Sign of Aries :
Road of Angels
Mereka terkenal.
Tiga anak kelas IV SD Bung Hatta itu kemana-mana selalu bersama. Kompak seperti minyak, sumbu dan apinya. Saling melengkapi dalam segala hal. Ketiganya baik hati, ramah dan manis-manis. Banyak ibu-ibu yang gemas pada mereka. Tak terpisahkan mulai dari TK membuat ketiganya seolah telah menjadi satu. Suatu hari entah siapa memberikan nama pada kelompok kecil itu. ‘Tiga Malaikat Kecil’. Dan sampai hari ini ketiganya masih menyandang nama tersebut. Meski mereka sendiri tidak tahu orang-orang dewasa di sekitar mereka menyebut mereka begitu.
Anggota pertama dari ketiga anak ini sekaligus pemimpin mereka adalah Ricky. Sekilas tampang tengilnya membuat orang berpikir kelakuannya senakal tampangnya. Salah besar. Para manula-lah yang paling tahu bagaimana kebaikan hati anak ini. Soalnya dia selalu bersedia menyeberangkan mereka, melawan arus lalu lintas yang terkadang tidak peduli pada para manula. Hobi anak ini adalah naik sepeda. Seperti angin ribut dia mengendarai sepedanya mengelilingi kota.
Anak kedua bernama Fatta. Gendut, imut dan menggemaskan untuk dicubit. Meskipun masih kecil kadang daya pikirnya mengagumkan orang-orang yang jauh lebih tua dari dirinya. Sebagai anak yang sangat mencintai kebersihan, dia tak segan memunguti sampah yang ada di hadapannya. Dan sekali seminggu dia ikut para petugas kebersihan menyapu wilayah Taman Kota Hijau. Permainan yang paling disukainya adalah berjalan di palang keseimbangan.
Yang terakhir, sebagai satu-satunya anak cewek di kelompok ini dikenal sebagai Anna. Rambut Anna dikuncir dua. Lincah, sedikit bawel namun juga paling ramah di antara ketiganya. Anna sangat suka binatang. Di ranselnya selalu ada makanan hewan untuk kucing-kucing liar di seantero kota. Dia juga sering memandikan mereka dan biasanya warga kota yang lain terpanggil untuk membantu. Senyum manis yang memperlihatkan gingsulnya senantiasa dinanti orang-orang.
Ada sebuah jalan yang selalu dilalui ketiga anak ini saat berangkat dan pulang sekolah. Namanya Jalan Pierre Tendean. Terletak di tepian sungai Giliwangu, jalan itu berkelok-kelok mengikuti arah aliran sungai. Jalannya tidak diaspal namun dilapisi susunan batako segi enam. Sisi yang menghadap bantaran sungai dibatasi pagar kayu ulin. Pagar ini biasa dinaiki Fatta, berjalan di atasnya sambil merentangkan tangan. Anna berjalan di sebelahnya. Diapit Ricky yang mengendarai sepeda.
Seperti hari ini ketiganya pulang sambil membahas rencana-rencana mereka. Ketiganya selalu punya segudang rencana. Entah itu menjelajahi kota; mengunjungi Rumah Sakit Pelita Harapan untuk jadi relawan cilik; atau sekedar memancing di pinggir sungai Giliwangu.
“Kita belum pernah mengunjungi Museum Dirgantara,” seru Fatta. Mencoba melompat di pagar, namun terpeleset, lalu terguling di rerumputan. Ricky dan Anna tertawa terbahak-bahak melihatnya.
“Makanya hati-hati,” tukas Anna, membantu Fatta berdiri. Ricky turun dari sepeda, menyandarkannya ke pagar, lalu mendekati Anna dan Fatta. Ricky duduk di samping Fatta yang mengaku kepalanya masih sedikit pusing. Anna ikutan berselonjor. Ricky mengambil satu kerikil dan melemparnya ke sungai.
Pluk. Timbul riak di permukaan air yang sebelumnya tenang.
“Aku bisa lebih jauh darimu,” kata Anna, mengambil kerikil dekat roknya.
“Coba,” tantang Ricky.
Anna mengambil ancang-ancang kemudian melempar kerikil tadi sejauh mungkin. Pluk. Lebih jauh satu meter dari jarak lemparan Ricky. “Yee,” sorak Anna dan memandang Ricky seolah berkata ‘tuh lihat’.
“Aku juga bisa,” kata Fatta yang sudah baikan. Dia mencari kerikil. Namun Ricky duluan melempar. Sedikit lebih jauh dari Anna. Ricky nyengir penuh kemenangan. “Giliranku… giliranku…” Fatta berseru meminta diberi kesempatan untuk menunjukkan keahlian, menemukan kerikil untuknya. Anna turut mencari kerikil baru. Yang diikuti Ricky, kali aja rekornya terlampaui. Ketiganya berlomba-lomba melempar kerikil ke sungai. Diwarnai sorakan penuh semangat setiap kali ada anak yang berhasil melampaui lemparan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Magic ~ensikLOVEdia~
RomanceMidnight Magic, sebuah tradisi lama yang dimiliki Bayu bersama ibunya di tengah malam buta dimana keduanya menikmati cerita-cerita cinta terbaik ditemani secangkir susu cokelat, mempererat hubungan antara seorang anak dan ibu. Setelah kepergian sang...