Zee's POV
Aku sangat menikmati makan siang dengan pemandangan indah seperti ini. Menurutku, seleranya boleh juga.
Setelah kami selesai makan, kami berjalan ditengah kebun bunga yang memang kepunyaan pemilik resto ini. Aku sangat terkejut, bahkan tidak menyangka tempat ini mempunyai kejutan lain bagi para pengunjungnya.
Aku berjalan menyusuri lorong yang dikelilingi oleh bermacam bunga yang indah. Aku tidak bisa memalingkan wajahku untuk tidak meneliti setiap detail dari bunga-bunga segar ini.
Sedang asiknya aku berjalan, tiba-tiba Ardhan sudah berada tepat didepan wajahku.
"Zee, aku mau bicara." Ucapnya.
"Bicara aja. Aku dengerin." jawabku dengan cuek.
"Aku serius Zee." Balasnya lagi.
"Ya, aku juga serius mau dengerin kamu Dhan." 'Kenapa dia gak percaya? Setiap dia ngomong juga aku dengerin.' Batinku.
"Mmm sebernarnyaa.... Hmmm, aku.. Sebenarnyaa.." Tiba-tiba dia menjadi gugup.
"Kok kamu jadi gugup gitu? Mau ngomong apa?" Aku semakin penasaran dengan apa yang akan dikatakannya. Tanpa sadar keningku sukses berkerut sambil menunhgu apa yang akan dibicarakannya.
"Aku suka sama kamu." Ucapnya lancar.
Aku terkejut, tidak tau mau bagaimana. Dia mulai berbicara kembali dan aku memdengarkannya sambil tetap mematung di tempatku berdiri saat ini.
"Aku tau kamu mungkin gak akan menyangka. Karna memang kita baru kenal. Tapi, dari awal aku ketemu kamu, rasanya aku gak akan bisa jauh dari kamu. Kamu beda dari cewe-cewe lain yang aku kenal. Ada sesuatu yang beda dari kamu yang buat aku..."
Oh astaga, mengapa jadi begini ceritanya? Aku menutup mulutku yang sedikit menganga.
"I can't stop thinking about you, every time we meet, and every time we talk. Would you be mine Zee?"
Aku tidak tau mau berkata apa. Jujur saja, aku sedikit senang. Ya, sedikit. Karena aku tau apa yang isi hatinya terhadapku saat ini. Tapi lihatlah, apa yang spesial dariku? Sampai-sampai di jatuh cinta padaku?
Jujur, aku menyukainya, aku nyaman dengan nya. Tapi, apakah Leon bisa tergantikan dengan dia? Seorang CEO tampan yang belum genap dia minggu ini berteman dengan ku.
"Mungkin aku gila ngungkapin secepat ini ke kamu. Aku tau, aku gak bisa maksain kemauan aku ke kamu. Aku bakal nunggu sampai kamu mau nerima aku." Ucapnya lagi.
Ya, dia memang bodoh. Terlalu nekat akan keputusannya. Apakah dia selalu begitu jika bertemu gadis-gadis lain? Bisa saja, gadis mana yang tak akan tergila-gila dengannya.
Aku tau dia lama menungguku untuk berbicara. Aku speachless. Tidak tau berkata apa. Aku menetralkan detak jantungku yang menguat.
"Aku gatau mau jawab apa Dhan. Aku baru kenal kamu belum genap dia minggu ini. Kamu juga belum tau gimana aku. Gimana keluarga aku. Kamu juga belum tau apakah aku bisa buka hatiku lagi? Aku rasa ini terlalu cepat Dhan." Ucapku. Terlalu cepat untuk menggantikan Leon dihatiku.
Dia masih diam mendengarkan semua perkataanku.
"Jujur, selama ini kita berteman, aku nyaman sama kamu. Kamu baik. Kamu juga perhatian sama aku. Tapi untuk saat ini aku masih nyaman dengan kita yang seperti ini." Lanjutku. Aku tidak tau, apakah dia mau menerima keputusanku atau tidak.
"Jadi, kamu nolak aku?" Tanya nya.
Aku menggelengkan kepalaku. "Aku gak bilang 'Tidak' kan sama kamu? Tapi, cinta itu urusan hati. Kita gak bisa memaksakan seseorang untuk cinta sama kita. Masih banyak hal yang harus kamu ketahui tentang aku. Karna untuk saat ini, aku udah gak mau cari pacar lagi. Aku mau jika aku berhubungan dengan seorang pria, dia akan menjadi yang terakhir dihidupku. Maka dari itu, dia haruslah orang yang tepat. Orang yang bisa nerima aku." Semua mengalir begitu sama dari mulutku.
"Aku ngerti, aku gak akan maksa kamu buat jawab. Aku bakal nunggu kamu. Aku bakal nerima kamu bagaimana pun kamu. Dan aku harap kamu mau kasi aku kesempatan itu." Ucapnya.
******************
Saat ini aku sudah berada diapartement. Kejadian tadi siang membuatku tak akan fokus dengan pekerjaan. Aku pun meminta Ardhan untuk mengantarku pulang. Keadaan apartment masih sepi. Tidak ada tanda-tanda ia sudah pulang dari kantor. Padahal saat ini aku sangat memerlukannya.
Aku lebih memilih untuk melemaskan otot-otot ku dengan berendam air hangat. Dan pastinya masih dengan kejadian tadi siang yang masih terus berputar diotakku.
'Ya Tuhan, apa keputusanku berkata seperti itu sudah tepat? Disatu sisi, aku juga menginginkannya. Tapi disisi lain, ini tidak mudah. Masih ada dia dihatiku, sahabatku. Apa aku bisa berhubungan dengan Ardhan semantara hatiku masih untuk Leon? Aku gak mau jadi cewe munafik. Menyakiti hati orang yang menyayangiku.' Lirihku dalam hati.
Aku menyelesaikan acara mandiku, memakai baju tidur, dan berjalan menuju tempat tidur. Aku rasa aku lelah akan hari ini. Dan berharap besok akan lebih baik.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nikmatin aja ya ceritanya. Mumpung lagi mood bagus, aku double update buat kalian..
Vomment yaa.. Happy reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Happy Ending (Revisi)
General FictionZeevanya Diandra seorang gadis muda cantik yang masih terbayangi oleh kepergian sahabat sekaligus cinta pertamanya Leon Deannova. Hingga suatu ketika secara tidak sengaja ia bertemu seorang lelaki tampan dan mapan. Dia adalah Ardhana Wirya Kusuma se...