22

842 140 7
                                    


Ashlyn POV.

Aku terbangun tengah malam karena suara petir yang menggelegar. Hubunganku dengan Harry sudah membaik. Aku dan dia sudah berteman baik kembali. Kami memutuskan untuk tidak menjalin hubungan apapun karena aku tidak mau kembali jatuh untuk kedua kalinya.

Aku sudah hampir 3 minggu berada sejak kejadian itu. Harry bilang, lusa aku dan dia sudah kembali ke London. Karena ia sudah memulai konsernya lagi. Ia sudah tidak ikut konser selama beberapa minggu yang lalu.

Kembali ke topik. Petir yang sangat menggelegar membangunkanku. Di tengah malam yang sangat sunyi, dan sekarang sedang padam listrik. Apa yang harus ku lakukan? Aku terjebak di ruangan besar yang gelap. Aku tidak bisa tidur tanpa membayangkan hal-hal aneh.

Aku terduduk sambil memeluk gulingku dan menutup kupingku. Apa yang harus kulakukan? Harus aku membangunkan Harry untuk ini? Tapi aku sudah pernah bilang tidak mau tidur bersamanya lagi. Aku harus bagaimana?

Persetan dengan gengsi! Yang penting aku bisa tidur lagi. Aku berjalan dengan hati-hati karena takut tersandung sesuatu. Aku juga membawa gulingku Perlahan aku membuka pintu dan dengan cepat suara petir ditambah kilat kencang. Ditambah lagi seseorang berdiri didepan pintu kamarku membuat aku menjerit.

"AAAAAAHHHMMPP!" Ia menutup mulutku. Aku menutup mataku dan langsung memohon kepadanya.

"J--jangan! Jangan bunuh aku! Aku mohon. Disebelah sana ada kamar. Kau masuk saja dan makan dia. Dia bernama Harry, ok? Makan saja dia, jangan aku..." Aku mendengar suara tawa. Aku membuka mataku dan ternyata ada bocah idiot.

"Aku akan memakanmu, Nona." ujarnya.

"Harry! Kau mengangetkanku." Omelku dan ia tertawa dengan bahagia.

"Hahaha. Sangat lucu. Kau harus melihat ekspresimu." Ia tertawa lagi.

"Tapi kan ini gelap Har,"

"Oh iya, aku lupa." Aku mendorongnya dan menutup pintu kamarku.

"Ashlyn, apa kau tidak--"

Aku cepat-cepat membuka pintuku dan langsung membawanya masuk.
"Woah, calm down."

"Apa yang kau lakukan tengah malam seperti ini, Harry?" Aku menjauhkan diri darinya dan duduk dikasurku.

"Aku ingin mengecek keadanmu. Aku terbangun karena suara petir. Aku langsung teringat dirimu." Aku terdiam. Ternyata dia masih mengingat tentang hal yang aku takuti.

"Lalu, apa kabar denganmu? Apa kau ingin kekamarku mengendap-endap dan tidur disampingku?" Aku menoleh dan menggeleng. Tapi aku merasa wajahku memerah.

"T--tidak. Ak---aku--ah! Fine. Benar apa katamu!" Aku pasrah, ia tertawa.

"Sebentar, aku ingin mengambil lilin."

"Aku ikut!" Aku langsung mengambil gulingku dan mengikutinya dari belakang. Aku memegang gulingku dan satu tangan lagi memegang baju Harry. Ok, katakan aku berlebihan. Tapi, aku sangat takut dengan keadaan seperti ini.

Setelah ia menyalakan lilin dengan korek api, kami membawa lilin itu kedalam kamar dan kami saling bercerita satu dengan lainnya. Bersama suara petir yang masih disertai dengan hujan.

"Ashlyn, kau tahu tidak? Dulu dirumah ini pernah terjadi pembunuhan..." aku menoleh pada Harry yang duduk dibawah lantai dengan menyender ke sofa yang berada dibelakangnya.

"Maksutmu pembunuhan?" Tanyaku.

"Dulu aku pernah melihat roh yang pernah dibunuh dirumah ini. Ia sudah nenek-nenek, dan--"

"Stop! Jangan membuat aku semakin takut, idiot!" Aku kesal dengannya. Aku langsung menidurkan diriku dan menutup diriku dengan bed cover.

CHANGES|h.s|Where stories live. Discover now