Chapter V

32.5K 1.8K 12
                                    

Sehun menarik tanganku sambil berjalan dengan terburu-buru memasuki bandara. Genggaman tangannya membuat tanganku terasa sakit. Aku menghentikan langkahku dan menarik tanganku lepas dari genggamannya. Sehun ikut menghentikan langkahnya dan menatapku dengan tatapan yang sedikit menakutkan tapi aku sama sekali tidak takut, yang ada aku kesal karena dia menarik tanganku dengan cara seperti itu.

"kenapa kau berhenti berjalan? Kalau kita di sini terus, kita akan ketinggalan pesawat nyonya Oh".

"aku tidak suka kau menarik tanganku seperti tadi. Bukankah ini salahmu sendiri". belaku.

"memangnya aku salah apa?". tanyanya tanpa dosa.

"ini semua kan gara-gara kau mau makan bubur abalon sampai 2 mangkok". Aku keluarkan semua kekesalanku padanya. memang benar, dia yang salah. Sudah tahu mau segera naik pesawat, dia masih bersih keras mau makan bubur abalon. Katanya, kalau belum makan bubur itu dia tidak mau pulang. Kekanak-kanakan sekali.

"oke. Aku yang salah, mianhe." Katanya menyesal. aku hanya diam. aku terlalu kesal jadi tidak berbicara.

"diam berarti ya. kalau begitu, kajja". Tanpa persetujuanku Sehun kembali menarik tanganku tapi buru-buru aku menepisnya membuat Sehun menatapku bingung.

"aku bisa jalan sendiri". aku menarik koperku dan berjalan mendahului Sehun. Aku masih kesal sama dia.

Baik di pesawat sampai sekarang kami berada di dalam taksi menuju rumah Sehun, aku masih mendiaminya. Aku masih kesal soal tadi terlebih lagi gara-gara itu dia membuat tanganku sakit. aku merasa Sehun melirikku tapi aku tidak mempedulikannya. Sehun berpura-pura batuk tapi aku masih tidak mempedulikannya. Sehun mulai mengenggam tanganku lembut yang tergeletak di samping pahanya. Aku menatapnya dengan tatapan cuek lalu kembali menatap ke depan. Aku merasakan Sehun memainkan tanganku dan membelainya membuatku kembali menatapnya. Sehun mengeluarkan senyuman manisnya tapi sayang rasa kesalku yang masih besar membuat senyumannya itu tidak menarik. Aku kembali menatap ke depan.

"mianhe. Maafkan aku, aku yang salah. Jadi, aku mohon maafkan aku". Katanya memohon sambil mengelus tanganku. Aku menghela nafas berusaha meredam rasa kesalku. Untuk beberapa detik aku hanya diam tapi setelah itu aku menganggukkan kepalaku. Sehun semakin memperlebar senyumnya dan menarikku ke dalam pelukkannya. Dia memelukku dengan erat membuat aku sesak nafas. Aku memukul punggungnya dan meronta-ronta agar dia melepas pelukkannya. Dia melepas pelukkannya dan masih tersenyum sedangkan aku menatapnya tajam sambil mengatur nafasku.

"kau mau membuatku mati? Tadi itu pelukkanmu membuatku sesak". Keluhku.

"mianhe. Aku tidak akan melakukannya lagi". Sehun kembali tersenyum memperlihatkan gigi putihnya. Mendengar dia mengucapkankan kata maaf untuk kesekian kalinya membuatku bosan. Aku kembali menatap ke depan dan aku rasakan tangan Sehun memeluk bahuku dan menarikku mendekat ke tubuhnya. Aku mulai tersenyum dan menyandarkan kepalaku di dadanya. Sepertinya, aku tidak bisa berlama-lama marahan dengan Sehun.

@@@

Taksi yang kami tumpangi berhenti di sebuah rumah mewah yang sangat luas. Aku menatap kagum rumah itu, sungguh sangat luas. Apa benar ini rumah Sehun. Astaga, rumahnya sperti istana. Aku berbalik kea rah Sehun dan menatapnya tidak percaya.

"kenapa kau tidak keluar. Cepat keluar oemma sudah menunggu kita". Lamunanku buyar saat Sehun berbicara. Segera aku keluar dari taksi dan mengikuti Sehun yang sudah berada di depan pintu rumah dengan barang-barang bawaan kami.

"benarkah ini rumahmu?"tanyaku takjub. Aku masih belum bisa percaya kalau Sehun bisa mempunyai rumah sebesar ini. aku menatap Sehun dan menunggu jawaban keluar dari mulutnya tapi dia menatapku bingung. Aku mengerjapkan mataku tidak mengerti.

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang