Chapter I

91.4K 3.7K 65
                                    

Aku menatap kagum sepasang suami istri yang sedang berjalan sambil bercanda mesra. Aku tahu mereka pasang suami istri karena yeoja itu sedang hamil muda. Sesekali sang suami itu mengelus perut sang istri dengan lembut dan penuh kasih sayang. Kelihatannya mereka sangat bahagia. Andai saja aku sudah menikah pasti aku juga sebahagia mereka. Aku masih mematung melihat kebahagian yang tercipta di depan mataku.

"kapan ya, aku bisa menikah?" bisikku pada diriku sendiri. aku semakin asyik menyaksikan kebahagian itu, tapi keasyikanku terganggu saat seseorang memukul kepalaku. Aku berteriak kesakitan sambil mengusap kepalaku. Aku berbalik mencari orang yang sudah berani memukul kepalaku. Dia tidak tahu apa kalau kepalaku ini sangat berharga. Aku mendapati seorang yeoja yang seumuran denganku sedang tertawa penuh kemenangan di sampingku. dia adalah sahabatku, Choi Jin Hyun. Aku menatapnya tajam sehingga tawanya terhenti.

"kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Jin Hyun tak berdosa membuatku semakin emosi.

"ya!!!! Choi Jin Hyun. Berani sekali kau memukul kepalaku". Kataku dengan nada setinggi mungkin. Sekarang aku sedang emosi. Jin Hyun senyum memamerkan gigi putihnya yang tersusun dengan rapi itu, membuat emosiku berada di puncak.

"mianhe........ habis, dari tadi aku memanggilmu tapi kau tidak mendengarnya". Jawabnya santai. Aku meredam emosiku, hari ini aku tidak berselera bertengkar dengan Jin Hyun. Aku menghela nafas berat, mengeluarkan semua amarah yang ada di dalam diriku.

"sudahlah, aku lagi tidak mau bertengkar denganmu. Ayo kita pulang saja". kataku sambil berjalan mendahului Jin Hyun yang masih berdiri di tempatnya.

"Hye Jin, tunggu aku". Kata Jin Hyun.

Sekarang, aku dan Ji Hyun sedang berjalan menuju rumah kami masing-masing. Kami berdua biasa pulang dan pergi sekolah berjalan kaki karena rumah kami tidak terlalu jauh dari sekolah, hanya 5 menit berjalan kami sudah sampai. Kami berjalan tanpa sepatah katapun, tidak seperti biasanya. Biasanya kami akan selalu berbincang-bincang mengenai teman- teman sekolah kami atau bergosip ria dan biasanya Jin Hyun yang selalu memulainya tapi sekarang tidak, mungkin Jin Hyun tahu kalau hari ini lagi tidak mood. Sampai akhirnya, aku tidak tahan dan menghentikan langkahku. Jin Hyun ikut menghentikan langkahnya dan menatapku bingung.

"kenapa dari tadi kamu diam saja?". tanyaku penasaran.

"ne?" kata Jin Hyun bingung.

"aku Tanya, kenapa kamu diam saja? biasanya kau cerewet sekali". Tanyaku lebih jelas.

Jin Hyun menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan tersenyum manis ke arahku. "aku Cuma tidak mau membuat suasana hatimu makin buruk". jawabnya tulus.

"tapi aku merasa aneh. Sudahlah, ayo kita jalan lagi". Aku kembali melangkahkan kakiku begitu pula dengan Jin Hyun.

"hmmm..... Hye Jin, sebenarnya tadi itu kamu lagi ngapain sih, sampai nggak dengan aku memanggilmu?". Tanya Jin Hyun.

Aku menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Jin Hyun. "sebenarnya tadi itu, aku sedang memerhatikan sepasang suami istri yang kelihatannya itu bahagia sekali". Jawabku jujur. Aku sudah terbiasa berkata jujur jadi aku tidak bisa berbohong. Kalau aku berbohong pasti orang-orang tahu dan itu yang membuat aku benci dengan diriku sendiri.

"kamu senang lihat sepasang suami istri itu?". Tanya Jin Hyun lagi.

Aku menganggukkan kepalaku. "aku sangat senang, saking senangnya aku mau seperti mereka. Aku ingin sekali memakai gaun pernikahan yang cantik, berjalan dengan anggun menuju altar dengan iringan music yang indah, mengucapkan janji pernikahan yang sangat sacral, membina rumah tangga yang bahgia dan mempunyai anak. Rasanya aku mau cepat-cepat menikah".

Aku menatap langit, membayangkan kehidupan pernikahanku di masa depan nanti, pasti sangat menyenangkan. Lamunanku buyar saat aku mendengar suara tawa Jin Hyun yang sangat menganggu di telingaku. Aku meliriknya yang sedang tertawa terbahak-bahak sambil memengang perutnya, matanya juga berair. Sepertinya, perkataanku tadi sangat lucu buatnya. Ji Hyun berusaha menghentikan tawanya.

"kau itu aneh sekali, ingat kita itu masih 17 tahun. Belum saatnya kita menikah. Sekolah saja belum selesai udah mau menikah". Kata Jin Hyun di sela-sela tawanya.

"aitsss.... Kamu itu nggak pernah ngertiin aku ya". kataku sebal.

Aku melangkahkan kakiku cepat meninggalkan Jin Hyun. Aku kesal sama dia, harusnya dia itu memberiku semangat bukan menertawakanku. Aku tahu kalau aku ini masih 17 tahun tapi apa salahnya kalau aku sudah memikirkan soal pernikahan, inikan buat masa depanku nanti. Aku juga kesal karena dia bilang aku aneh, emangnya aneh kalau aku memikirkan soal pernikahanku sendiri. dia tuh yang aneh. Aku mendengar Jin Hyun memanggil namaku. Kenapa sih dia memanggil namaku terus-menerus?. Aku tidak mempedulikannya. aku terus berjalan sambil mengutuk Jin Hyun di dalam hati, aku terlalu kesal sama dia.

Buuuukkkk!!!!

Aku merasakan seseuatu menghantam kepalaku keras membuat kepalaku pusing. Semua benda yang aku lihat menjadi dua. Kenapa mataku seperti ini?. kenapa semuanya jadi dua?. Kepalaku semakin pusing. Aku menutup mataku dan semuanya berubah jadi gelap.

-1_�ۥ�S�

My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang