Sign of Gemini :
So-stu (something stupid)
Mobil Winnie memasuki kompleks parkir kampus. Sambil memarkirkan mobil dia melirik jam tangan Cerruti 1881-nya. Belum terlambat. Masih sepuluh menit sebelum mata kuliah Studi Kasus Hukum Keperdataan, Pidana dan Administrasi (SKHPA) dimulai. Dia mematikan tape mobil. Seketika lagu Forever-nya Chris Brown menghilang dari sistem tata suara 7 speaker dan amplifier mobil. Dimatikannya pula mesin mobil lalu dikeluarkannya cermin kecil dari tas tangan Gucci-nya. Dia mengamati sebentar dandanannya. Sangat cantik, seperti biasa. Hari ini dia memakai cardigan polos dan pants selutut.
Winnie mengambil fragrance Hugo XX-nya. Menyemprotkannya ke leher dan pergelangan tangan. Hasilnya, aroma feminim nan seksi mix dari lychee, jasmine sambac, dan sandalwood, mengalir di tubuhnya.
Dia bergegas menuju ruang 12 tempat mata kuliah SKHPA diajarkan. Dia harus cepat-cepat. Sebab meskipun mata kuliah tersebut termasuk mata kuliah pendalaman pilihan dan bebannya hanya dua sks, Pak Wisnu—dosen yang memegangnya terkenal enak dalam mengajar. Setiap mata kuliah yang diajar beliau pasti jadi rebutan. Dan Winnie tidak rela kehilangan tempat duduk strategis di kelas.
Ruang 12 ternyata sudah hampir penuh. Winnie mengomel dalam hati. Masa aku terpaksa duduk di belakang? Namun dari barisan ketiga dari depan, Sultan—sahabatnya melambaikan tangan. “Kemari Winnie! Di sini kosong satu!”
Winnie tersenyum riang dan menghampirinya. “Aku tertolong sekali, Sultan. Thanks sudah menyediakan tempat buatku.”
Sultan balas tersenyum. “Anggap utang ya, Non. Ntar sewaktu-waktu ditagih.”
“Huuu…” Winnie menepuk-nepuk pipi Sultan yang montok.
Perkuliahan dimulai tak lama kemudian. Sesuai rumor, Pak Wisnu sungguh pandai mengolah diktat setebal bantal menjadi bahan ajar yang hidup dan menarik. Berkali-kali beliau melontarkan lelucon ringan yang selalu berhasil memancing tawa semua mahasiswa.
“Ada yang bisa menyebutkan empat bentuk grasi dalam arti luas menurut Van Hamel?” tanya Pak Wisnu sambil mengedarkan pandangan ke seluruh mahasiswa.
Winnie mengangkat tangan. Pak Wisnu mengangguk mempersilahkan. Winnie menegakkan punggungnya, lalu mulai menjawab, “Van Hamel membedakan empat bentuk dari grasi dalam arti luas yaitu grasi dalam arti sempit, rehabilitasi, abolisi dan amnesti.”
“Brilian,” puji Pak Wisnu, “Siapa namamu?”
“Winnya Dharmawangsa, Pak.” Winnie sumringah dipuji begitu.
“Nggak sia-sia jadi sahabat kamu,” bisik Sultan. “Nggak cuma cantik luar biasa, tapi juga berotak encer.”
Pak Wisnu melanjutkan, “Dari empat bentuk tadi dua diantaranya diatur dalam Undang-Undang Darurat No.11 Tahun 1954. Apa isinya?”
Pertanyaan yang rumit. Dalam mata kuliah-mata kuliah sebelumnya mereka belum pernah membahas sedalam ini. Jadi tak ada yang mengangkat tangan. Pak Wisnu menunggu. Sekilas Winnie bertatapan dengannya dan merasa beliau mengharap dia mampu menjawab. Ma’af, Pak. Untuk yang satu ini saya benar-benar blank.
Sekonyong-konyong seorang cowok di barisan terdepan mengangkat tangan.
“Yah.” Pak Wisnu mengembangkan tangannya pada cowok itu.
Winnie dan mahasiswa lainnya mengamati cowok itu yang menutup bukunya, berdeham dan dengan suara jernih berkata, “Undang-Undang Darurat No.11 Tahun 1954 berisi: Pasal 1, Presiden, atas kepentingan Negara, dapat memberi amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang telah melakukan suatu tindak pidana. Presiden memberi amnesti dan abolisi ini setelah mendapat nasehat tertulis dari Mahkamah Agung, yang menyampaikan nasehat itu atas permintaan Kehakiman. Pasal 2,…” Cowok itu terus membacakan keempat pasalnya dengan lancar seolah-olah buku berisi Undang-Undang tersebut dibukakan dihadapannya. Mahasiswa lainnya tercengang, termasuk Winnie. Sultan bahkan berdecak tanpa henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Magic ~ensikLOVEdia~
RomanceMidnight Magic, sebuah tradisi lama yang dimiliki Bayu bersama ibunya di tengah malam buta dimana keduanya menikmati cerita-cerita cinta terbaik ditemani secangkir susu cokelat, mempererat hubungan antara seorang anak dan ibu. Setelah kepergian sang...