Aku menikmati makan malam bersama Sehun dan oemmanya. Hanya Sehun dan oemmanya yang sibuk berbicara sedangkan aku hanya diam mendengar omongan mereka berdua. Aku hampir tersedak saat oemma Sehun memenggilku.
"Hye Jin. oemma mau kau yang memasak makan malam besok. Bagaimana kau bisa?". Tanya oemma Sehun yang berhasil membuatku benar-benar tersedak. Dengan segera Sehun memberiku air dan aku langsung meminumnya. Sehun mengelus-elus punggungku.
"oemma, di sinikan sudah ada pelayan yang tugasnya memasak, kenapa oemma menyuruh Hye Jin yang memasak?". Tanya Sehun. Sepertinya, Sehun tahu kalau aku tidak bisa memasak. Jujur, aku memang tidak bisa memasak, masuk dapur saja jarang. Aku hanya bisa memasak air dan mie ramen instant. Bagaimana aku bisa memasak? Tapi kalau aku tidak bisa, bisa-bisa oemma Sehun tambah membenciku.
"memangnya kenapa? oemma Cuma mau mencicipi masakan menantu oemma. Apa itu salah?".
"oemma". Sehun menatap oemmanya frustasi, mungkin dia sudah kehabisan alasan. Sehun menatapku khawatir, aku mengelus tangannya lembut dna berusaha menenangkannya. Aku menatapnya dengan tatapan baik-baik saja. aku menatap ibu mertuaku dan tersenyum lembut.
"kalau oemma mau mencicipi masakanku, aku akan membuatkannya untuk oemma". Kataku dengan penuh percaya diri. entah apa yang membuatku seberani ini, mungkin aku merasa tertantang jadi aku menerima tawaran oemma Sehun walaupun itu tidak mungkin untuk aku lakukan.
"baguslah kalau begitu. Oemma sudah tidak sabar mencicipi masakan menantuku ini". kata oemma tenang tapi penuh dengan nada menantang. Aku hanya mengeluarkan senyuman terbaikku dan menatap Sehun yang sudah menatapku tidak percaya.
@@@
Aku mulai gelisah memikirkan makanan apa yang bisa aku pelajari dalam satu hari dan rasanya enak lebih tepatnya layak untuk dimakan. Aku mulai berjalan bolak-balik memikirkan semuannya. Aku mulai frustasi memikirkannya. Aku mengacak rambutku sendiri sampai berantakan. Aku duduk di pinggir kasur dan meruntuki kebodohanku yang sudah menerima tantangan oemma Sehun. Aku menghela nafas panjang dan menatap Sehun yang keluar dari kamar mandi. Dia baru saja selesai mandi. Aku menatapnya dengan tatapan lemas dan meminta bantuan. Sehun menghampiriku dan duduk di sampingku. aku masih menatapnya. Sehun tersenyum dan mengenggam tanganku lembut.
"Sehun-ah, apa yang harus aku lakukan?" tanyaku meminta petunjuk. Sehun mengelus rambutku dan menarikku dalam pelukkannya. Sehun masih mengelus rambutku, dia berusaha menenangkanku.
"tenanglah. Aku yakin kau bisa melakukannya. Aku tahu betul sikapmu, kau tidak akan berani menerima suatu tantangan jika kau tidak yakin bisa melakukannya".
"tapi Sehun-ah aku takut oemmonim akan semakin membenciku kalau aku tidka bisa melakukannya".
"aku kan sudah bilang, kau pasti bisa. Aku saja percaya pada dirimu masa kau tidka percaya dengan dirimu sendiri".
Benar apa yang Sehun katakan, aku harus percaya atas diriku sendiri. aku harus menunjukkan pada oemma Sehun kalau aku bisa memasak. Aku membalas pelukkan Sehun dan menghirup aroma tubuhnya. Sepertinya aroma tubuhnya itu bisa menjadi obat penenangku karena setiap aku menghirup aroma tubuhnya pasti aku merasa tenang dan nyaman. Oh Hye Jin, hwaiting. Aku menyemangati diriku sendiri dalam hati.
