3

1.2K 200 5
                                    

Ashlyn POV.

Dari sekian banyak mobil yang ada di jalan,hanya mobil Harry saja yang berhenti dengan mendadak tanpa alasan dan membuat kepala ku mengenai dashboard mobil.

"Astaga Ashlyn. Kau baik-baik saja?" Tanya Harry. Suaranya sedikit bergetar dan sudah kupastikan ia sedang menahan tawanya.

Ia membelokan mobilnya ke tepi jalan dan langsung memiringkan badannya menghadapku. Berbalik denganku,aku tidak mau melihat mukanya karena ia baru saja mencelakai ku dengan sengaja.

"Apa aku terlihat baik-baik saja?! Kau gila! Sudah kubilang pelan-pelan tapi malah kau menambah kecepatanya! Di jalan banyak sekali benda seperti ini." Teriakku memenuhi isi mobil. Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aku terpaksa menoleh kepadanya dan ia hanya melihat muka ku dengan mukanya yang konyol itu.

"apa maksudmu menatap ku seperti itu?" Dan tetap ia tidak menjawab pertanyaan ku. Ia mendekatkan muka nya kepadaku,dan sekarang jarak muka diantara Kita cukup dekat. 3 detik kemudian Harry mengeluarkan suaranya,

"Maksudku itu untuk memberi tahumu kalau jidat mu itu berdarah idiot." Ia mengecup ibu jari nya lalu mengusap nya didaerah jidatku yang luka.

Ok,ini sudah lebih dari yang kubilang tadi,sekarang aku bisa merasakan deru nafasnya.

Ini tidak baik.

Ini tidak baik.

Setelah itu ia langsung kembali memegang setir mobilnya tanpa mengatakan apa-apa.
"Oh,thanks." Hanya itu kata yang kubisa keluarkan setelah ia mengobatiku.

Keheningan menyambut. Harry dan aku sibuk dengan pikiranya masing-masing. Walaupun baru saja aku bertemu nya kemarin,aku sudah dapat mengenali sifatnya.

"Ada apa?" Tanya Harry menoleh kesamping,"masih memikirkan luka mu dijidat itu?"

"Ga."

"Pembohong."

"Dibilangin engga,ya engga."

"Oke,oke. Aku yakin kau tidak berbohong." Ia menekankan setiap katanya,yang berarti dia sama saja masih mencemoh ku.

Aku memutarkan kedua mataku,lalu mengelus-ngelus dada. Ya,tuhan untung saja aku adalah malaikat pembawa kebahagiaan.

                                        ***
Aku memasuki gedung yang sangat tinggi ini. Entahlah ini gedung apa, yang pasti Harry mengajakku ke sini.

"Harr, mengapa kita disini?" Tanyaku. Ia tidak menjawab,melainkan sibuk dengan benda kecil yang berada di tanganya.

Tiba-tiba segerombolan perempuan berdatangan meneriakan nama Harry dan meminta berfoto dengan Harry. Tunggu? Memangnya Harry siapa sampai membuat orang berteriak histeris? Ya tuhan, mengapa kau membuat dunia sangat aneh seperti ini?

Saat aku hendak mundur berberapa langkah,tiba-tiba saja ada seseorang gadis perempuan menabraku. Aku ingin berminta maaf tetapi ia langsung memotong pembicaraanku.

"Apakah kau pacar baru Harry?" Pertanyaan itu membuatku membulatkan mataku. "Tidak. Aku saja tidak tahu siapa dia." Jawabku sambil menggaruk-garuk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal.

"Tapi sedari tadi kulihat kau bersamanya terus?" Tanya gadis lain di belakangnya. Damn! Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan.

"Uhh, itu--"

"Dia asisten pribadi baruku." Sahut seseorang yang berada di belakangku. Aku memutarkan badanku dan melihat Harry yang menatapku dengan senyumnya yang lebar. Aku terpaku kaku. Mana mungkin aku menjadi asistenya? Tunggu,apa itu asisten?

CHANGES|h.s|Where stories live. Discover now