Dua

7.3K 318 2
                                    

Pukul enam pagi. Kutengok kamarku telah rapi. Meja makanku pun telah terhidang nasi putih dan telur dadar. Zia keluar dari kamar mandi dan menyapaku. Wajahnya segar meski kulihat masih nampak bengkak di matanya.

"Zi, nanti sore sepulang aku kerja, kita ke dokter ya buat periksa kandungan kamu." kataku di sela-sela sarapan.

Zia tampak kaget. "Ke dokter?"

Aku tersenyum. "Biar gimanapun kandunganmu harus dijaga. Kamu belum pernah periksa kan?"

"Kamu apa nggak kuliah nanti sore?"

"Hari ini aku nggak ada kelas kok. Lagian tinggal skripsi ini."

"Tapi aku malu, Ren." Zia menunduk.

"Kan ada aku, Zi." kataku berusaha menenangkannya.

Akhirnya Zia setuju dan sorenya sepulang kerja aku mengantarnya ke dokter. Rupanya kandungan Zia sudah jalan delapan minggu. Sebentar lagi perutnya pasti akan kelihatan. Dan aku pun harus membujuk Zia agar mau berterus terang pada Papanya.

"Pasti Papamu nyariin, Zi. Ayolah, pulang. Nanti aku bantu bicara sama Papamu." kataku membujuknya.

"Papa akan marah besar, Ren. Aku takut. Papa pasti shock." Zia bersikeras tak mau pulang.

"Aku akan bertanggung jawab."

Zia menatapku. "Maksud kamu?"

"Aku akan menikahi kamu." ucapku pelan.

Zia terperanjat, lalu menggeleng cepat.

"Nggak, Ren! Buat apa kamu lakukan itu?"

"Zi, anakmu butuh seorang ayah."

"Dengan ngorbanin kamu? Nggak, Rendi! Aku ini gadis kotor. Jangan tutupi aibku dengan kebaikanmu."

Kulihat mata Zia berkaca-kaca.

"Aku nggak mengorbankan diri. Aku hanya ingin membantu sahabatku. Apa itu salah, Zi?" tanyaku.

Zia justru terisak. "Jangan, Ren.."

"Kita akan menemui Papamu, dan aku akan bertanggung jawab atas kehamilanmu. Jangan pernah katakan pada Papamu atau siapapun kalau anak dalam kandunganmu itu bukan anakku. Hanya kita yang tau hal ini, Zia. Kali ini kumohon dengarkan aku."

Zia terus menangis menatapku. Entah apa yang ada di pikirannya. Namun pelan-pelan kulihat dia menganggukkan kepalanya.

>>

CINTAKU UNTUKMU, ZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang