Chapter VIII

26.1K 1.5K 8
                                        

Aku menunggu Sehun pulang. Sudah setengah jam aku menunggunya pulang tapi dia belum muncul juga. kenapa dia lama sekali? jangan-jangan dia sedang mengenang masa lalu mereka. Aku menggelengkan kepalaku cepat, tidak mungkin Sehun mengkhianatiku. Tidak mungkin, sebentar lagi dia juga pasti datang. Aku mengarahkan pandanganku kea rah pintu saat aku mendengar suara pintu kamarku terbuka. Aku melihat Sehun masuk dengan wajah yang sangat lelah. Sehun menatapku kaget membuatku bingung. Sehun menghampiriku sambil melonggarkan dasinya.

"kau belum tidur?". Tanya Sehun padaku. Aku berdiri dari dudukku dan membantunya melepas dasinya.

"aku tidak bisa tidur". kataku sambil melepas dasinya dan menaruhnya di tempatnya. Sehun melepas jasnya dan dua kancing kemeja serta menggulung lengan kemeja. Aku hanya menatapnya dalam diam.

"kenapa kau tidak bisa tidur? apa kau mengkhawatirkanku?". Tanyanya lagi. aku tersenyum dan mengambil jas yang ada di atas kasur dan mengantungnya di lemari.

"bagaimana aku bisa tidur sedangkan suamiku sendiri berada di luar sana bersama mantan kekasihnya". Kataku jujur. Mataku mulai berair. Entah mengapa aku ingin manangis saat mengucapkan itu. Sehun membalik tubuhku sehingga kami berhadapan. Sehun menatapku lekat sedangkan aku menundukkan kepalaku. Aku tidak mau Sehun melihatku menangis. Sehun memelukku dan mengelus punggungku lembut dan aku membalasnya. air mataku sudah jatuh membasahi pipiku.

"mianhe... maafkan aku, membuatmu khawatir dan sedih. Kau tahu sendirikan, aku tidak bisa membantah perintah oemma". Sesal Sehun. Aku mulai terisak.

"uljimalyo. aku tidak suka melihatmu menangis". Sehun melepas pelukkannya dan menghapus air mataku. Aku mulai mengatur tangisanku.

"Sehun-ah... kau tidak akan meninggalkanku kan? Walaupun oemmamu menyuruhmu meninggalkanku, kau tidak akan meninggalkanku kan?". Tanyaku frustasi. Jujur, aku tidak mau kehilangan Sehun. Aku sangat mencintainya. Sehun kembali menarikku masuk ke dalam dekapannya dan membelai rambutku lembut. Aku semakin terisak sekarang. aku tidak bisa menahan tangisku lagi.

"tidak ada yang bisa memisahkan kita. Baik itu oemma maupun siapapun. Hanya kematian yang akan memisahkan kita". Kata Sehun mantap membuatku semakin terisak.

"tapi Sehun-ah, oemma tidak menyukaiku. Dia lebih menyukai Se Ra di banding aku". Sehun melepas lagi pelukkannya dan menatapku lekat. Aku terpesona dengan tatapan matanya.

"jangan berkata seperti itu. aku yakin, suatu saat nanti oemma akan menyukaimu dan menerimamu. Kau hanya perlu sedikit bersabar". Aku berusaha mencari keraguan di mata Sehun tapi aku tidak menemukannya. Saat mengatakan itu, tatapan matanya sangat menyakinkan. Sehun mengecup bibirku cepat namun sangat membekas. aku melihat senyuman Sehun yang membuatku tenang.

"yang terpenting sekarang, aku mencintaimu. Saranghae Oh Hye Jin". aku memeluk Sehun erat dan mengeluarkan semua tangisanku. Sehun membalas pelukkanku dan mengecup kepalaku. Sehun benar, yang terpenting sekarang adalah dia mencintaiku dan aku percaya Sehun tidak akan meninggalkanku. Aku akan memercayai itu semua. Aku harus percaya pada suamiku sendiri.

@@@

Aku berjalan memasuki café tempat aku dan Jin Hyun janjian bertemu. Aku sangat merindukan sahabatku itu. aku melihat Jin Hyun sedang melambaikan tangannya ke arahku. aku segera menghampirinya dan memeluknya untuk melepas rasa rinduku. Aku duduk di kursi yang ada di hadapannya. Aku tersenyum bahagia melihat Jin Hyun. Dia terlihat lebih gendut sekarang.

"wah... pengantin baru kita sudah datang. Mana Sehun?". Tanyanya cepat.

"dia sedang di kantor. Kau tidak menanyakan kabarku terlebih dahulu?". Kataku ngembek. Aku kesal dia lebih memikirkan Sehun daripada aku, sahabatnya.

"aigoo... kau jangan cemburu begitu. Baiklah, bagaimana kabarmu?". Tanyanya. Aku mengeluarkan ekspresi tidak baik.

"aku kurang baik". Kataku lemah. Jin Hyun menatapku bingung.

"kenapa? apa Sehun menyakitimu?". Tanyanya lagi.

Aku menggeleng cepat. "bukan tapi oemmanya".

