Hafizh memerhatikan gadis yang baru saja masuk ke dalam kafe yang mulai sepi. Belakangan ini, gadis yang dikuncir satu itu selalu membawa beberapa buku serta lembar-lembar kertas, tak luput dengan alat tulis dan laptop-nya.
Mengerjakan tugasnya di kafe itu, mungkin. Ia hanya memesan secangkir mocca dan memesannya lagi ketika kegiatannya belum selesai setelah kopinya habis.
Sebenarnya, Hafizh merupakan barista di kafe itu. Namun jam kerjanya hanya dari jam 5 sore hingga 10 malam. Semenjak kedatangan gadis berkuncir satu dengan kacamata yang bertengger di hidungnya itu, Hafizh penasaran.
Seberani itu seorang gadis berjalan menuju kafe dan hanya untuk mengerjakan tugas. Apa ia tidak bisa mengerjakannya saat di sekolah atau kuliahnya? Atau rumah temannya?
Apalagi, gadis itu selalu selesai mengerjakan tugasnya ketika larut malam. Seperti jam 2 malam. Kalau-kalau ia sedang beruntung, ia akan pulang jam 12 malam.
Sekilas, Hafizh hanya mengedikkan bahunya tak acuh. Toh, masih banyak (beberapa ) pelanggannya yang seperti gadis itu. Datang ke kafe larut-larut, seolah ialah orang yang tersibuk di dunia.
Hafizh pun menyandangkan tasnya pada bahu lalu meninggalkan kafe.
***
a.n: kali ini mungkin ga banyak an di tiap partnya dan ceritanya mungkin bakal pendek dan sangat simpel jadi yah... oh, ini buat lo elcessa ok
KAMU SEDANG MEMBACA
Exit Wounds
Short Story[TR 4] Elsa, kopi, tengah malam, luka, tugas, Hafizh. Semua itu berkaitan. copyright 2015 © rdnanggiap