"Gue numpang di sini, ya, Sak." Hafizh membuka bungkus rokok lalu menyalakan pemantiknya.
Mata Hafizh memerhatikan meja yang tak jauh darinya. Barang-barang pemiliknya berserakan, sedangkan pemiliknya sedang ke toilet.
"Oh, jadi Mas ini yang ngasih aku kertas beberapa hari yang lalu?" tanya seorang perempuan dari belakang, membuat Hafizh terlonjak kaget kontan mengusap dadanya. Seolah-olah itu bisa menetralkan detak jantungnya.
"Astaga, Mbak-nya ngagetin aja." Hafizh bergumam.
Gadis itu mengedikkan bahunya tak acuh lalu kembali ke mejanya. Hafizh bangkit dari kursinya dan berjalan menuju gadis itu. "Hafizh."
Gadis itu menatap Hafizh datar yang sudah duduk di hadapannya. "Ng... nama Mbak-nya?" tanya Hafizh pelan.
"Elsa. Oiya, aku gak suka dipanggil Mbak gitu. Panggil nama aja." Gadis yang bernama Elsa itu kembali berkutat dengan tugasnya.
"Pertanyaan saya belum terjawab."
Elsa mendongak dengan menyatukan kedua alisnya, raut wajahnya bingung akan ucapan Hafizh.
"Pertanyaan saya di kertas."
Elsa manggut-manggut mengerti. "Pelarian dari sehabis patah hati, lagi juga aku mau cepet-cepet lulus dari kuliah." Elsa menjawab. "Kamu sendiri, pola tidur gak teratur dan merokok. Pengin cepet mati ya?"
Hafizh terkekeh pelan. "Pelarian dari masalah aja. Lagi pula, udah lama gak merokok. Jarang-jarang."
Elsa hanya membalas memanggut-manggut saja dan kembali berkonsentrasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exit Wounds
Short Story[TR 4] Elsa, kopi, tengah malam, luka, tugas, Hafizh. Semua itu berkaitan. copyright 2015 © rdnanggiap