"memangnya oemmanya kenapa?".

"oemma Sehun itu sangat membenciku. Dia selalu saja membuatu kesal. kau tahu dia pernah menyuruhku membersihkan rumah". Keluhku pada Jin Hyun. Jin Hyun menatapku tidak percaya.

"jadi, oemma Sehun belum menerimamu juga? aku kira dia sudah menerimamu".

Aku mengengguk cepat. "aku bingung harus berbuat apa sekarang? dan kau tahu, sekarang dai sedang membanding-bandingkan dengan mantan pacar Sehun". Kataku sedih.

"aigoo... kelewatan sekali oemmanya Sehun. Kalau aku jadi menantunya, aku akan melawannya. Kau harus lebih bersabar Hye Jin". Jin Hyun mengelus tanganku lembut berusaha memberiku semangat. Aku tersenyum manis.

"gomawo. Kau memang sahabat terbaikku". Aku mengenggam tangan Jin Hyun erat. Kami slaing melempar senyuman.

"oh iya, kamu mau pesan apa? aku panggil pelayan dulu ya". Jin Hyun melambaikan tangannya memanggil pelayan café itu sedangkan aku melihat kea rah pintu masuk café. Mataku membulat saat aku melihat Sehun masuk dengan Se Ra. Mataku mengikuti setiap gerakan mereka. Mereka salin melempar tawa, kelihatannya mereka sangat bahagia. hatiku mulai sakit dan perih, rasanya ada sebuah pisau mengiris hatiku secara perlahan. Aku berdiri dari dudukku dan berjalan menuju meja Sehun dan Se Ra. Sekarang aku melihat Se Ra membisikkan sesuatu di telinga Sehun dan Sehun tertawa. Mereka terlihat mesra. Aku terusa berjalan menghampiri mereka. Semakin dekat jarakku dengan mereka, semakin sakit hatiku terasa. Aku juga merasa tidak bisa bernafas dengan baik.

Sekarang, aku sudah berada di hadapan Sehun. Sehun menatapku kaget. Aku memandang Sehun tidak percaya lalu menatap Se Ra. Aku melihat Se Ra tersenyum manis padaku. Sumpah, aku mau melihat senyuman munafiknya itu. Sehun sudah memengang tanganku dan aku kembali menatapnya dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan. Aku sudah tidak bisa menahannya sekarang. aku tidak percaya Sehun melakukan ini semua. Baru saja dia mengatakan kalau dia tidak akan meninggalkanku sekarang dia sedang bermesraan dengan Se Ra. Aku melepas genggaman tangan Sehun di tanganku dan berjalan meninggalkannya. Aku sudah tidak tahan melihat kenyataan ini. aku tidak tahan melihat suamiku bermesraan dengan wanita lain. Aku terus berjalan dan tidak mempedulikan Sehun yang sudah memanggil-manggil namaku. Aku terus berjalan tapi langkahku terhenti saat aku merasakan seseorang menarik tanganku.

"Hye Jin-ah. Dengarkan aku dulu". aku mendengar suara Sehun di belakangku. Air mataku mulai keluar dari tempatnya. Aku mulai terisak. Aku melepas genggaman Sehun lagi tapi aku tidak meninggalkannya

"apa yang harus aku dengarkan. Aku sudah melihat semuanya". kataku di sela-sela tangisku.

"kau salah paham. Aku dan Se Ra Cuma makan siang biasa. Tidak lebih". Kata Sehun berusaha menjelaskan semuanya. aku menarik nafas dalam sebelum bicara.

"apa makan siang harus semesra itu? apa makan siang harus saling berbisik mesra?".

"ya Tuhan, kau benar-benar salah paham. Sumpah, aku hanya makan siang. Se Ra datang ke kantor ku untuk mengajakku makan siang sebagai tanda terima kasihnya kemarin". Sehun membalik tubuhku dan memelukku erat. Aku hanya diam. Aku masih belum bisa memaafkannya.

"maafkan aku. Aku mohon maafkan aku". Aku hanya diam dan menagis di dalam pelukkannya.

"kau tahu, dia masih mencintaimu Sehun-ah. Dia akan merebutmu dariku". Kataku frustasi. Aku frustasi memikirkan tingkah Se Ra yang sepertinya ingin merebut Sehun dari ku.

"tapi aku hanya mencintamu Hye Jin. aku tidak akan meninggalkanmu hanya gara-gara Se Ra maupun siapapun".

Sehun melepas pelukkannya dan menatapku lekat. Aku membalas tatapannya. "joengmal saranghae".

Sehun memelukku erat. Aku mulai membalsa pelukkan dan menangis. entah mengapa aku kembali percaya dengan omongannya. Aku percaya karena aku tidak melihat kebohongan di matanya saat menatapku. Aku merasa senang dan terharu sekarang. aku merasa sangat beruntung memiliki Sehun sebagai suamiku. Entah mengapa mataku terasa berat. Badanku juga terasa lemah. Aku merasa sangat mengantuk dan lelah. Karena sudah tidak tahan, aku menuntup mataku dan yang aku lihat hanya gelap tanpa cahaya.

V]fڎL


My WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang