Sign of Aquarius :
b : d
(birth : death)
Tania mengepit tas belanja di tangan kiri sementara tangan kanannya terangkat memanggil angkot berwarna biru yang melaju ke arahnya. Angkot tersebut berhenti tepat di depannya. Tania naik sambil memegangi perutnya yang besar karena hamil tua. Penumpang lain bergeser memberi dia tempat duduk yang lebih lebar. Tania berterimakasih dan duduk dengan perasaan lega. Kakinya telah luar biasa penat dibawa berkeliling pasar. Kebetulan hari ini mertuanya yang biasa membantunya di saat-saat kehamilan ini sedang ke luar kota. Makanya Tania memaksakan diri untuk berbelanja keperluan sehari-hari sendiri. Meskipun Made, suaminya, melarang dan menyarankan minta bantuan ke tetangga sebelah saja. Namun Tania tak ingin merepotkan orang lain lebih jauh lagi. Dirasanya dia dan Made sudah terlalu sering minta bantuan para tetangga.
Tania memiliki tubuh yang lemah, sering sakit-sakitan. Setelah menikah dengan Made setahun yang lalu, kondisi tubuhnya tak bertambah baik, dia makin sering sakit-sakitan. Dokter bahkan menyarankan agar mereka tak usah memiliki anak, mengingat kondisi tubuh Tania kurang memungkinkan. Namun Tania menolak saran tersebut. Memiliki seorang anak adalah impiannya sedari kecil. Keinginan terbesarnya adalah dipanggil ‘bunda’. Karena itulah ketika dinyatakan hamil, Tania merasa keajaiban telah terjadi padanya. Tuhan memberikan amanat terbaik dan terindah padanya. Dia tak pernah mengeluh meskipun tubuhnya makin mudah capek, jatuh sakit berkali-kali, dan terus dihantui kekhawatiran apakah anaknya bisa lahir dengan selamat. Kekhawatiran itu memudar saat jabang bayi dalam perutnya melakukan tendangan pertamanya. Dan air mata Tania luruh di USG terakhir, melihat bayinya bergerak pelan di layar monitor. Sehat, menurut dokter, Tania telah berjuang dengan sangat baik.
Angkot yang ditumpangi Tania berhenti di halte bis dekat rumahnya. Tania turun perlahan, seorang bapak membantu mengeluarkan tas belanjanya. Tania membawa tas tersebut menyusuri jalan setapak yang di kiri kanannya terbentang persawahan. Beberapa pria bertelanjang dada tampak sibuk membajak sawah. Sapi yang mereka pakai tidak terlalu menurut dan berkali-kali keluar jalur. Tania melambaikan tangan pada mereka, sebab salah satu dari petani itu adalah tetangga sebelah rumahnya.
Dari arah berlawanan, seorang ibu berdandan menor menghampirinya. “Eee~ Neng Tania, aduh udah gede ya? Udah berapa bulan, Neng?”
“Delapan, Bu Mimin,” jawab Tania ramah.
“Wah, deket tuh. Musti ati-ati loh. Udah disiapin semuanya belon?”
“Insya Allah, sudah Bu.”
Bu Mimin permisi setelah memberikan berbagai wejangan yang selalu dimulai dengan kalimat ‘Ini penting loh…’. Tania menyimak dengan serius sebab Bu Mimin terbukti berpengalaman dalam hal beginian. Anaknya sudah setengah lusin.
Kurang lebih begitulah sikap keseharian tetangga Tania. Dia sangat bersyukur memiliki tetangga yang kadar kepedulian mereka tinggi. Selain mertuanya, kadang Bi Ijah, Nek Atun, Bu Memey dan ibu-ibu lainnya bergantian datang ke rumahnya membantu berbagai pekerjaan rumah, tanpa diminta dan tanpa pamrih. Mereka tahu kondisi Tania, dan seolah sepakat untuk meringankan segala bebannya. Kedua orangtua Tania sendiri telah meninggal dunia, sementara pamannya sebagai satu-satunya keluarga kandung tinggal di Kalimantan.
Waktu berlalu dengan cepat, hari kelahiran pun mendekat, diperkirakan besok akan menjadi hari bersejarah tersebut. Made berkemas mempersiapkan semua barang yang diperlukan. Sedangkan Tania rebahan di sofa, sedari kemarin dia tidak enak badan. Disampingnya ada Nek Atun yang membantu memijiti kakinya.
“Bajaj-nya sudah datang,” Bu Memey berseru memberitahu. Made bergegas membawa dua tas ransel keluar. Tania dipapah Nek Atun dan Bu Memey menuju ke bajaj. Setelah segalanya siap, pasangan muda itu berpamitan dan bajaj pun melaju ke Rumah Sakit Pelita Harapan. Di sepanjang perjalanan Tania merasa tenaganya merosot drastis. Lonjakan bajaj yang membawa mereka melalui jalan-jalan kota yang ramai membuat kepalanya sakit serasa ditusuk-tusuk. Perjalanan itu terasa amat menyiksa. Namun dia tak mau mengeluarkan keluhan, takut suaminya jadi panik. Di depan pintu rumah sakit, sekeluarnya dari bajaj, Tania tak tahan lagi dan langsung muntah-muntah. Dengan penuh perhatian dan telaten, Made mengusap-usap punggung istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Magic ~ensikLOVEdia~
RomanceMidnight Magic, sebuah tradisi lama yang dimiliki Bayu bersama ibunya di tengah malam buta dimana keduanya menikmati cerita-cerita cinta terbaik ditemani secangkir susu cokelat, mempererat hubungan antara seorang anak dan ibu. Setelah kepergian sang...