Aku menyandarkan tubuhku di kursi taksi dan bernafas lega. Rasanya sangat pegal harus duduk selama 1 jam perjalan dari Seoul ke Jeju. Sehun tersenyum melihat tingkahku. Aku menatapnya cuek. Sehun menarikku masuk ke dalam pelukkannya. Dia itu suka sekali memelukku. walapun baru beberapa jam ini aku mengetahui kalau dia itu suamiku tapi aku merasa nyaman berada di dekatnya. Kalau aku berada di dekatnya rasanya hatiku tenang. Aku menyandarkan kepalaku di bahu tegapnya. Aku merasakan Sehun mencium pucuk kepalaku. Omona... kenapa dia sangat romantis?.
Taksi berhenti tepat di hotel tempat kami akan menginap. Aku berjalan sambil menarik koperku di samping Sehun. Sehun berjalan menuju resepsionis sedangkan aku menunggu di lobi hotel. Aku merasa lelah. Sehun menghampiriku dan mengajakku ke kamar. Aku memasuki kamar kami. Saat melihat kamar kami, mataku membulat melihatnya. kamar kami sangat luas dan sangat mewah. Terdapat mini bar, ruang tamu, dan terdapat kasur berukuran king size di kamar. Kamar mandinya juga sangat mewah dan menawan. Aku meninggalkan koperku dan menarik tirai jendela yang sedari tadi tertutup. Aku kembali membulatkan mataku melihat pemandangannya, hamparan laut yang indah terlihat sangat jelas dari sini, sungguh sangat indah. Aku merasakan tangan Sehun melingkar sempurna di perutku dan dagunya menempel di bahuku. Aku bisa merasakan aroma shamponya. Jujur, jantungku kembali berdetak cepat dan badanku seperti menengan dan seperti tersengat listrik. Aku sedikit gugup dengan perlakukannya itu. aku berusaha menetralkan perasaanku.
"apa kau suka?" Tanya Sehun masih dengan posisinya memelukku.
Aku mengangguk dan tersenyum. "aku sangat suka. Bagaimana kau bisa melakukan semua ini?" tanyaku balik.
Aku mendengar suara tawa Sehun di telingaku. Omona.... Suara tawanya sangat merdu. Tuhan, kau sungguh baik memberiku suami seperti dia.
"kenapa kau malah tertawa?" tanyaku heran sambil melepas pelukannya dan menatapnya. Bukannya aku marah atau tersinggung. Aku malu kalau dia mengetahui detak jantungku yang berdetak sangat cepat itu. Sehun menarikku kembali kepelukkannya dan memberikan sedikit jarak di antara tubuh kami agar kami bisa saling menatap. Aku terpesona melihat senyumannya lagi.
"kau lupa? Aku ini kan pewaris tunggal salah satu perusahaan paling berpengaruh di korea. Apa pun yang aku inginkan, aku bisa mendapatkannya. Dan semua ini aku lakukan hanya untuk istriku seorang, nyonya Oh Hye Jin". kata Sehun mantap dan tanpa ragu sedikitpun.
Aku menundukkan kepalaku, malu. Aku tidak berani menatapnya. Mendengar perkataannya bisa membuat tubuhku memanas dan sepertinya wajahku memerah karena malu. Dia itu selalu membuatku malu sendiri. Sehun memegang daguku, mengarahkan wajahku berhadapan dengan wajahnya. Sehun memajukan kepalanya mendekatiku. Aku menelan ludahku dan menutup mata. Aku jadi gugup. Deru nafas Sehun menerpa wajahku membuat aku semakin gugup. Tapi aku segera membuka mata dan mendorong sedikit tubuh Sehun hampir tidak memiliki jarak lagi dengan tubuhku. Sehun menatapku bingung sedangkan aku hanya tersenyum tidak enak. Aku mengambil ponselku yang sedari tadi bergetar di dalam saku celanaku dan memperlihatkannya ke Sehun. Aku menatap Sehun meminta izin untuk menganggkatnya, dengan tampang yang sangat lesu, Sehun menganggukkan kepalanya memberi izin. Segara aku mengangkat telpon itu. di seberang sana aku mendengar suara yoeja yang sangat khas di telingaku, itu suara Jin Hyun. Aku sungguh berterimakasih padamu Jin Hyun.
"Yeoboseyo. Hye Jin-ah... apa kau sekarang berada di Jeju?" kata Jin Hyun di seberang sana.
"ne.... kau sendiri berada dimana?" tanyaku balik sambil melirik Sehun yang sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur. Aku membalikkan tubuhku menatap ke luar jendela.
"aku di rumah. Apa aku mengganggu kalian?". Kata Jin Hyun.
"aniyo. Tapi kau sedikit membuat Sehun kesal". Aits... kenapa aku harus berkata seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Wedding
Fiksi PenggemarHyejin, gadis berumur 17 tahun terbangun dari tidurnya lalu menemukan dirinya telah berusia 23 tahun dan telah menikah dengan seoarang pria yang sangat tampan bagai seorang pangeran di dunia dogeng. apakah ini hanya mimpinya saja atau memang ini ada...