Sign of Capricorn : Bond of Stalker

4.7K 134 2
                                    

Sign of Capricorn :

Bond of Stalker

“Ada yang menguntitku!” seru Luna memberitahu Kayha dan Ghe sambil menjatuhkan tas ke mejanya. Dua temannya yang lagi dengan santai menunggu bel masuk itu langsung menanggapi dengan penuh minat.

Ghe menyeringai, memperlihatkan giginya yang dipasangi kawat gigi warna-warni. Dia berujar, “Wah gawat tuh! Jangan-jangan penculik. Kan lagi trend penculikan anak dengan tujuan setelah diculik tu anak dipaksa jadi pengamen.”

“Sembarangan,” sembur Kayha. Dinaikkannya kacamata setebal tutup botolnya yang melorot. “Memangnya Luna anak SD. Dia sudah SMU! Kalau menurutku sih si penguntit itu eksibisionis yang menunggu momen tepat untuk beraksi di hadapan Luna. Hiii… Aku pernah dengar orang yang begitu, suka sama cewek berambut pendek.”

Tanpa sadar Luna memegang rambutnya, mengernyit ketakutan, “Masa?” lirihnya.

“Nggak!” Ghe masih belum mau menyerah. “Itu orang pasti penculik. Yang mau ngejual Luna ke luar negeri sebagai TKW illegal.”

“Bukan! Eksibisionis!” tuntut Kayha.

“Penculik!”

“Eksibisionis!”

Pok. Pok. Luna menepok kepala kedua temannya dengan buku. “Yang serius dong!”

Ghe dan Kayha terkekeh, merasa bersalah. “Memang orangnya gimana?”

Luna duduk lalu mulai bercerita, “Cowok, seumuran kita. Tampangnya sih biasa aja. Kulitnya gelap. Walau nggak keliatan sebagai orang jahat, aku tetap takut sama dia. Kayaknya sih dia anak SMU 79 yang terletak di kompleks sebelah. Aku sempat ngelihat lambang di seragamnya. Cowok itu menguntitku sejak tiga hari yang lalu. Tapi aku baru menyadarinya pagi ini dikarenakan sebelumnya aku mengira kami cuma satu arah. Di pagi hari dia menungguku di sebuah gang kemudian mengikutiku sampai di gerbang sekolah kita. Siangnya, sepulang sekolah dia sudah berjaga di dekat pohon mangga dekat gerbang sekolah. Lalu sewaktu aku keluar, lagi-lagi dia mengikutiku, kali ini sampai di rumah. Baru setelah aku masuk ke rumah, dia berputar arah. Aduuuh, kalian ada saran nggak? Apa aku perlu lapor polisi? Habis takut kenapa-napa.”

Ghe dan Kayha berpandangan. “Begini aja,” tukas Kayha, “Gimana kalau kita serang secara frontal?”

“Maksudnya?”

“Kita labrak dia rame-rame. Biar tahu rasa dan kapok! Setuju nggak? Kalau setuju, langsung kita praktekkan siang ini!”

Luna tak diberi kesempatan berpikir. Ghe menyambut ide tersebut dengan semangat ’45. Kedua temannya memutuskan menjalankannya, tanpa meminta persetujuan Luna lebih lanjut. Keduanya bahkan coba-coba mempraktekkan gerakan karate amatir yang lebih mirip gaya orang teler, agar bisa melawan kalau si cowok berniat macam-macam.

Jadilah ketiganya berjalan berdampingan setelah jam sekolah berakhir. Luna dijepit di tengah. Seolah bersiap perang, ketiganya celingak-celinguk mencari si penguntit. Sesuai cerita Luna, si cowok memang nongkrong di dekat pohon mangga. Sewaktu dia melihat Luna dikawal dua cewek bertampang sok sangar, dia langsung membalikkan badan. Luna dan kedua temannya saling berpandangan melihat kelakuan si cowok. Mereka pura-pura tak melihatnya dan melalui tempat persembunyian si cowok begitu saja. Ketiganya berjalan sebiasa mungkin dan pura-pura asyik mengobrol.

Semula ketiga cewek itu mengira rencana mereka bakalan gagal sebab si cowok tak menunjukkan niat mengikuti mereka.

“Jangan-jangan dia ketakutan?” bisik Luna. “Udah, kalau gitu setiap hari kalian jemput dan antar aku ke sekolah, begitu juga pulangnya.”

Midnight Magic ~ensikLOVEdia~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang