-lambat. "Apakah suamimu yang kaya raya itu sudah kehabisan uang!"

Aleena mendelik malas dan mendorong tubuh Alaric. "Baik, kalau kau tidak mau pinjamkan uangmu, aku akan segera pergi dari sini" tegasnya, meski sampai dipintu masuk gadis itu kembali menoleh. "Hanya sedikit uang saja, please"

***

Dimitri memandang sekitarnya. Rumah sakit?

"Tuan, anda sudah sadar?" Tanya seorang wanita secara tiba-tiba.

Dimitri tak kuasa berkata-kata saat melihat wanita yang saat ini sedang berdiri disisinya. Menatapnya dengan pandangan cemas.

"Kau?!"

Wanita itu mengernyitkan dahinya sejenak dan mengulurkan tangan. "Perkenalkan, namaku Amy" ujarnya.

Dimitri mengerjapkan matanya. "A, Amy?"

Wanita itu mengangguk. "Anda, tuan Dimitri bukan?"

Dimitri hanya diam sambil terus memandang lekat wajah wanita itu. Yang terlihat begitu sama dengan kekasihnya di masa lalu, Diana.

Amy menghela napas dalam-dalam seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Dimitri. "Apakah aku begitu mirip dengannya tuan?"

Dimitri hanya menjawab dengan anggukan.

"Maafkan aku, tapi aku bukanlah Kak Diana" terang Amy. Merasa iba dengan raut wajah Dimitri yang terlihat begitu merana.

Dimitri berusaha duduk dengan dibantu Amy. "Jadi... kau..."

Amy mengangguk. "Just Amy"

Denyutan didalam kepala Dimitri kembali terasa. Ia terkekeh sambil tertunduk.

Bodohnya aku. Jadi... yang pernah kulihat saat itu, yang kupikir bahwa Diana masih hidup rupanya adalah... wanita ini.

"Tuan, maafkan aku jika aku lancang bertanya, tetapi apa yang terjadi dengan anda? Kenapa anda berlari-lari dengan kondisi seperti ini?" Tanya Amy mencoba memberanikan diri.

Dimitri tersentak seketika. Seolah tersadar akan sesuatu. "Aleena..."

***

"Untuk apa kau mengikutiku?!" Tanya Aleena ketus.

Alaric terlihat cuek sambil terus berjalan mengiringi Aleena. Pandangannya menelusuri berbagai barang yang berjejer rapi di atas rak supermarket yang mereka kunjungi.

"Kalau kau kabur, kenapa kau tidak kembali ke rumah orang tuamu atau setidaknya menginap di rumah sahabatmu, kenapa kau malah mendatangiku?" Tanya Alaric heran.

Aleena menghentikan langkahnya dan menatap tajam pria itu. "Dan mengambil resiko ibuku akan membenci Dimitri? atau menyusahkan sahabatku yang sudah berumah tangga? Tentu saja tidak!" Jawabnya sambil kembali mendorong troli berisi setumpuk barang-barang keperluannya.

"Aaah, jadi kau memilih untuk pergi ke tempat pria yang baru saja kau kenal dibanding harus membuat orang-orang terdekatmu membenci calon mantan suamimu eh"

"Dimitri masih suamiku." Kata Aleena ketus. Kemudian tampak berpikir. "Setidaknya saat ini."

"Sudahlah Aleena, kau sebenarnya tahu kalau suamimu itu tidak akan pernah memilihmu jika dibandingkan dengan wanita itu"

Aleena tertunduk. Dia memang benar... "Bisakah kau tidak mencampuri urusanku?!" Pintanya kemudian.

Alaric maju selangkah dan menahan langkah Aleena. "Dengar nona, saat ini kau sedang sangat berhutang budi padaku. Jadi, jika boleh kudengar, apa yang akan kau berikan padaku sebagai balasan atas kebaikanku"

"Tuan Alaric, anda tidak perlu khawatir. Aku akan segera mencari pekerjaan agar aku bisa segera melunasi hutangku"

Senyum menyeringai menghiasi wajah Alaric. "Aah jadi kau akan mencari pekerjaan eh?"

"Tentu saja"

"Apa kau membawa semua arsip yang akan sangat kau perlukan untuk melamar pekerjaan?"

Aleena baru menyadari hal itu. "Tidak" Bodohnya aku.

Merasa menang, Alaric melipat kedua tangannya di dada. "Dan kau pikir perusahaan akan menerimamu begitu saja tanpa arsip-arsip itu?"

Siaal! Aleena rasanya begitu ingin memutar waktu supaya ia bisa kembali kerumah dan mengambil semua yang memang benar-benar ia perlukan dibanding membawa setumpuk pakaian seperti saat ini.

"Nah, karena semua sudah jelas. Maka aku punya solusi terbaik" ujar Alaric lagi.

"A, apa itu?"

Alaric tersenyum menyeringai sambil memajukan tubuhnya. "Bagaimana kalau kau cukup membayarku dengan... satu ciuman saja?"

----

Amy dengan susah payah membawa Dimitri masuk ke dalam rumah pria itu.

"Terima kasih"

Gadis itu mengangguk. "Apa anda memerlukan sesuatu?"

Berada bersama gadis yang memiliki wajah yang tampak begitu sama dengan Diana adalah cobaan terberat bagi Dimitri.

"Kurasa tidak" jawab Dimitri.

Amy melihat-lihat sekitar. "Dimana istri anda Tuan?"

Dimitri hanya tersenyum dan melihat jam tangannya. "Kupikir ini sudah larut malam, bagaimana jika kau kuantar pulang?"

"Ahh tidak perlu, anda masih perlu banyak istirahat, lagipula aku bisa pulang sendiri" tolak Amy.

Dimitri berusaha bangkit namun kembali terhuyung.

"Tuan?!" Amy bergegas menangkap tubuh pria itu. "Sebaiknya anda jangan memaksakan diri, jika anda berkenan bagaimana kalau aku menemani anda hanya sampai istri anda kembali?"

***

Selamat membaca :)

Red Shoes (K.B.F)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang