Elsa masuk ke dalam kafe itu serta membawa dua temannya yang sedang menertawakan entah apa itu. Bersama-sama mereka memesan kopi selera masing-masing.
Elsa bertemu Hafizh.
Tapi gadis itu hanya menatapnya dan tersenyum tipis. "Mau pesen brownies juga, gak, Els?" tanya temannya yang berambut keriting gantung.
"Boleh, gue tunggu di sana ya!" ujar Elsa sambil mengajak temannya yang satu lagi untuk duduk.
Laki-laki itu mungkin menyukai kopi, tapi bisa jadi Elsa bukan kopi pahit kesukaannya. Mungkin, Hafizh menyukai espresso? Mocca? Atau entah apa yang lain namun bukan kopi hitam.
Atau memang, dari awal seharusnya memang sudah begini. Elsa dengan dunianya, Hafizh dengan dunianya. Dunia mereka berdua terjalin, namun jalannya simpang siur. Hanya menyerempet sedikit. Tidak searah. Atau bisa jadi, tidak ada yang ingin berbelok sedikit agar bisa menjadi searah.
Temannya Elsa kembali dengan tangan penuh lalu meletakkan pesanan-pesanan temannya di atas meja. Elsa mengambil gelas kopinya yang sekali pakai.
Dilihat namanya.
Yang tertera bukan namanya.
Tapi sebuah kalimat.
Let's get our late night talks again tonight.
Pernyataan di atas membuktikan bahwa, laki-laki itu menjawab pertanyaan Elsa beberapa hari lalu. Dia ingin menjadi penyembuh luka Elsa.
---THE END---
a.n: setelah sekian lama gak nulis dan sekarang nulis shortstory and yes this is for you madame elcessa and it's finally posted dan gue gak punya utang request sama lo ya. maap juga lama mwah.
makasih juga buat kalian yang udah pada baca cerita sampahan gue WKWK.
jangan lupa buat baca seri sebelumnya; Get Lost, Love Almighty, Saat Sore (yang ini belum diedit anyway). dan cerita coming soon: Entwined (teenfic yang gak sependek ini), dan juga Fall Over Vain (shortstory, let's check it on my profile!).
baybay, mwah, love!
KAMU SEDANG MEMBACA
Exit Wounds
Short Story[TR 4] Elsa, kopi, tengah malam, luka, tugas, Hafizh. Semua itu berkaitan. copyright 2015 © rdnanggiap