Seminggu sudah aku berpikir untuk menerima permintaan Ardhan padaku. Atas saran dan semangat dari Arla, aku meyakinkan diri untuk memakai cincin yang ia beri di jari kiriku. Dan besok aku berencana akan mengatakannya pada Ardhan.
Hari minggu ini aku dan Arla berniat untuk berbelanja keperluan dapur kami yang persediannya sudah mulai menipis. Arla membuat daftar belanjaan, sementara aku sibuk membersihkan meja makan bekas kami sarapan. Setelah semua telah selesai, aku dan Arla segera bersiap untuk pergi berbelanja. Setidaknya setiap hari minggu di minggu ketiga, kami selalu melakukan kegiatan ini sambil sesekali menyegarkan pikiran dari padatnya rutinitas sehari-hari.
Kami segera keluar dari apartemen menuju parkiran dan melaju menuju salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan terlengkap di kota ini. Selama diperjalan seperti biasanya, kamu berbincang mengenai hal yang tidak terlalu penting.
Kami memasuki pusat perbelanjaan. Yang pertama dituju adalah bahan makanan. Aku dan Arla masing-masing membawa satu troli. Jangan heran kalau belanjaan kami akan sebanyak ini. Itu juga termasuk kebutuhan bulanan yang lainnya.
Aku dan Arla berpencar ke semua lorong dan mencari kebutuhan yang ada di daftar belanja masing-masing. Aku segera menuju lorong bahan makanan. Mengambil sayuran, buah-buahan, daging dan telur, bumbu masak, dan lain sebagai nya. Dilorong lain Arla pun tak kalah semangat mengambil kebutuhan kami sehari-hari seperti sabun, sampo, sabun cuci dan lain sebagainya.
Satu jam sudah kami berkutat dengan belanjaan. Yang pada akhirnya kami bertemu di salah satu kasir dengan belanjaan yang super banyak. Pegawai kasir memindai setiap barcode dari belanjaan kami. Setelah selesai, aku membayar belanjaan dan kami mendorong troli yang penuh kantong-kantong belanjaan.
Merasa sedikit lelah dan haus, kami memutuskan untuk masuk ke salah satu cafe yang ada di lantai dasar pusat perbelanjaan ini. Aku memesan air mineral dan sepotong spinach quiche, sedangkan Arla lebih memilih green tea dan sepotong cheese cake kesukaannya. Kami memilih tempat yang tidak terlalu pinggir. Setidaknya dapat melihat orang-orang berlalu lalang di depan cafe ini.
Pesanan datang, kami pun segera melahap dengan rakus. Jika aku dan Arla sedang berdua seperti ini, tidak akan ada kata 'jaim' diantara kami. Suasana cafe ini tidak terlalu ramai. Terkadang aku lebih suka ditempat yang sepi seperti ini tanpa harus berebut meja dengan pelanggan lainnya.
Lima belas menit kami beristirahat sambil menikmati makanan dan minuman yang kami pesan. Tanpa terlalu memperhatikan sekelilingku, aku dan Arla hanya sibuk dengan obrolan kami berdua.
Saat Arla membayar dikasir, aku seperti melihat sosok seseorang yang sangat familiar akhir-akhir ini. Dia dan seorang wanita yang aku tidak tau siapa. Mereka duduk disudut cafe dengan sofa setengah lingkaran yang hampir tidak terlihat. Mereka terlibat dengan pembicaraan yang sangat serius sepertinya. Dia dengan wajah kesal seperti tidak mengacuhkan perkataan wanita disampingnya. Sementara wanita tersebut selalu menarik perhatian pria yang ada disampingnya itu. Wanita tersebut bersandar ke bahu pria tersebut, dan melingkarkan kedua tangannya di salah satu lengan kekar pria tersebut.
Aku yang semakin penasaran berjalan perlahan meninggalkan Arla menuju meja mereka. Lima langkah, enam langkah, tujuh langkah. Aku terkejut melihat siapa yang ada dihadapanku saat ini. Kaki ku seakan kaku tak bisa digerakkan. Wajahku pucat pasi dan beberapa butiran bening jatuh dari kelopak mataku. Dia, pria yang seminggu lalu menginginkanku menjadi istrinya. Tapi lihatlah sekarang, bahkan dia bersama seorang wanita cantik dengan pakaian yang minim dan seksi sedang bergelayut manja ditangannya. Aku tak percaya akan apa yang ku lihat saat ini.
Aku berlari menghampiri Arla dengan tangis yang tak bisa ku bendung lagi. Aku berharap saat aku keluar dari tempat ini, dia tidak melihatku. Selangkah aku menarik Arla keluar, ternyata aku salah. Ardhan menyadari keberadaanku. Ia segera melepaskan tangan wanita itu dan berlari mengejar sambil memanggil namaku. Tanpa penjelasan aku terus menarik Arla berlari dan menuju parkiran. Tapi terlambat, Ardhan berhasil mencegatku saat berada di depan pintu mobilku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Be Happy Ending (Revisi)
General FictionZeevanya Diandra seorang gadis muda cantik yang masih terbayangi oleh kepergian sahabat sekaligus cinta pertamanya Leon Deannova. Hingga suatu ketika secara tidak sengaja ia bertemu seorang lelaki tampan dan mapan. Dia adalah Ardhana Wirya Kusuma se...