3 Minggu kemudian.
Aku sudah sangat dekat dengan Angga, aku nyaman dengannya. Dan jujur, aku punya perasaan lebih dari teman.
Tapi, aku sama sekali gak tahu tentang perasaan dia.
"Lagi apa, sih? Sibuk banget,"
Suara serak itu mengagetkanku. Aku menoleh.
"Lagi ngerjain fisikaaa! Dasar otak aku emang lemot, sih."
Angga tersenyum. "Udah sore tau, udah pada pulang."
Aku tersenyum. "Aku ngerjain dulu, deh. Bentar,"
Lalu aku kembali mengerjakan soal dengan susah payah.
"Ini tuh gini caranya," kata Angga sambil menerangkan cara pengerjaan soal, aku menyimak namun sesekali aku mencuri pandang untuk melihat muka Angga yang sedang serius.
Oke, dia tambah lucu kalo sedang serius.
"Ngerti?" tanya Angga setelah selesai menerangkan. Aku mengangguk lalu mulai mengerjakan soal yang ternyata mudah.
Dasar, otaknya aja yang lemot.
"Oke, kamu disini aja, ya? Aku ke Kantin dulu bentar," lalu ia beranjak pergi ke luar kelas.
Saat aku sedang mengerjakan 5 soal terakhir, handphone Angga yang ada di atas meja menyala.
Ah, mungkin ada pesan.
Karena penasaran, aku mengambil handphone-nya.
Saat layarnya menyala, kulihat lockscreen handphone-nya.
Dan tenyata, itu adalah fotoku saat aku sedang tertawa melihat anak-anak bermain bola.
Dan saat itu juga, aku merasa spesial.
Jadi, dia... foto aku waktu itu?
"Hey,"
Aku menoleh dan mendapati Angga membawa 2 buah roti bakar dan memberikannya untukku.
"Makasih," kataku sambil menerima roti pemberiannya.
Ia tersenyum sekilas. Lalu aku kembali mengerjakan 5 soal terakhir dan.. Selesai!
"Udah?" tanyanya. "Pulang, yuk, udah sore,"
Aku mengangguk dan langsung berjalan di sebelah Angga.
45 menit kemudian, kami sudah sampai di depan rumahku.
"Makasih, ya," ujarku lalu membuka pagar rumahku.
"Ca," panggilnya sesaat aku sebelum masuk.
Aku menoleh dan mendekat kearahnya.
"Apa?"
"Aku.. mau ngomong sesuatu,"
Deg.
"Ma-mau ngomong apa?"
Angga tersenyum. "Kamu.. aku, aku .."
"Apa?" tanyaku penasaran.
"Aku sa.."
Perkataan Angga terputus karena suara handphone Angga. Dia pun menggerutu lalu mengangkat teleponnya.
"Iya, iya. Bentar lagi kesitu,"
Angga tersenyum dipaksakan. "Nanti aja, aku kasih tau. Hm, aku pulang ya? Dicari Dylan,"
Aku tersenyum pasrah. Lalu motornya menghilang dari pandangan.
Dia mau ngomong apa?!
***
Senin,
Hari yang paling membosankan menurut teman-temanku. Karena,
Yang pertama ; kami semua harus mengikuti upacara bendera dengan pidato yang sangat-sangat panjang.
Yang kedua ; semua pelajaran hari senin sekarang diulangankan.
"Ca, ke lapangan, yuk!" ajak Lanney sambil memakai topinya.
"Duluan aja."
Lanney mengedipkan mata kirinya dan langsung keluar kelas.
Setelah berhasil memakai dasi, aku keluar kelas dan mendapati Angga sedang ada di luar kelasnya. Kesusahan memakai dasi.
Aku menghampirinya sambil tertawa.
"Lagi apa, sih?" tanyaku.
"Pake dasi, susah banget. Pakein dong, Ca!"
Akupun memakaikannya dasi.
Dan aku tidak sadar kalau jarak kami berdua ternyata cukup dekat. Sangat dekat.
Jantungku seperti dipompa.
Deg. Deg. Deg.
"Ca," panggilnya saat aku hampir menyelesaikan 'pekerjaanku'.
"Yaa?"
"Aku, mau ngajak kamu.. Jalan,"
Aku tersenyum. "Oke,"
"Hari sabtu, jam 7 malam, okay?"
Aku mengangguk dan tepat saat itu juga aku selesai memakaikannya dasi.
"Yuk, ke lapang,"
Kami berdua pun berjalan kearah lapangan upacara.
"Angga, aku mau nanya,"
Dia menoleh dan mengiyakan.
"Kamu.. pernah ngasih aku bunga?"
Angga menggeleng. "Belum, emang kenapa?"
Aku terdiam. Lalu buru-buru tersenyum.
Terus, yang ngasih aku bunga itu... Siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sweetest Pain [COMPLETED]
Teen Fiction-[BOOK 1]- IMPORTANT NOTESノಠ_ಠノ So guys, this is the book that I wrote 3 or 2 years ago and I surely don't remember why I did this at the first place. I cringe everytime I read this but I guess I should just let it be here so I can remind myself tha...