10

1K 162 7
                                    

Paris.

Tempat dimana ibuku bilang, ini adalah tempat yang indah bagi sepasang kekasih.

Tunggu.

Aku disini bukan ingin melakukan hal-hal bodoh seperti yang sepasang kekasih lakukan. God, aku disini untuk menjalankan tugas. Sebuah tugas yang tidak masuk akal.

"Hei Lou!" Sekarang aku sedang berada ditempat dimana Harry dan teman-temannya diberi sedikit makeup, entah apa namanya. Bersama Lou, ia memberiku sedikit makeup. Ia bilang, aku terlihat cantik jika memakai makeup.

Awalnya aku tidak mau, tapi ia memaksa. Wajahku terus dimainkan olehnya sampai aku terlihat sangat berbeda. Aku tidak percaya ini adalah diriku

"Apa ini aku?" Ujarku tidak percaya pada Lou dan Lottie. Lottie adalah adik dari Louis. Ia sangat cantik, ia masih berumur 16 tahun.

"Tentu saja, apa kau tidak percaya kau sangat cantik, Ash?" Aku hanya menggeleng-geleng, ia tertawa kecil. Tidak lama kemudian, the boys datang dengan wajah lelahnya. Apalagi Louis yang langsung memakan tempat duduk.

Aku harus cepat-cepat menghapus ini semua sebelum Harry datang. Ia masih berada diluar, sedang berbicara dengan kru.

"Thanks Lou! Tapi aku harus menghapus ini sebelum Har---", belum aku menyelesaikan perkataanku, Harry datang dengan penuh kemenangan, entah ada apa.

"Idiot." Desisku tiba tiba. Mukanya berubah seketika dan aku tertawa kecil. Kami mengobrol sebentar lalu aku dan Harry pergi duluan menuju flathouse. Entah ada berapa flathouse yang mereka punya.

Aku menaiki Range Rover milik Harry.

"Apa kau lapar?" Tanya Harry tiba-tiba.

"Tidak, jika kau mau makan, makan saja. Aku tidak lapar." Balasku dengan cuek.

"Kau harus makan."

"Tidak."

"Kau harus, Ashlyn. Kau belum makan dari pagi."

"Tidak, Harry. Aku sedang diet." Harry tertawa dengan nada meledek. Aku harus mempunyai alasan untuk menolaknya. Aku kesal dengannya.

"Kalau begitu, aku juga tidak mau makan." Aku langsung menoleh dan mengkerutkan dahiku.

"Tidak, Harry. Kau harus makan."

"Tidak jika kau tidak makan." Balasnya.

"Baiklah." Ia berseru dan langsung tersenyum lebar. Ia mencubit pipiku dengan gemas. Aku memukul tangannya dan menggurutu sendiri.

"Sakit, bodoh!" Ujarku dan mengusap-usap pipiku yang sudah berubah menjadi merah ini.

"Kau sangat lucu!" Ia memarkirkan mobilnya didepan restoran yang sudah tercium wangi makanan dari sini. Ashlyn, kau harus menahannya sampai kau datang dirumah.

"Kau mau apa?"

"Aku tidak maka--", aku melirik Harry yang sudah menampakkan wajah tidak enak.

"Ok, ok. Aku ikut saja." Ujarku pasrah. Ia memilihkan makanan untuk kami berdua. Perutku tidak bisa diajak kompromi saat ini. Entah apa yang akan terjadi nanti.

Tak lama kemudian, makanan datang dan Harry langsung menyantapnya. Aku masih berdiam diri dengan menatap makanan itu yang berada didepanku ini.

Tiba-tiba sebuah makanan yang sudah tertera disendok mengambang didepan bibirku. Saat aku melihat Harry, ia sedang melihatku dengan wajah ... Ugh, aku tidak bisa mengatakannya. Yang pasti, ia sedang mengulurkan tangannya dengan sendok yang berada didepan mulutku.

CHANGES|h.s|Where stories live. Discover now