@@@
Aku mulai memotong-motong wortel dengan kemapuanku memengang pisau yang bisa di bilang amatiran. Pagi-pagi sekali tadi, aku menelpon oemma dan meminta bantuannya. Oemma menyarankanku membuat soup dan oemma senang hati mencatatkan resepnya. Setelah menelpon oemma aku langsung berbelanja dan segera masuk ke dapur. Baru beberapa menit aku berada di dapur, dapur ini sudah seperti kapal pecah. Panci, piring, mangkok, dan peralatan yang aku gunakan sudah berhamburan di dapur. Begitu pula dengan bahan-bahan yang aku beli tadi. Pokoknya semuanya berantakan. Para pelayan tidak ada satupun yang membantuku. Ini semua perintah mertuaku. Dia memang ingin membunuhku tapi aku tidak boleh menyerah aku harus menyelesaikan tantangannya itu.
Aku memasukkan bahan terakhir ke dalam soup dan menunggu soup itu matang. Masakanku selesai tepat waktu. Sekarang jam 7 malam, sudah waktunya makan malam. Oemma dan Sehun sudah menungguku di meja makan. Dengan segera aku menyajikan masakanku tanpa mencicipinya terlebih dahulu sebelum menyajikannya tapi dari baunya aku rasa masakanku enak. Dengan bangga aku meletakkan masakanku di atas meja makan. Sehun dan oemma menatapku tidak percaya sedangkan aku menatap mereka dengan senyuman kemenangan. Dengan senang hati aku duduk di smaping Sehun.
"sepertinya enak. Apa benar kau yang membuatnya?". Tanya Sehun padaku. Aku mengangguk bangga. Sehun menatapku dengan senyuman bangga. Sepertinya dia terpesona dengan kemampuanku.
"hmmm.... Kita coba dulu. apa ini layak dimakan atau tidak?". Omongan oemma Sehun membuat senyumanku memudar. Oemma dan Sehun menuangkan soup itu di mangkuk mereka masing-masing. Aku menatap mereka khawatir. Aku khawatir masakanku tidak enak. Aku memerhatikan oemma dan Sehun yang sedang mencicipi soup buatanku. Aku semakin khawatir saat melihat ekspresi wajah mereka berdua. Ya Tuhan, mudah-mudahan aku berhasil. Aku manatap Sehun yang sekarang sedang menatapku dengan ekspresi yang susah untuk di tebak. Aku gugup mendengar komentar mereka. Sehun mengeluarkan senyuman bangga padaku membuatku bingung.
"Hye Jin-ah, soupmu ini sangat enak. Bagaimana kau membuatnya?". Aku berusaha mencerna omongan Sehun. Apa aku tidak salah dengar? Soup buatanku enak? Enak?. Setelah beberapa detik, aku mulai sadar dan tersenyum senang kea rah Sehun. Segera aku menuangkan soup ke dalam mangku dan mencicipinya. Aku membulatkan mata merasakannya, aku tidak percaya kalau aku bisa memasak seenak ini. aku menatap Sehun yang masih tersenyum menatapku. Aku menaruh mangkukku di atas meja dan memeluk Sehun. Aku sangat senang. Aku senang bisa melakukannya, tidak sia-sia aku bangun pagi dan menelpon oemmaku.
Aku melepas pelukkanku saat mendengar suara batuk oemma Sehun. Aku dan Sehun jadi slaah tingkah. Oemma Sehun menatapku dengan ekspresi datar.
"masakanmu lumayan enak". Katanya singkat.
"gomawo oemmonim". Kataku senang. Akhirnya aku memenangkan tantangan ini. mudah-mudahan rasa benci oemma Sehun mulai memudar dan dia bisa menerimaku. Kami melanjutkan makan malam dalam keadaan diam, tapi aku tidak bisa menahan kebahagianku. Aku makan dengan senyuman yang tidak berhenti mengembang di bibirku. Pokoknya malam ini aku sangat senang. Oemma terima kasih kau telah membantu anakmu ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding
FanfictionHyejin, gadis berumur 17 tahun terbangun dari tidurnya lalu menemukan dirinya telah berusia 23 tahun dan telah menikah dengan seoarang pria yang sangat tampan bagai seorang pangeran di dunia dogeng. apakah ini hanya mimpinya saja atau memang ini ada...