04

1.7K 132 2
                                    

***

'i feel like i'm waiting for something that isn't going to happen.'

Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sikap Justin sangat dingin pada Cassandra. Sampai suatu hari ada suatu hal aneh yang terjadi pada Lauren, hari ini ia sering melihat Lauren bolak-balik masuk kedalam kamar mandi, dan Lauren sempat bilang padanya jika akhir-akhir ini Lauren merasa mual-mual, Cassandra sangat bingung apa yang harus ia lakukan. Cassandra langsung berlari mengambil air minum untuk Lauren, sampai tidak sengaja menabrak tubuh kekar milik Justin yang baru pulang dari kantor.

"Apa-apaan kau Cassandra? Bisa lebih hati-hati kah kau? Tubuhku sebesar ini, sampai kau tabrak? dimana matamu?" kata kasar itu keluar dari pria yang sangat ia cintai.

'Sebenci itukah Justin padaku karena Diagnosa dokter yang menyatakan aku tak bisa hamil' Jeritku dalam hati yang sudah lama memendam rasa sakit ini.

"Maaf Justin, aku panik, Lauren sakit." Kataku pada Justin.

"Apa ? Kau apakan istriku ?" Justin mulai marah dia mengenggam erat lenganku dan mendorong ku sampai lengan kanan ku terluka karena cengkraman kuat pria itu, pria itu langsung beranjak pergi meninggalkanku yang sedang terdiam di atas lantai yang sangat dingin sambil menahan betapa sakit dan perihnya tangannya kali ini. 'Tuhan, aku percaya keajaibanmu, aku percaya bahwa suamiku masih mencintaiku tuhan' hatinya seakan berteriak, mengapa seperti ini ? ini sangat menyakitkan. Bulir matanya kini mulai berjatuhan, lagi-lagi justin membuatnya menerjunkan tetesan-tetesan air mata yang sudah dengan susah ia tahan selama ini. Ini mungkin tetesan air mata yang ke-seratus kalinya turun dari kelopak mata Cassandra.

Aku melihat Tubuh kekar Justin keluar dari kamar Lauren sambil membopong wanita itu, aku segera menghapus air mataku lalu beranjak berdiri. Sepertinya Lauren akan di bawa ke Rumah Sakit. Justin berjalan melewati diriku sambil matanya menatapku tajam, Aku terlonjak lalu menundukkan kepalaku, aku sama sekali tidak berani menatap bola mata karamel miliknya. Bola mata yang terlihat seperti mata elang yang sedang mengawasi pergerakkan mangsanya.

Suasana rumah sangat sunyi saat ini, hanya diriku yang berada dirumah sebesar ini. Justin dan Lauren tidak ada dirumah. Suamiku sedang berada di Rumah Sakit dan mungkin saat ini Justin sedang berada disamping Lauren yang sedang di periksa dokter dengan raut wajah yang sangat panik dah khawatir. Sama seperti dulu saat aku sakit, Justin sangat khawatir dan panik ketika itu. tapi aku sadar, itu hanya kenangan diriku bersama Justin yang sepatutnya harus di lupakan, karena aku yakin itu tidak akan terjadi lagi, biarlah menjadi kenangan indah bagiku, tapi tidak dengan Justin. Mungkin dia menganggap itu hanya masa-masa saat dia buta dan tak bisa melihat kenyataan sampai dia salah menikahi seorang wanita sepertiku.

Aku mengobati luka di tangan kanan akibat genggaman kuat justin tadi. Tiba-tiba Justin dan Lauren sampai dirumah, aku terlonjak lalu berdiri

" apa yang terjadi pada Lauren ?" kataku, Justin hanya melirik sekilas kearahku yang sedang berdiri sambil tanganku memegang kapas dan bercak obat merah di atasnya. Justin terhenyak melihat Lengan Cassandra, apa ini karena diriku yang tadi bersikap kasar padanya ? kesalahan yang sangat besar hingga membuat tangannya terluka seperti itu. batin justin.

"Lauren sedang hamil, kau harus menjaganya baik-baik Cassandra" Kata Justin padaku. Raut wajah Justin seketika berubah, ia seperti seorang yang baru saja mendapat kejutan. Ia terlihat sangat bahagia, aku melihat justin tersenyum.

'Jadi ini yang dirasakan seorang suami jika mendengar istrinya hamil, Lauren kau adalah wanita sangat beruntung. Kau bisa memberi keturunan pada justin tidak denganku yang sudah di diagnose tidak bisa hamil. Justin pasti sangat bahagia memilikii stri yang dapat memberikannya keturunan. Kau sangat beruntung', Cassandra terhenyak, dia hanya terdiam dan menunduk mendengar perkataan Justin. Kini pria itu kembali menuntun Lauren untuk berjalan menuju kamar mereka. Cassandra hanya terdiam sambil menahan nafasnya dan memandangi tubuh tegap seorang pria dan tubuh mungil seorang wanita yang kini makin menjauh.

Selang beberapa menit aku melihat Justin keluar dari kamarnya, dan berjalan kearahku. Aku merasa gugup saat ia menatapku. Aku tak percaya, Justin menghampiri-ku lalu duduk di sebelahku. Dia menggenggam tanganku yang terluka karenanya, dia mengobati luka ku. Ya, Tuhan ! Aku seperti merasakan Justinku yang dulu masih mencintaiku.

" biarkan aku yang mengobati luka mu." Katanya datar.

" ti-tidak perlu, justin. Tidak usah repot-repot. Lebih baik kau kembali ke kamar menemani Lauren disana. " kataku tergeragap, justin mengacuhkan perkataanku. Lalu segera mengambil kapas yang sudah di tetesi obat merah diatasnya.

" diam, aku akan mengobatimu" katanya dingin, aku hanya membiarkan tangan kekarnya mengobati lenganku.

"terima kasih, Justin" kataku sambil tersenyum padanya, ia menoleh ke arahku sambil menyunggingkan senyumnya.

"Kau tak perlu merasa bahagia, ini hanya sebagai ucapan maaf karena lukamu itu hasil perbuatan ku." Tegas Justin, aku tersenyum pahit setelah mendengar perkataanya. Walaupun Justin berkata seperti itu, tapi aku percaya dibalik sikapnya yang dingin dan kasar padaku, ia masih memperdulikan aku.

" Sudah" kata Justin, tapi aku hanya terdiam sambil menatap justin yang sedang mengobati lukaku.

"Cassandra, kau ini tidak sopan! Aku sedang bicara padamu." Lanjutnya sambil menyingkirkan tanganku dari tangannya.

"Ma-Maafkan aku Justin, sekali lagi terimakasih untuk ini." Kataku. Justin tidak menjawab, dia hanya memutar bola matanya sarkastik dan langsung beranjak pergi ke kamarnya.


Cassandra ✘ Bieber ✘ OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang