'Red Shoes'

48.9K 2.5K 273
                                    

"Seharusnya kau tidak perlu repot mengantarkan laporan ini kepadaku Tuan Will." Ujar Dimitri sambil menanggapi berkas yang diberikan kakek Alaric.

Lelaki tua itu terkekeh dan menyandarkan punggungnya di sofa dengan susah payah.

"Sudah lama aku tidak melakukannya, jadi biarkanlah untuk sekali ini saja Nak." Jawabnya seraya tersenyum.

Dimitri menggeser kursinya dan menghampiri lelaki tua itu. "Kurasa aku sudah harus mengembalikan semuanya pada Alaric." Kata Dimitri membuka pembicaraan.

Tuan Will tampak berpikir sejenak. "Apakah menurutmu sudah saatnya? Kau tahu sendiri kalau cucuku itu... sangat tidak memiliki loyalitas." Tegasnya sambil menghela napas.

Seulas senyum mengukir bibir tipis Dimitri. "Jangan seperti itu Tuan Will, jika Alaric memang benar-benar tidak peduli dengan perusahaannya, dia tidak akan mau merendahkan harga dirinya dengan menjadi pesuruhku."

"Hmm...", Tuan Will mengambil tongkatnya dan berdiri dengan susah payah. "Jika menurutmu itu yang terbaik, aku setuju saja. Karena seperti yang kukatakan sebelumnya, aku menyerahkan sepenuhnya Alaric untuk berada di bawah bimbinganmu."

Dimitri tertawa. "Usiaku baru akan menginjak empat puluh Tuan Will, jadi kumohon jangan memperlakukanku seperti lelaki yang seusia denganmu..."

***

Alaric melipat kedua tangannya di dada sambil terus mengamati Aleena yang tengah di make over oleh sang penata rias.

"Apa aku terlihat cantik sampai kau ternganga seperti itu Alaric?" Gumam Aleena.

Alaric mengerutkan keningnya. "Ku akui kau cantik hari ini, tapi... tidakkah pipimu terlalu merah, kau seperti habis di tampar berkali-kali Aleena."

Aleena mendelik tajam pada pria itu. "Bisakah satu hari saja kau tidak memancing emosiku?!"

"Wow, inilah dia, munculnya taring sang nona Harimau..." tambah Alaric lagi.

Habis kesabaran, Aleena lantas mengambil sandalnya dan melemparnya ke arah pria itu. Meski sayangnya lemparannya meleset.

Alaric secepat kilat menghindar ke arah pintu. Ia terbahak, "Jangan kau pikir cara itu akan ber-"

BUGH!

Tubuh Alaric terhuyung dan seketika jatuh terjungkal.

"Loh, kenapa kau tiduran di lantai Alaric?", tanya Delaney sambil menjulurkan kepalanya dari balik pintu.

"Tidak bisakah kau membuka pintu pelan-pelan hah?!" Omel Alaric sambil mengusap-usap bokongnya.

Delaney menutup pintu dibelakangnya. "Salah sendiri kau berdiri di belakang pintu." Balasnya seolah tanpa dosa.

"Dimana Amy, Del?" tanya Aleena.

"Dia sedang ke toilet, nanti akan menyusul kesini. Ngomong-ngomong kau cantik sekali Leen, sahabatku pasti akan sangat menyesal jika tidak melihatmu hari ini." Ujar Delaney.

Aleena tertunduk. "Apa... dia akan datang..." ujarnya lirih.

"Kurasa tidak," Jawab Alaric mantap. "Bukankah dia sudah menolakmu mentah-mentah, lagipula Dimitri itu kan kaya, wajahnya juga lumayan meski masih jauh lebih tampan aku, jadi kurasa dia akan mencari wanita yang usianya jauh lebih muda di banding diri-"

Delaney menyikut lengan Alaric yang terus berbicara tanpa henti.

"Apa sih!" Protes Alaric.

"Bisakah kau sedikit menjaga perasaan orang lain." Bisik Delaney.

Red Shoes (K.B.F)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang